How Much Our Money Goes To Microsoft… (Should We Endorse Alternative Platform or Open Souce Solution?)
Uncategorized Add commentsMenyikapi permintaan dan kritik menurut beberapa rekan sehubungan dengan tulisan saya seputar monopoly terbesar di dunia teknologi infomasi adalah oleh Microsoft bukan oleh Intel (baca: Government Should Boycott Intel and AMD!!) maka dengan ini saya sesuai dengan janji saya tempohari akan meluangkan waktu menyumbangkan sedikit tulisan yang semoga bermanfaat bagi kita semua dalam memperluas cakrawala kita semua. Kembali tak lupa saya harapkan diskusi dan sumbang saran artikel dari rekan-rekan dalam memperkaya diskusi dan tujuan RI (Rebuilding Indonesia) ini.
Microsoft adalah perusahaan yang dibangun oleh 2 orang (Bill Gates dan Paul Allen, dibantu oleh salah satu rekan mereka Steve Balmer = sekarang CEO Microsoft) pada penghujung 1970an. Bagaimana perjuangan mereka dalam membangun suatu empire bisnis mereka menjadi seperti saat ini, mungkin rekan-rekan tertarik untuk menonton referensi film keluaran HBO berjudul “Pirates Of The Sillicon Valley” keluaran tahun 1999 (saya tidak akan bahas disini).
Salah satu yang patut diacungi jempol dari bagaimana cara Microsoft membangun bisnisnya saat ini menjadi salah satu kekayaan terbesar dalam sejarah manusia adalah kemampuan mereka dalam “Creating The Industry”, bagaimana mereka menciptakan suatu industri, yaitu industri software, yang pada saat itu not even exist, menjadi suatu industri yang paling menguntungkan. Kemampuan manusia-manusia seperti ini hanya lahir mungkin 100 tahun sekali dalam peradaban manusia, orang-orang besar seperti Rockefeller, Bill Gates, dan Warren Buffet merupakan sedikit orang yang diberi anugerah (mengupayakan anugerah?) untuk bisa menjadi manusia besar yang re-inventing themselves as the rarely people ever live in this small planet.
Artikel saya kali ini tidak mencoba membahas background berdirinya Microsoft dan/atau perusahaan lain, namun saya lebih tergerak memperhatikan seberapa besar ketergantungan kita semua terhadap produk Microsoft ini dan bagaimana pemerintah dan pelaku bisnis menilai besarnya “kontribusi?” dana operasional mereka yang di”sumbangkan” kepada kekayaan Microsoft seperti hari ini.
Pernahkah kita semua menghitung dan/atau membayangkan berapa besar biaya komputasi yang kita keluarkan dengan menggunakan solusi berbasis produk Microsoft? Akankah kita selaku pengguna terus tidak aware akan besarnya biaya tersebut yang apabila secara dikumulatifkan bahkan seluruh devisa pemerintah pun tidak akan cukup untuk membayar biaya lisensi kepada mereka? Ataukah kita akan tetap menjadi pengguna yang terus tidak perduli dengan menggunakan produk bajakan? Sampai kapankah posisi kita selaku bangsa akan selalu sebagai pengguna akhir dari produk-produk luar tersebut tanpa tergerak untuk menjadi produsen untuk kebutuhan tersebut, katakanlah minimal untuk kebutuhan sendiri? Mengapa belum ada gerakan terencana dari pemerintah menyikapi strategi pemberdayaan masyarakat disektor high-tech industry seperti ini sehubungan ketergantungan kita dengan penggunaan produk asing yang berbiaya tinggi? Apa yang dapat kita lakukan untuk menggerakkan masyarakat dan menyelamatkan devisa negara dari sektor yang krusial ini? Pertanyaan-pertanyaan tersebut cukup mengganggu perasaan saya dan saya yakin banyak pelaku bisnis lain merasakan hal serupa. Namun karena tidak adanya suatu konsolidasi terpadu dari pemerintah maka pelaku-pelaku bisnis yang ada akan bertindak sesuai dengan kebutuhannya masing-masing, yang berarti action taken to save their own company, yang berarti tidak akan adanya suatu tidal wave penyelamatan dan/atau pemecahan dari permasalahan ini.
Mengapa saya mengatakan bahwa solusi Microsoft merupakan solusi produk yang mahal yang tidak cocok saat ini dipergunakan oleh bangsa ini (yang notabene masih dalam status krisis moneter yang berkepanjangan –akankah berakhir?). Ok baik, membahas tersebut maka kita akan mulai masuk ke detail perincian dan pembahasan bagaimana suatu produk/solusi tersebut dibangun. Industri software yang pada akhir tahun 1970-an hanya memiliki harga 40an dollar disetiap harga hardware yang berkisar 2,000an dollar pada masa itu sekarang berbalik, 2,000an dollar untuk harga software yang dipergunakan namun harga perangkat sudah jatuh ke harga kisaran 40an dollar. Ok sekarang let’s the number do the talking…
