There’s something terribly wrong with this country on how it manages the transportation. 1998 krisis moneter. Coca-cola 775 per kaleng sekarang sudah 4500 per kaleng. Nasi warteg 700 perak per piring, sekarang sudah 7000 perak per piring. Kambing seekor 75-100rb sekarang sudah 1jt rupiah. Sepuluh tahun berlalu tapi secara ga sadar kita “diajarkan” melupakan nilai mata uang kita sendiri. Dahulu kalo belanja disupermarket satu trolley ga lebih dari 40-60rb sudah penuh nuh bluh tuh trolley, sekarang ambil icek icek (seutik aja) ga sampe trolley-trolleyan udah 300-400rb. Well my rupiah. Jadi TKI semi white collar (kalo ga mau dibilang TKI IT buruh) waktu itu bikin rese, ngintip mini bar hotel bawaannya ngitung dulu rupiahnya berapa ujung-ujungnya kagak jadi ambil. ๐
Sekian tahun kemudian kita masih hobby ganti-ganti Presiden (for the sake of the thing called democracy). Presiden yang punya hobby masing-masing, ada yang hobby bikin rakyat mikirin dia melulu, ada yang hobby jual-jual aset negara, ada juga yang masih hobby mikirin ntahlah. Nah apa hubungannya dengan sepeda motor? Lah tinggal satu hop pikirin sendiri udah kebayang atuh kang! ๐
Dulu motor cuma sarana yang ga dibutuh-gabutuh (biar kate kita ga punya motor juga), karena 2 faktor diatas tidak dominan. Ekonomi belum morat-marit, transportasi publik (sisa peninggalan penjajah) masih ada yang bisa dianggap layak (untuk ukuran 20-30 tahun yang lalu). Sekarang 20 tahun kemudian, pebisnis berlomba menangkap peluang ini, menawarkan kredit motor sampe tanpa uang muka. Seorang rekan bercerita dia “melepas 100.000 unit” motor sebulan sih gampang banget katanya. Yaiks. Jadi ingat salah satu rencana perda Purwakarta yang bakal melarang adanya motor dijalanan menuai pro-kontra disana.
Sekarang dengan jumlah motor jutaan unit dijalanan, sampe perlu dibangun CHIPS khusus (polisi pengawal warga mudik), pernahkah anda bayangkan kondisi perkereta-apian di Indonesia? Bulan lalu saya terpaksa mengantar ke Stasiun KA Bandung, coba liat kosong melompong. Tol Cipularang sudah mengubah kondisi dan cara orang berkomuter Bandung-Jakarta. Keretanya? Aduh jangan coba Argo Gede kalo ga mau sowan ketemu kecoa. Secara itu kereta api maksudnya mau dibikin “mewah” dengan menempelkan karpet sampe ke dinding-dindingnya, pernah ga dipikirkan maintenancenya. Itu karpet dari tahun gua kuliah juga ga yakin pernah diganti, sepuluh tahun yang lalu juga sudah hobby keliaran kecoa. Sapa yang mau naik keretapi kalo kondisinya begitu?
Yang dibutuhkan negeri ini adalah T-R-A-N-S-P-O-R-T-A-S-I—P-U-B-L-I-K, bukan Publik Mengupayakan Transportasi seperti keberadaan motor-motor ini. Transportasi publik yang memungkinkan masyarakat berkomuter dalam dan luar kota. Padahal didikan penjajah sudah mengajarkan hampir seratus tahun yang lalu, itu stasiun KA pasti dibangun bersebelahan dengan stasiun BUS, agar bisa transportasi luar kota dilanjutkan dengan transportasi dalam kota. Nah bagaimana kalo pemerintah sudah ga ada uang untuk membangun infrastruktur fisik jalan raya dan transportasi lainnya? Bikin jalan tol saja sudah ngarepin swasta. Nah kalo emang ga ada duit, sekarang giliran banyak duit minyak naik terus (secara kita adalah produsen minyak 1 juta barrel per hari x 100 dollar = 1 trilyun perhari), enaknya bagaimana? Asal duit ga dibagi-bagi ga jelas lewat BLBI dan penunggak utang rakyat aja harusnya solusinya sih di depan mata. Percuma banyak doktor dan orang pinter jadi pemerintah di negeri ini. Nah kalo urusan RI1 aja adalah urusan demo dan gonta-ganti karena semua mupeng, ingetlah 5 tahun jabatan itu ga lama, kapan mau membangunnya? Negeri ini tidak cukup dibangun dengan tangan besi dan kontrol penuh minimal 50 tahun kok. Keburu lu ma gua udah mati kali sama-sama dikubur naik transportasi massal kalo ga ke surga ya neraka.
