IGOS adalah singkatan dari Indonesia Goes Open Source. Saya yakin hampir seluruh onliner di Indonesia pernah dengar istilah ini. Istilah barunya malah AGOS (Asean Goes Open Source). Suatu inisiasi bersama pemerintah regional untuk mengajak masyarakat pelaku/pengguna/pemerintah meng-endorse penggunaan produk Open Source. Tapi saya juga yakin seyakin-yakinnya, hampir seluruh masyarakat non-IT, dan pelaku bisnis tidak pernah dengar/tidak perduli dengan istilah Open Source let alone mau mikirin ngurusin bagaimana membantu (dirinya sendiri), dan pemerintah dalam keberhasilan program ini.
Seperti yang saya pernah tulis di awal masa ngeblog, software komersial itu tidak murah!. Ngajak miskin bahkan. Disini lain kita semua hanyalah “korban” kapitalisme dua konco konco ini.
Pengalaman saya bersinggungan dengan pemerintah dalam urusan open source membuat saya merasa berbesar hati, bahwa ada orang-orang yang masih mau mendedikasikan diri seperti mereka-mereka ini, dan/akan tetapi sayang tidak akan memperoleh hasil yang diharapkan karena upaya tersebut ga lebih dari lilin kecil yang menyala ditengah kegelapan. Ga ada dukungan penuh dari seluruh jajaran pemerintahan bow! Halah. Ya itu dia, sekarang let’s face the fact straight. Dimana sih IGOS dah dipasang selain di ristek? Sedih gag? Kalo perlu emang harusnya ada titah dari RI1 untuk bener-bener bikin program ini jalan. Sabda kali yeee. Ntar jangan sampai ganti personel ganti lagi kebijakan. Ato keburu adem lagi.
Jujur aja gua yakin banyak sekali yang perduli abis sampe dibawa tidur ga nyenyak soal IGOS. Yang gua tau paling tidak ada Pak Koswara (Deputi Menristek) yang woro-wiri ngusung IGOS kesana kemari, dan Pak KK (Kusmayanto) sendiri. Dan tim teknisnya tentunya. Dan puluhan (mungkin ratusan) aktifis Open Source/Linux di Indo, Made, Pri, dan rekan-rekan lain yang kenal ga kenal tapi tau lah pada ngusung Linux. Kalo di list satu-satu disini yakin ga cukup buat satu halaman. Masalahnya kemana upaya pemerintah yang lainnya?
Apasih pentingnya IGOS? Hmm bayangin aja belasan tahun make produk si boss paling banter jadi Certified Windows Installer. Kalo crashed? virus? not responsive? hmm mau ga mau solusi paling gampang ya re-install ulang. Dan dari awal dan akhir dan dari pojok kiri dan kanan atas bawah elu bakal liat logo familiar tersebut dan ada pesan hipnotis “Pakelah produk ….”. Not that I’m against any commercial companies or this company. Tapi IGOS (baca: Open Source) memberikan kesempatan besar buat generasi muda kita untuk belajar banyak dari cara suatu sistem operasi, dan/atau aplikasi bekerja, dan kita ga sekedar jadi pengguna akhir yang terus dicekoki produk-produk yang harus ditelen mentah-mentah (ironisnya dengan jalan membajak pula). ๐
Indonesia itu negara besar bung. Show some nationalism a little bit lah. Di negara ini juga banyak orang pinternya. Mau google dikit aja prestasi anak bangsa ini yang udah levelnya t-o-p b-g-t di dunia international juga ga diragukan. Ada Damt yang main-main dengan Nokia N70, ada si A, si B, si C yang ga ada abisnya kalo dilisting sekali lagi. Masalahnya pemerintah kok ya adem-adem aja ga pernah mikirin mau dibawa kemana sih strategi pemercepatan kemakmuran bangsa ini (minimal sumbangsih lewat pendidikan via penyediaan sarana teknologi dengan adanya bandwidth aja sampe sekarang blon juga ๐ … capek jadi fakir bandwidth).
Pertanyaannya ujung-ujungnya bagaimana nasib IGOS? Apakah cuma jadi sekedar lentera yang akan padam sebentar lagi, seperti halnya ribut-ribut soal sweeping lisensi program bajakan yang awalnya heboh itu?
Recent Comments