Produk Microsoft memiliki 3 sistem penawaran. Yang pertama adalah Full Product (alias box product), yang kedua adalah Open License Product (OLP) yang berupa sertifikat yang dikeluarkan oleh Microsoft, dan yang terakhir adalah OEM License (lisensi yang diberikan kepada produsen hardware untuk membundle software Microsoft ke dalam produk mereka). Nah sekarang bagaimana gambaran harga produk Microsoft?
(Berikut kutipan harga produk Microsoft untuk End User pada Februari 2003 — Dengan alasan hukum, saya tidak berniat untuk menggunakan pricelist harga terbaru, contoh ini cukup merepresentasikan gambaran hitung-hitungan harga produk Microsoft, dan catatan untuk Microsoft bahwa tulisan ini bertujuan untuk keperluan mendidik bukan sarana provokasi) :
1. Windows XP Professional Full Box = US$368
2. Windows XP Professional OEM Version = US$153
3. Office XP Professional = US$689
4. Office XP OEM = US$194
5. Windows Advanced Server 2000 with 25 clients license = US$4,509
6. Windows Advanced Server 2000 OLP = US$2,473
7. SQL Server 2000 Enterprise Edition (per 1 CPU) = US$23,061
8. SQL Server 2000 Standar Edition = US$5,764
9. Exchange Server with 5 clients license = US$1,500
10. Windows CAL 2000 English OLP = US$31
11. SQL Server 2000 CAL = US$150
12. Exchange Server CAL = US$69
List diatas hanya sekelumit gambaran produk Microsoft (bukan keseluruhan), namun saya rasa cukup untuk menggambarkan penjelasan bagaimana produk ini ditawarkan. Pada bagian 10-12 ada tulisan CAL yang berarti = Client Access License, yang artinya lisensi untuk setiap klien yang mengakses server tersebut. Jadi apabila kita menginginkan suatu solusi mail server dari Microsoft maka selain membeli Windows Server kita juga harus membeli Exchange Server dan tidak lupa harus membeli CAL untuk masing-masing layanan tersebut (CAL untuk Windowsnya yang dikali dengan jumlah client ditambah dengan CAL untuk CAL untuk Exchange Servernya yang dikali dengan jumlah klien dan seterusnya).
Untuk contoh konkritnya, kita coba kasus suatu organisasi menengah dengan 300 pengguna maka kebutuhan 1 server dual processors dengan layanan Office, Mail dan Database dari Microsoft adalah sebagai berikut :
1. Windows Advanced Server dengan client 25 = US$4,509
2. Exchange Server = US$1,500
3. SQL Server Enterprise Edition = US$23,061 (catatan lisensi ini untuk single processor maka untuk dual processors x 2 = US$46,061).
Kemudian kita hitung CAL nya:
4. CAL Windows untuk 300 user berarti 300 users – 25 (25 ini bonus licensi 25 user yang diberikan paket Advanced Server) = 275 x US$31 = US$8,525
5. CAL SQL Server = 300 x US$150 = US$45,000
6. CAL Exchange Server = 300 – 5 (dapet bonus 5) = 295 x US$69 = US$20,355 125953
7. Windows Client (XP Professional OEM Version) = 300 x US$153 = US$45,900
8. Office XP (OEM Version) = 300 x US$194 = US$58,200
——————————————————————————-
Grand Total = US$230,053 !!!
Tentu angka ini relatif karena bisa saja kita mempergunakan produk Windows XP Home Edition (Box = US$248, OEM = US$84) dan mempergunakan SQL Server yang Standar edition yang memiliki harga yang lebih murah (1 CPU license = 5,764). Namun harga tersebut juga tidak mungkin karena hampir bisa dipastikan satu organisasi dengan 300 pengguna hanya memiliki 1 server, minimal 10!! server bahkan lebih. Jadi bisa dibayangkan nilainya apabila dikali sekian puluh server.
Dalam suatu kesempatan salah satu client saya dengan 300 pengguna ditawarkan solusi upgrade produk Microsoft (harap diingat bahwa produk Microsoft hanya memiliki masa pakai maksimal 5 tahun, karena setelah 5 tahun maka produk tersebut tidak lagi akan disupport, sehingga setiap 5 tahun kita harus mengeluarkan anggaran seharga tersebut? wahdalah)… mereka hitung kebutuhan mereka ternyata senilai 8 Milyar rupiah! Outstanding. Bahkan salah satu cerita rekan saya ketika rame-ramenya sweeping masalah licensi dimintain quotation untuk salah satu clientnya yang setelah mendapat teguran dari Microsoft untuk harus mulai menggunakan produk legal yang berlisensi, ownernya mengira kebutuhan software diperusahaannya hanya dikisaran 100 juta rupiah, lantas dia dengan entengnya mengauthorisasi, namun setelah dihitung ternyata kebutuhan tersebut 3 Milyar!