December 5th, 2007 at 10:53 am
rakyat juga pengen transportasi publik yang “layak dan memadai”… tapi apa daya tangan tak sampai, rakyat terpaksa mencari “yang layak dan memadai”, yakni dengan membeli sepeda motor…
mio, anyone?
December 5th, 2007 at 10:56 am
Jadi mio bagian dari masalah dong, jual mio !!! hehehe
December 5th, 2007 at 11:01 am
SETUJU!!!
Secara gue sebagai pencari nafkah, paling nyesek urusan transportasi. Gaji hampir 30% abis buat biaya transport. Masak bugdet makan mesti diirit demi transportasi? Gak salah? Negeri ini sudah salah! Ayoo temen-temen…yang tua sudah sibuk ma urusan warisan utk kelarganya. Kalian yang muda..turun dooong. Tokoh politik dah keabisan stok tuuh….
December 5th, 2007 at 11:02 am
emang sulit kalo sekarang asia sudah jadi pasar dunia. kalo mau bikin transportasi publik (yang bisa mengancam penjualan mobil dan motor), yang dilawan ya (pabrikan otomotif) sedunia.
Nah, sekarang ojek itu termasuk transportasi publik bukan (secara saya masih suka ngeboncengin teteh2 yg ada di pinggir jalan)? :p
December 5th, 2007 at 11:13 am
Setuju Aa Nata! transportasi publik itu mutlak! masa mau kemana-mana harus ngabisin waktu percuma di jalan, bisa habis umur aja buat di-jalan.
December 5th, 2007 at 11:29 am
waaah topik nya pas banget niih.. secara bensin bersubsidi sedang di utak atik yg belum jelas keputusan nya, memang diperlukan sekali nih transportasi publik yg layak pakai.
December 5th, 2007 at 11:43 am
kapan kita punya MRT ? ๐
sepertinya sudah terlambat yah? :((
December 5th, 2007 at 12:19 pm
Bener Banget!!
Kita emang butuh transportasi massal yang bagus. Udah gitu mobil nanti bakal disuruh pake bensin premium oktan 90 yang harganya mirip2 pertamax. Orang2 pastilah beralih ke sepeda motor.
December 5th, 2007 at 12:47 pm
Banjirr omm… banjir…
Kayaknya perlu “getek masal” untuk jakarta dan sekitarnya.
Setuju kang?
Trus rencana transportasi bandung gmn neh? secara Bandung juga perlu diperbaiki sistem transportasinya.
December 5th, 2007 at 12:51 pm
gampang not, ngelepas 100.000 motor, tinggalin aja dijalan, pasti habis
December 5th, 2007 at 1:26 pm
pajak kepemilikan kendaraan bermotor harus dinaikkan dan subsidi bahan bakar juga harus dikurangi atau dihapus sama sekali. Selain untuk menambah duit negara (buat membangun transportasi publik), cara ini mudah2an bisa mendidik masyarakat untuk hidup tanpa ketergantungan dengan kendaraan pribadi….tapi ya itu dengan prasyarat korupsinya udah gak ada…duh, kok korupsi lagi korupsi lagi ya ๐
December 5th, 2007 at 3:30 pm
sekarang belanja udah ga bisa se-troly penuh lagi.. dulu inget gw beli susu, diapers, dll bisa sekaligus penuh gitu.. paling kena 400rb, lah sekarang… se troly gitu bisa kena sejutaan.
sekarang beli susu dicicil, per 3 kotak.. habis beli lagi.. dulu m ah beli langsung buat sebulan.. ๐
nasib2.. ๐
December 5th, 2007 at 4:00 pm
Lho RI1-nya aja sekarang lagi sibuk sidang “pencemaran nama baik” gara-gara dituduh udah pernah kawin… Penting gitu ya…
December 5th, 2007 at 5:49 pm
Dulu saya kemana2 pake angkot…gara BBM naek otomatis tarif ongkos naek juga…sekarang kepaksa pake motor bebek lumayan ngirit…Transportasi publik??? liuer…bis kota di Bandung aja masih ada Bis pake produk India…liat sok di PangDam (Pangkalan Damri) Depan Unpad Dipati Ukur…apa lagi Leuwi Panjang…Asap Knalpot nya kaya cumi2 nyemprot…menurut Departemen Percenahan…kendaraan Kudu ganti jenis BMM tambah Puyeng yeuh…??
December 5th, 2007 at 11:12 pm
Pemerintah setengah hati membatasi penjualan sepeda motor karena jelas ini merupakan sarana empuk pendapatan pajak. They will never learn *sigh*…
December 5th, 2007 at 11:15 pm
Om Noto, jadi masalah jangka panjang dari motor (solusi jangka pendek) itu apa yah? maap yah… maklum rakyat kecil… baca 2-3 kali kok kagak ktemu2….
Begitulah nasib rakyat kecil di negara ini, dimana lebih baik membangun gedung Komisi Yudisial senilai 196Miliar daripada merenovasi gedung2 sekolah.
Kalo soal transportasi sih, pemecahaannya sebenarnya simple. Bukan busway, bukan waterway, bukan bike way, bukan pembatasan umur kendaraan, bukan electronic road pricing, bukan 3 in 1.
Solusinya cuman : Good City Management.
No more new shopping mall and new rich brat school in town.
Maintenance lampu lalu lintas yang lebih baik (masih banyak lampu lalin di Jakarta yang rusak sejak banjir Feb 07).
Memperbaiki sistem transportasi umum yang sudah ada (Bis2 yang tidak layak jalan, dikandangkan. Angkot dilarang keras ngetem, Bemo dan Bajay sudah harus dilarang.)
PKL. Di lapangan yes, di pinggir jalan : NO. Harus ditertibkan dari hari pertama.
Petugas yang berwibawa. Pelanggaran, tilang. No damai. Tiga kali tilang dalam 1 tahun, SIM suspended.
Semua bangunan dibantaran kali : OUT. Kali dikeruk minimal 1 tahun 1 x.
Dan lain lain… dan lain lain….
Masih banyak lagi hal yang bisa dan harus dibenahi dulu. Tapi kenyataannya, pemkot Jakarta malah menambah masalah dengan pembangunan busway yang membabi buta, pembangunan proyek yang setiap saat bisa pending ditengah jalan (jalan layang Roxy memakan waktu 4 tahun).
Karena itu, orang2 muda yang masih idealis dan mempunyai visi semacam Pak Adinoto ini, sangat diharapkan untuk menjadi Leader NG di Indonesia ini.
Merdeka!
December 6th, 2007 at 12:32 am
Aa, saya “spit riding” ini jawabnya :D. Jadi yang dibutuhkan saat ini sebagai solusi bukanlah transportasi-publik, akan tetapi pemerataan pusat-pusat ekonomi.
Mau dikasih busway/transjakarta/etc yang sebagus-bagusnya, atau dibikinkan MRT bawah tanah, jika pusat ekonominya di situ-situ juga lama-kelamaan pasti jadi seperti sekarang ini. Gak muat! ๐
*mengeluh: kenapa saya harus ke jakarta*
December 6th, 2007 at 7:31 am
Kemarin tuh ada artikel di detik atau Kompas online yah. Ongkos produksi minyak Pertamina US$24/barrel, sementara PSC cuman US$8/barrel. Itu uang dipakai buat bayar tikus kali yang buat ngangkut minyak dari bawah tanah ke atas?
December 6th, 2007 at 8:33 am
Yang Nasib Negara berkembang kayak gini kali ya..dijejali investasi asing (Jepang) yang terus menerus bikin motor atau mobil yang menjejali jalan-jalan di Indonesia. Kenapa Pihak asing tidak mau berinvestasi Pada MRT sperti di Negara nya sendiri..
Denger-denger Kemaren AHM sudah menluncurkan motor yang ke 20 juta.
Makanya sekarang saya mengurangi naik motor, mending naik sepeda aja.