Apa pelajaran yang bisa ditarik dari pengalaman diatas. Pertama bahwa produk software Microsoft itu mahal, jadi janganlah kita menyepelekan penggunaan software bajakan. Bagi kita serasa mudah mendapatkan copy dari produk ilegal tersebut. Hal tersebut berdampak ganda, pertama membuat kita memiliki ketergantungan yang makin besar terhadap produk tersebut, yang kedua sekaligus free marketing bagi pemilik produk tersebut (Kalo ga ada yang mbajak Windows mana ada yang kenal dan mana yang beli aslinya ya ga?).
Kedua bagaimana dengan produk alternative? Selidik punya selidik saja bahwa produk saingan Microsoft, yaitu Apple XServe ternyata Produk servernya adalah Tax free alias tidak dikenakan CAL. Jadi mau digunakan untuk 1 client, mau 2 client, mau 100,000 client terserah. Mac OS X Server untuk Unlimited Client hanya berharga 1,000 dollar. Flat rate. Bayangkan solusi tersebut dibandingkan dengan perhitungan diatas untuk solusi Microsoft. Mau lebih murah lagi. Kenapa kita tidak mulai menggunakan Open Source?
Saya mengundang diskusi rekan-rekan semua dalam kontek bagaimana kita membangun awareness terhadap mahalnya penggunaan software dalam kondisi negara seperti ini. Alangkah indahnya anggaran pembelian software commercial yang masih bisa dicarikan gantinya dianggarkan untuk pembangunan kesejahteraan masyarakat dan rakyat Indonesia pada umumnya. Dan kapankah kita bisa swasembada teknologi tanpa terikat dengan norma bahwa membeli itu lebih bermutu daripada memproduksi sendiri?
Tidak berbeda dengan jualan hardware, maka untuk pedagang/penjual hanya diberikan komisi yang cutthroat (1-2 dollar untuk OEM product) seperti halnya menjual hardware. Lantas kemana semua uang tersebut pergi? Ya kembali ke produsen aslinya. Dan yang sangat disayangkan para professional-professional muda dan anak bangsa terbaik pun akhirnya harus memikirkan nasib dirinya sendiri dengan bekerja pada perusahaan multinasional-multinasional yang ada di negeri ini. Siapakah professional yang mengisi jabatan-jabatan di perusahaan-perusahaan tersebut? Tak lain adalah putera bangsa ini sendiri. Tanpa adanya suatu gerakan menyeluruh yang dimulai dari atas oleh pemerintah, mustahil gerakan keperdulian nasib bangsa ini dapat ditumbuhkan.
Kapankah Indonesia bisa memiliki kebijakan seperti negara lain untuk menjadi penentu sektor teknologi informasinya sendiri bukan menjadi pengguna akhir yang selalu dijejali produk-produk luar yang berarti hilangnya devisa negara ini? Diskusi rekan-rekan saya nantikan semua dan ulasan saya seputar Open Source saya akan tampilkan pada kesempatan yang lain.
August 10th, 2005 at 3:19 am
Bacanya sampe bergetar bow…banyak banget yak Microsoft mendulang duit. Waren Buffet kayaknya gak sefenomenal Bill Gates dalam mendulang duit, cuman cara Pakde Warren di bursa saham memang fenomenal. ;))
August 14th, 2005 at 11:16 pm
“Bacanya sampe bergetar bow…banyak banget yak Microsoft mendulang duit. Waren Buffet kayaknya gak sefenomenal Bill Gates dalam mendulang duit, cuman cara Pakde Warren di bursa saham memang fenomenal.”
August 14th, 2005 at 11:17 pm
pusing…..!!!
August 14th, 2005 at 11:40 pm
wah ternyata artikel tahun lalu, kirain artikel baru.
Pengamatan pribadi:
Kalau dari top management tidak mendukung penggunaan software murah dan legal maka akan sangat sulit untuk implementasinya. Sebaliknya, maka perusahaan akan menghemat sangat banyak.
Effortnya akan sangat besar, tapi kenapa tidak? walaupun mungkin agak mengganggu dengan bisnis proses tapi tujuan akan tercapai.
October 28th, 2005 at 6:07 pm
Sorry boss, ini artikel tahun lalu yang memang saya pindahin dari blog lama di http://adinoto.blogspot.com. Forum diskusi commentnya ga sempet dipindahin karena blogspot di dump databasednya ga support comment.
Artikel ini tapi masih akan valid sampe kapan juga sampe para CEO dan pelaku industri melek soal pentingnya lisensi. Opensource or cheap software or … die.
December 14th, 2005 at 11:35 pm
Salah satu solusinya sederhana aja…
Coba dibuat aja matrik perbandingan jika mengguanakan Linux… Jadi kita-kita bisa tau bahwa ada software murah yang bisa menggantikan secara menyeluruh utk permasalahan tersebut.

Irvan
8/29/2004 6:09 PM
December 14th, 2005 at 11:36 pm
Saudara Irvan,
Terima kasih atas commentnya. Untuk linux, apabila dipandang sebagai cost comparative terhadap commercial application/OS maka linux jelas price leader, karena linux = free, the OS is free (unless you pick up the commercial one like Red Hat Linux Enterprise Edition ~ 2,000 dollar), hanya linux belum out-of-box terconfigure secara mudah untuk kebutuhan seluruh end-user. Karena itu perlu diconfigure. Hanya sebenarnya linux untuk pengguna desktop office sudah dapat dikatakan layak. Apalagi menggantikan OS Server.

Mungkin anda berminat mengisi kolom seputar pergerakan Open Source dan bagaimana pemerintah seharusnya terlibat aktif menyikapi hal tersebut? 

Regards, Adinoto
8/29/2004 8:35 PM
December 14th, 2005 at 11:36 pm
Aku dah baca tulisan kau di adinoto.org. Bagus not.
Kayak gitu yang ingin kita buat. Bikin kesadaran bahwa
kita banyak tidur selama ini. Padahal aku optimis
banget dengan programmer negeri ini. Soalnya kelebihan
kita adalah hobi ngulik dan punya sense of art yang
tinggi. Itu yang bisa kita jual untuk mengalahkan
India, Eropa timur dan Cina. 