December 6th, 2007 at 8:51 am
# Dedhi Says:
December 6th, 2007 at 7:31 am
Kemarin tuh ada artikel di detik atau Kompas online yah. Ongkos produksi minyak Pertamina US$24/barrel, sementara PSC cuman US$8/barrel. Itu uang dipakai buat bayar tikus kali yang buat ngangkut minyak dari bawah tanah ke atas?
=> Loh ini menarik? Dimana bacanya boss? Setahu saya dari jaman kecil, Pak Haroen Al Rasjid (alm) mantan dirut Caltex (skrg Chevron) pernah mengatakan bahwa produksi minyak Caltex itu paling efisien, yaitu sekitar 4 dollar/barrel, kalo Pertamina katanya 8 dollar/barrel. Nah kalo GAS lebih edan lagi cuma 1 dollar/ekuivalen barel.
Tanyakeunapa?
December 6th, 2007 at 1:16 pm
yang komentar orang mampu semua (seperti saya). mampu belanja 400rb segala macem (dulu) di supermakret. mampu beli motor (lah, kan gak pake uang muka). mungkin beberapa bulan lagi untuk jual motor musti memaksa konsumen saking gak berharganya.
#16 lagi2 bung idarmadi. hahaha … pusat pemerintahan pindah ke jonggol aja. radio jakarta masih kedengeran bersih kok di sana.
aa’ nata itu ptka kan profit oriented. jadi kalo mampu beli gerbong sekian milyar per unit. ya udah itu aja duit yg dikeluarin. gak perlu ada pengeluaran yg lain. cukup disapu pake sapu plastik. eksterior gerbong dicuci air oleh tenaga berupah 5000 per hari. kalo soal kecoak kan emang resiko barang melompong kalo gak beroperasi. tapi tiap lima tahun disucihama kok. tentunya dengan penurunan kualitas tinggal 40% … heheheheh …
December 6th, 2007 at 2:43 pm
aa nata sekarang makin bernas kalo udah ngomong. Kayak kayak benaaar gitu. Salut buat aa nata.
December 9th, 2007 at 5:10 pm
Transportasi publik yang genah. Uh impian semua orang, termasuk saya, makanya saya sering post soal ini. Saya seneng banget sama rumusan A’a Noto: bukan publik mengupayakan transportasi. MRT, monorel, sepur kota, atau apapun namanya, memang itu yang mestinya jadi program pemerintah. Masalahnya, para perencana dan pengambil keputusan, demikian juga para legislator, kadung membayangkan sistem transportasi sebagai jaringan jalan (raya) yang nyaman untuk mobil pribadi. Menyedihkan. Kenapa? Karena mereka, setelah mapan, gak naik angkot!
Hasilnya, antara lain, ya ini. ๐
December 10th, 2007 at 9:54 am
# Paman Tyo Says:
December 9th, 2007 at 5:10 pm e
Transportasi publik yang genah. Uh impian semua orang, termasuk saya, makanya saya sering post soal ini. Saya seneng banget sama rumusan Aรขโฌโขa Noto: bukan publik mengupayakan transportasi. MRT, monorel, sepur kota, atau apapun namanya, memang itu yang mestinya jadi program pemerintah. Masalahnya, para perencana dan pengambil keputusan, demikian juga para legislator, kadung membayangkan sistem transportasi sebagai jaringan jalan (raya) yang nyaman untuk mobil pribadi. Menyedihkan. Kenapa? Karena mereka, setelah mapan, gak naik angkot!
Hasilnya, antara lain, ya ini. ๐
=> Bener banget Pakde. Saya jadi suka geli sendiri kalo lagi denger iklan (Okezone.com?) di tv yang bilang “Jakarta Punya Monorel”… halah jadi juga blom iklan udah berapa tahun tuch kekekekeke …. ๐
Wah itu http://blogombal.org/2006/08/14/salam-merdeka-untuk-bangsa-bernyali/
dapet fotonya dari sendiri Paman? Busetttt stunt banget bangsa ini ya hahahahahah…. top be ge te !! kekekekekee…
December 10th, 2007 at 4:56 pm
setujuuu… bagaimana kalo bikin seruan kepada blogger indonesia (minimal) untuk meminimalisasi naek kendaraan pribadi (jika tidak perlu)… tapi kapan tidak perlunya yah??