Masalahnya aku gak bisa terus terusan mantau
adinoto.org. Padahal pengin juga ngasih masukan.

Ok, bro. Semangat.

-Eko Supriyatno-
December 14th, 2005 at 11:37 pm
Kalau memang punya duit kenapa?

Kan ndak salah toh pakai proprietary software.

Makanya, Linux mesti bisa menyaingi (mengungguli) Windows untuk kalangan user umum. 

Saat ini Linux cuma bisa (kebanyakan) dipakai oleh geek.

Apalagi ketersediaan aplikasi2 yang bagus sangat sedikit pilihannya, dan lagi2 cuma untuk geek.

Games? Wah Linux kelaut dah.

Kenapa ndak banyak games di Linux? Lha ngga bisa dijual ! Memangnya yang bayarin biaya development siapa coba kalau bukan pembeli.

Duh, gitu aja pakai dipikiri.
4/01/2005 10:08 PM
December 14th, 2005 at 11:37 pm
Ada baca satu line saja soal saya membahas Games? … you got my point wrong man!

Saya cuma mau menulis seberapa besar concern kita terhadap pengeluaran uang/devisa kita kepada Bill Gates & Co.

So? Duh gitu aja kok pake dipikirin.
4/03/2005 10:27 PM
December 14th, 2005 at 11:38 pm
sudahlah man…
sebagian perusahaan besar pengguna produk microsoft adalah perusahaan multinasional yang nota bene mereka memang sudah membuat anggaran khusus untuk system development mereka. mereka no problem saja dengan berapa duit yang mereka pakai untuk masalah licensi ini. yang penting mereka dapat menjalankan proses bisnis mereka dengan bantuan software microsoft. Nah, bagi perusahaan berkembang atau yang tidak mampu untuk membayar licensi-nya microsoft tentu berat dan harus berpikir untuk solusinya. (tuh kan..hal begini juga harus dipikirkan, tul nggak). So, biarkan pengguna microsoft yang mampu bayar licensi tetap pake produk microsoft. Dan yang tidak mampu bayar licensi-nya microsoft berpikirlah untuk terus berhemat dengan solusi open source… wassalam
5/20/2005 11:09 AM
December 14th, 2005 at 11:38 pm
Yup. You’re right bro! Paling ga message gue tersampaikan lah dengan tulisan ini, karena ada beberapa pengguna komputer level korporasi menengah/kecil/UKM yang sempet telpon-telpon gara-gara tulisan ini.

Dan tentunya dengan sudah ditulis jadi ga terlalu capek-capek lagi ngulangin ceritany/deskripsinya kan.
5/20/2005 9:48 PM
December 14th, 2005 at 11:39 pm
“Produknya ga penting, yg penting bisnisnya; ‘jalan’ ga?…”
6/16/2005 4:54 PM
December 14th, 2005 at 11:39 pm
salam,saya mendukung pernyataan dan ide anda,btw untuk bidang GIS dan remote sensing bagaimana???apakah open source program telah mensupport proses migrasi perangkat ke arah sana????kita mungkin hanya pegguna,yang tidak mengerti solusi teknis masalah program konversi tetapi mungkin kita semua dpt memikirkan secara bersama.trim s
6/20/2005 2:59 PM
June 16th, 2006 at 10:35 pm
[…] IGOS adalah singkatan dari Indonesia Goes Open Source. Saya yakin hampir seluruh onliner di Indonesia pernah dengar istilah ini. Istilah barunya malah AGOS (Asean Goes Open Source). Suatu inisiasi bersama pemerintah regional untuk mengajak masyarakat pelaku/pengguna/pemerintah meng-endorse penggunaan produk Open Source. Tapi saya juga yakin seyakin-yakinnya, hampir seluruh masyarakat non-IT, dan pelaku bisnis tidak pernah dengar/tidak perduli dengan istilah Open Source let alone mau mikirin ngurusin bagaimana membantu (dirinya sendiri), dan pemerintah dalam keberhasilan program ini. […]
June 11th, 2007 at 1:22 pm
Saya udah juga buat artikel sejenis di http://4rd1.wordpress.com/2007/06/04/dahsyatnya-sebuah-visi-dan-mimpi-catatan-buku-bill-gates-berbicara/ atau http://4rd1.wordpress.com/2007/06/06/software-dalam-berbagai-perspektif/
July 31st, 2007 at 9:50 am
itu kan ada 3 lisensi
full box, OLP sama OEM bedanya apa yah???
jeroan software sama apa engga???? apa cuman beda tulisan di serial number aja????
July 31st, 2007 at 11:30 am
# Yummy Says:
July 31st, 2007 at 9:50 am e
itu kan ada 3 lisensi
full box, OLP sama OEM bedanya apa yah???
jeroan software sama apa engga???? apa cuman beda tulisan di serial number aja????
-> Softwarenya sama persis. Yang membedakan cuma licensing schemenya.
1. Yang Full Box.
= Retail edition. Boleh dipake siapa saja dan diinstall dimana saja 1 mesin satu full box.
2. OLP.
Yang Open License untuk korporat. Cuma dikeluarin sertifikat. CD Installer 1.
3. OEM.
Yang OEM sebenarnya hanya boleh dijual oleh pedagang komputer (yg di bundle dg komputer baru). Nah ini yang sering “disalah gunakan?” suka dijual ketengan karena murah?? *Microsoft tutup mata kale 😀
Sebenarnya harus belajar dari China. China dengan Red Flag Linux (distro linux yang paling populer di China) bisa “menekan” Microsoft hingga jual lisensi Windows dan Office ke government cuma 7-10 dollar. :))
July 31st, 2007 at 11:31 am
# jimmy t.t. koyosakti Says:
December 14th, 2005 at 11:39 pm e
“Produknya ga penting, yg penting bisnisnya; ‘jalan’ ga?…â€
6/16/2005 4:54 PM
->
Betul Pak. Dan emang tulisan ini ditujukan buat melek IT saja. Kalo big corporate yang punya budget ga penting kali mo keluar berapa M juga. Tapi kalo orang IT nya ga ngerti itung-itungan nya juga hehehee seneng juga bisa dibayar mahal tapi setengah belekan 😛 Ngikuttttt…. 😀
July 31st, 2007 at 2:37 pm
[…] Roy Suryo Revisit (IT For Newbie) Social, Technology Add comments […]
August 3rd, 2007 at 12:34 pm
–snip–
hanya linux belum out-of-box terconfigure secara mudah untuk kebutuhan seluruh end-user. Karena itu perlu diconfigure
–snip—
mudah sama susah klo kata sayah itu relatif bos. di ibaratkan kita naik motor. pake mio, pake bebek ato pake moge pasti beda rasanya.
dan jangan lupa Server MS juga butuh di configure.
August 14th, 2007 at 9:37 pm
Ada pertanyaan mengenai apple.
– Software atau tools untuk bangun aplikasi bisnis baik client server atau web. Saya udah ubek2 kemana2 gak pernah nemu. menurut saya kelemahan apple adalah di software development dan tools2 pendukung lainnya