February 27th, 2008 at 4:00 pm
[…] ), pembahasan yang bagus tentang fenomena motor dan mass transportation ini bisa baca di blog nya Aa Noto, redaksionalnya yang pasti ga seamburadul tulisan diatas. Saya setuju dengan mu […]
April 12th, 2008 at 1:07 pm
[…] Selama pemerintah lalai kewajiban, maka transportasi publik — bila merujuk A’a Nata, calon wali kota Bandung — hanya berarti “transportasi yang diupayakan oleh publik”. […]
April 12th, 2008 at 8:04 pm
ketika naik train, trem, bus, dan sepeda di belanda, saya membayangkan: ah, seandainya semua ini ada di indonesia. alangkah nyamannya rakyatnya….
April 18th, 2008 at 8:33 pm
5 tahun tuh ternyata pendek yah…ga kerasa tiba2 udah disuruh nyoblos2 muka orang n gambar2 partai.
Jadinya ya gini ini, solusi yang muncul hanya sekedar tambal sulam aja. Tambal sini, sulam sini tiba2 di bagian lain justru malah sobek, dan yang namanya tambalan pastinya ga akan awet.
Kalo tambalannya banyak brarti namanya rombeng!
Nah, satu hop lagi pasti dapet kesimpulannya.
July 23rd, 2008 at 12:06 am
Indonesia MAKMUR…..2999th….
PEMIMPIN BANGSA (Presiden)Dan Bawahannya…..
“Mencerminkan RAKYATnya…”….Tanya KENAPA?????
MAri Budayakan GOLONGAN PUTIH…Tanya KENAPA????
Karena Dipilih atau tidak Sama Aja Hanya Omong kosong…
negara ini SUDAH hancur dihancurkan rakyatnya sendiri….
rakyat kaya kita ini dibuat mainan ama Pemimpin2 kita….
“JANJI2 Palsu Dr 1965″ada terus….(emang Rakyat Makan Janji)F****Ck.buat DPR Kerjaanya hanya maianan CEWEK(aku aja bisa):)….SEMOGA ALLAH SWT Mengampuni Dosa Kita semua…AMIN
February 1st, 2009 at 10:13 am
kalo motor dianggap jadi masalah sih kayaknya kurang setuju deh bro
seharusnya kita semua pengguna jalan sama-sama saling memperbaiki perilaku pemakaian jalan, paling tidak yang umum-umum aja dulu: rambu n marka lalu lintas ditaati bareng-bareng, itu sudah sangat bagus…
Btw, buat para penggemar motor, boleh donk gabung ke komunitas pengguna motor Indonesia http://www.dunia-motor.net. Kita bisa jadi nampilin foto, ikutan sharing forum, cari temen sesama penggemar motor, n… bisa liat spesifikasi motor. Banyak manfaat lainnya lho…
Ditunggu ya
February 5th, 2009 at 1:36 pm
ya… mas gimana mau maju ni negara… wakil rakyatnya aja kaya tetangga gua… sma aja kagak lulus jadi anggota MPR langsung jadi SE, MM dalam sekali lebaran… 6 bulan bangun rumah lebih dari 10milyar, anak dan istri simpanannya 1 mercy new eyes setiap hari… gua report ke KPK yg ada ampe skrg masih jadi anggota MPR…
bingung dah mau kaya apa negeri ini… orang militer jaman dulu harusnya gak jadi presiden deh… bisa perang bukan berarti bisa ngurus orang… terbukti gak maju2 dipegang terus ma militer…
March 9th, 2009 at 6:04 pm
[…] transportasi publik, tapi seperti tulisan saya yang terdahulu yang paling digemari Paman Tyo yaitu Publik Mengupayakan Transportasi, bukan Transportasi Publik. Rasanya hanya masalah waktu sampe anda-anda nyerempet motor dan […]
March 18th, 2009 at 1:45 pm
makannya saya berusaha menjadikan ojek sebagai sarana transportasi publik yang aman, nyaman, dan cepat.
March 27th, 2009 at 8:09 am
# ojek bintaro Says:
March 18th, 2009 at 1:45 pm e
makannya saya berusaha menjadikan ojek sebagai sarana transportasi publik yang aman, nyaman, dan cepat.