– Produk apple gak ada yang lowend.. versi terakhir imac aja layarnya minimal 20″
– bisa gak diitung dan dibandingin requirement yang sama pake solusi m$ dan apple
August 15th, 2007 at 2:40 pm
# black cat Says:
August 14th, 2007 at 9:37 pm e
Ada pertanyaan mengenai apple.
– Software atau tools untuk bangun aplikasi bisnis baik client server atau web. Saya udah ubek2 kemana2 gak pernah nemu. menurut saya kelemahan apple adalah di software development dan tools2 pendukung lainnya
– Produk apple gak ada yang lowend.. versi terakhir imac aja layarnya minimal 20″
– bisa gak diitung dan dibandingin requirement yang sama pake solusi m$ dan apple
->ada tuh yg murah 600an dollar http://www.apple.com/macmini/
->aplikasi web apa juga semua jalan di mac secara mac juga pake apache dan adalah salah satu dari 4 UNIX yg di ratifikasi memperoleh sertifikat UNIX.org diluar HP Unix, Solaris, IBM AIX.
-> OS X Server ga pake CAL (client Access License). dan iCal adalah standard collaboration untuk calendar yg di sumbangin apple jadi standard IETF. Kalo mo lengkapnya bisa hire jasa kita dong secara komersial sebagai konsultan hahahaa…
August 29th, 2007 at 1:54 am
Wah, mas noto ini tiap hari makin sukses yak didunia IT…
Nice article mas, saya juga sebagai ekonom masih suka miris ngeliat rakyat kita “dipaksa” untuk tetep bodoh…One day di website saya, saya juga mau ngomongin soal industri otomotif malaysia yang dapat bisa berkembang lebih cepat dibanding indo…
Kmaren di koran saya ngeliat menteri perindag bangga dah bisa impor daihatsu zebra ke jepang yang notabene teknologi jepang, yah wajar lah mereka impor balik ke negaranya…bukan karena “appeal” dari daihatsu…tapi karena memang mereka yang bikin in the first place di jakarta…
while proton (prusahaan otomotif negara) malaysia dah bisa impor “teknologi mereka sendiri” ke jepang….dan itu semua sebenernya salah pemerintahnya yang gak mau ngedukung ato gak mau ngebuat industri otomotif di Indo…
Anyway, saya ngelantur…
Satu pertanyaan mas noto,
“sebenernya orang indonesia dah mampu blum kalo disuruh bikin software yang lebih bagus dari microsoft?”
maksud saya, solusi untuk pemerintahnya apa neh?
untuk mendukung industri dalam negeri…
September 4th, 2007 at 6:28 pm
Di perusahaan multi-nasional yang kaya juga, freeware dan opensource tetap punya tempat kok. Contoh nyata di sini, untuk server, ada kebutuhan beberapa server kecil yang pasti nggak layak banget pakai Windows Server 2003, seperti server untuk billing telepon, untuk proxy, dan sejenisnya. Lalu untuk para drafter, justifikasi untuk pakai AutoCAD (versi LT yang harganya sekitar USD4500 per biji, yang versi penuh mahal lagi) jelas bisa dipertanggungjawabkan, makanya mereka pakai itu. Tapi membelikan mereka MS Office, MS Project, PhotoShop, CorelDraw ? No Way 🙂 Solusinya, ya sediakan OpenOffice, GIMP, InkScape. Lalu untuk para software engineer, kita belikan development tools, seperti PCVue yang developer license-nya sekitar USD5000 per dongle. Namun tidak untuk selain itu, termasuk juga CAD. Jadi pakai open source tidak selalu karena miskin.
September 4th, 2007 at 8:42 pm
To Mas Zhar:
Mampu? Secara perorangan iya! Secara institusional maaf belum. Maklum belum ada wadah dan sarana untuk secara intensive membangun product. Secara kita tahu membangun aplikasi (software) itu bukan overnight tasks.
September 4th, 2007 at 8:44 pm
To Pak Syafrudin:
Betul secara Server memang semua corporasi (yg melek) hampir bisa dipastikan pake Open Source product, seperti yg anda mentioned. Selain gratis (tentunya dg cost dan lapangan kerja buat rekan-rekan yg dedikasi untuk jadi adminnya) juga jauh lebih realible daripada product proprietary (My personal opinion) — debatable, tapi saya based on 9 tahun professional IT as a company yg support Open Source maupun pengalaman professional IT lebih dari 15 tahun.
September 28th, 2007 at 10:51 am
[…] got buzz from a friend on his IT story and notably Microsoft weird licensing scheme. While I wrote an article around strange Microsoft licensing and “hidden costs” years ago for public awareness […]
October 1st, 2007 at 7:08 pm
[…] demikian terinstalled dari toko pada saat membeli perangkat komputernya. Nah boro-boro lagi ngerti cara penghitungan lisensi Microsoft yang orang sekolahan aja bisa dibikin keblinger sangking bingungnya, ya karena […]
November 5th, 2007 at 11:17 am
Gimana mau buka usaha:( Buka Warnet juga Modal utk Soft gede:(
May 5th, 2008 at 4:59 pm
nice article, sampe merinding bacanya……. untungdy skrng udah pake Fedora ……….. windows bajakan, cuma bwat maen Warcraft & Pro Evolution Soccer ajah 😀
September 3rd, 2008 at 9:51 am
hmm…
iya yah..
untuk lisensi keluar duit segitu banyak..
kalo kantor pemerintah, sayang juga duitnya..
temen di PAJAK cerita, dikantornya ada 3 Server dgn OS windows Server dan database oracle.
tu tiap kantor ??? seIndonesia ada brapa ribu server ???
belom lagi PC-nya dgn OS ORI semua.
wowwwwwwwww….
duit pajak tuh..
hayo… para punggawa IGOS, udah ndeketin ma bos2 pajak lom..???
April 4th, 2009 at 7:14 pm
Nice Articles, thanks for this, I really liked your blog!
November 17th, 2009 at 10:39 am
berapakah perbandingan “devisa yg keluar” : “uang utk rakyat” ?
May 29th, 2010 at 11:19 pm
Howdy there,Fantastic blogging dude! i am just Tired of using RSS feeds and do you use twitter?so i can follow you there:D.
PS:Do you thought to be putting video to your web site to keep the readers more enjoyed?I think it works., Alisha Tyrus
December 2nd, 2010 at 4:24 pm
Buat buka mata sih, lumayan bro artikel lu ini. Tapi sayangnya gak di-unleash action plan lu selanjutnya (dgn kapasitas yg lu punya at least) utk mengatasi hal ini. Percuma juga kalo ternyata pesennya cuman berakhir dengan ‘mari beralih ke apps alternatif lain’. Ini mah namanya menghindari bayar lisensi. Opensource itu lisensi juga lho, bro (sekedar mengingatkan). Gretong aja sih, dgn klausul2 tertentu.
Gue pribadi gak keberatan bayar lisensi, apalagi kalo ternyata lisensi itu buat beli hasil karya anak negri Indonesia yg tercinta ini.
Langkah ril yg kita perlukan, bro, sesuai dgn kapasitas masing2. Sebagai contoh, gue respect banget sama anak2 yg sempet bikin ebDesk. Sempet gede tuh! Gue dan banyak orang Indonesia lain gak keberatan utk beli lisensinya. contoh lain misalnya Zahir. Keren tuh, bro. Malah udah ada yg bisa bikin OS buat mobile-phone.
Terinspirasi dari para senior2 itulah, gue berniat create something buat negri ini. Mudah2an kita punya idealisme dan semangat juang yg bersinergi.. mari kita saling mendoakan.
December 5th, 2010 at 10:20 pm
good bro gobang. sip… saya senang dengan langkah anda! lanjutkan bro… sorry tulisan lama dah ga inget lagi isinya apa hehehe… saya juga punya karya sendiri untuk negeri ini… mari kita masing2 membangun negeri ini… sukses bro!
December 31st, 2011 at 2:20 pm
Do you mind if I quote a couple of your blog posts as long as I provide credit and sources back to your site: adinoto.org/?p=3. I am going to aslo be certain to give you the appropriate anchor-text hyperlink using your website title: adinoto's blog » Blog Archive » How Much Our Money Goes To Microsoft… (Should We Endorse Alternative Platform or Open Souce Solution?). Please be sure to let me know if this is acceptable with you. Thanks alot 🙂