=> TOPPPP KANG!!! Kalo saya ke bintaro saya ga lupa coba telpon pesen deh kita wisata ojeg bari wisata kuliner bareng ya hahahaha.. gua traktir ๐
April 10th, 2009 at 8:30 pm
[…] Sepeda Motor, Solusi Jangka Pendek Yang Merupakan Masalah Jangka Panjang […]
May 8th, 2009 at 4:07 pm
mass mhn bantuannya,,mau tanya gmn klo motor sering mati tiba2 n susah ngidupinya klo d diemin aga lama misalkan di parkirin d skola wkt mau pulang kira2 sorean susah ngidupin,idup sie idup dcuman d diemin mati,di diemin mati gitu mas..ths yaaa
e-mail = och_now@yahoo.com
mks sebelumnya
July 7th, 2009 at 4:14 am
Great Post. Subscribed to Your Feed. THanks! Learn How to Play Piano | Piano Lessons DVDs | Piano Tutorials Online | Learn And Master Piano
January 13th, 2010 at 9:49 pm
smoga anak cucu gw msh bisa makan dan bahagia walau gw ga ada nanti…
karena gw ga bisa berbuat apa2 jg kan??? gw mau bekoar2 smp ludah gw jadi es batu jg ga ngaruh….
January 13th, 2010 at 9:52 pm
doa gw untuk negeri ini cuma yang terbaik ajalahh… semoga ALLAH SWT denger apayang kita mau….
hidup kita semua.. hahahahaha
March 8th, 2010 at 11:04 pm
MRT sekarang mencapai perencanaan manajemen (bagaimana mempertahankan sustainabilitas pengoperasian yg prima tanpa tergantung subsidi). Setelah itu mudah2an dilanjutkan dngan LRT (Light Rail Transit) sebagai feeder services untuk commuter Jakarta, yang kabarnya memberdayakan skema PPP (Private Public Participation) sehingga menjadi sarana yg handal dikelola oleh swasta / BUMD.
tapi saya pikir2 apa bisa laku ya? kalau masalah regulasi pembatasan sepeda motor ini berhenti karena cuma takut didemo?
setidaknya ada alternatif untuk commuter macam saya yg tidak punya kendaraan ini. tapi alangkah baiknya kalau sepeda motor ini juga diatur dalam regulasi yg jelas. sehingga saya tidak perlu khawatir diserempet walau berjalan di trotoar. ๐
July 15th, 2010 at 10:22 pm
izin copy bleh???
July 28th, 2010 at 12:40 am
[…] jangan ikut pusing. Misalnya dengan melupakan segala masalah transportasi. Atau dalam ungkapan Adinoto, transportasi publik adalah sarana pengangkutan yang diupayakan sendiri oleh publik — […]
July 28th, 2010 at 11:02 am
wabah sepeda motor adalah teriakan protes kaum kecil dan menengah, wabah sepeda onta adalah teriakan kaum pensiun, wabah sepeda lipet adalah teriakan protes kaum eksekutif muda. <– terima aja
August 12th, 2010 at 11:28 am
Makanya PILIH PRESIDEN & WAKIL yang punya TANGGUNG JAWAB…
Jangan PILIH yang RAKYAT MENANGGUNG dy yang JAWAB…….PILIH yang PENGERTIAN dengan keadaan rakya….Jangan pilih yang PENGERETAN terhadap Rakyat…Pilih yang PEDULI….Jangan PILIH yang cuek2 ONTA…..Susah di Elo Enak di Gw……
January 31st, 2016 at 4:57 pm
Peminjam terhormat yang terhormat,
Sebelum pinjaman Anda disetujui, Anda dapat memberikan Anda dan meyakinkan saya bahwa ketika kita memberikan dana pinjaman yang Anda inginkan tidak akan lari dengan itu? Selama 3 bulan terakhir beberapa set orang dari berbagai negara telah Melarikan diri dengan uang perusahaan. Kami tidak perlu melampirkan jaminan atau biaya tersembunyi kepada pelanggan kami. Terima kasih atas pengertian Anda. Kembali ke saya secepat mungkin sehingga kita dapat melanjutkan dalam persetujuan pinjaman Anda.
Salam Hormat.
Ibu Joyce