Pelajaran Hidup Dari Mobil Susu (Renungan Untuk Warga)

Social Add comments

Susu merupakan sumber makanan yang baik. Susu ibu, susu sapi, susu kaleng pun masih lebih baik daripada teh. Betul? Secara gua jaman kecil tidak terlalu suka susu, karena susu putih jaman dulu (biar dikata udah dicampur susu coklat) rasanya rada neg! Tapi ya dimeja suka disediain susu biar kata kadang curi-curi ga minum ato minum pake nutup idung 😛 , Jaman kuliah kesadaran akan perlunya minum susu meningkat, tapi susu juga udah ga dalam hitungan murah buat kantong mahasiswa. Susu kotak (kertas) jaman saya kuliah (1991-1994an) harganya masih 3 ribuan perak. Inget juga pernah beli susu Dutch Lady kaleng dari kampung halaman (di Bandung jarang) yang segede gaban harganya kalo ga salah dulu 20rban. Mahal banget bagi ukuran mahasiswa dengan uang saku bulanan 60rb perak.

Krismon 1998 merupakan titik tolak tahun sekem nasional. Secara inget temen punya bayi, nangis-nangis katanya beli susu udah 80rban. Sekarang susu lebih edan lagi, susu kecil udah 28rb apalagi susu kaleng besar. Buat yang udah pengalaman membesarkan anak mungkin bisa pengalaman berapa rupiah yang dibutuhkan sebulan untuk membeli susu?

Mungkin target obrolan saya bukan pembaca blog ini, secara pembaca blog “paling tidak” mungkin sudah sedikit lebih berpendidikan dan punya latar belakang ekonomi paling tidak lumayan? *semoga. Jadi mungkin urusan susu sudah tidak jadi bahan pemikiran lagi? Ato masih? Yang patut dipikirin adalah bagaimana dengan rakyat kebanyakan, yang makan aja masih harus bergantung penghasilan 10rb per hari, udah kena sekem kudu beli gas paling murah 25rb, biasa punya 10rb udah bisa masak dengan beli minyak tanah 1500 perak, sekarang apa kudu puasa dulu berapa hari baru masak, mana sempet disuruh mikirin susu. Anakpun dikorbankan dikasih teh aja. Dari cerita kakak saya tinggal lama di Jepang,  urusan susu disana adalah pe-er pemerintah. Punya anak udah pasti dapet jatah kiriman susu perbulan. Kalo urusan susu sang Bapak sih urus sendiri.

Yang saya mo gelitik disini suatu pertanyaan sederhana yang bermakna dalam. Apakah anda pernah melihat mobil susu melintas? Hayoo sapa yang pernah ngacung! Rasanya ga banyak yang pernah liat mobil susu di jalanan. Kecuali yang hobby plesir ke Lembang. Mobil susu itu paling jarang di jalanan dilihat publik sesederhana karena susu kalo banyak dilewatin orang akan mudah basi! Jadi setiap mobil susu yang melintas dari tempat pemerahan sapi ke pabrik susu haruslah dijalanan yang sedang sepi dan dikawal oleh voor rider. Jadi biasanya sih jalan kalo tengah malem dan sudah dibukain jalan. Kalo ga berapa kerugian kalo satu tangki basi semua 😀

Apa pembelajaran hidup dari kasus mobil susu? Ya negeri ini emang banyak siluman jalanan. Bukan genk motor, tapi skemernya itu adalah mengatasnamakan MAHAL nya biaya transportasi. Kalo nongkrong ditukang cukur gocengan suka mau nangis batin mendengar petani cerita kalo jagungnya sekilo cuma dihargain 100 perak, sedangkan di supermarket besar bisa 1300-1600 perak per kilo. Lah 1500 nya kemana? Ya itu atas nama mahalnya transportasi tengkulak-tengkulak bersorak-sorai diatas kehidupan petani.

Ada cerita  dari seorang officeboy yang saya kenal.  Ternyata sebelum krisis moneter 1998 beliau adalah seorang juragan tembakau di daerahnya. Bukan dengan konteks juragan jir markajir seperti bayangan anda, tapi kalo tani sendiri masih dikerjain sendiri sekali panen hasilnya 40 juta lumayan kan daripada jadi orang kantoran kudu modal dasi tiap kali tapi kantong tengah bulan juga udah kosong. Yang bersangkutan kemudian kena sekem “kelompok terorganisir” dengan mengatasnamakan kenaikan harga pupuk. Beli pupuk 1 ton pasti kena sekem aparat dijalan kalo bawa mobil, tapi kalo kelompok tertentu bebas melenggang. Mau bawa pupuk naik motor bolak-balik berapa ongkos kalo sekali trip cuma bisa gotong 2 karung? Alhasil banyak yang migrasi ke kota jadi pekerja serabutan dan salah satu tetangganya pun sempet menegak pupuk karena frustasi.

Apabila ingin mensejahterakan petani (mayoritas struktur masyarakat negeri ini) pertama yang harus dipikirin ya permasalahan transportasinya. Ongkos kirim dari sumber barang ke pusat perjualan di kota harus diminimasi. Thailand adalah salah satu negara yang pertama kali menerapkan sistem ini. Apabila ada hasil bumi diangkut dari petani maka dikawal oleh aparat untuk dibantu ke pusat penjualan di kota. Sehingga petani bisa menikmati hasil panennya dengan harga yang lebih baik, sekaligus bisa meningkatkan standard hidupnya. Kalo ga ya golongan tengkulaknya para petani ato nelayan ini sajalah yang akan menikmati keuntungan besar diatas jerih payah dan keringat para petani.

Saat ini beberapa officeboy dari daerah ini disela-sela pekerjaannya di kota jadi buruh, dikampungnya mulai ternak sapi Australi. Ternyata sapi Australi (unggulan ini muahal-muahal sekarang), bibitnya bisa 8,5jt perak dan bisa jual anakan 4 bulannya seharga 4,6jt. Not bad buat hasil ternak dan menambah peningkatan kualitas hidup mereka. Masalahnya sapi itu beranaknya cuma 1 kali setaon. Apa perlu dikawinin sama babi aja guyon saya biar anaknya banyak 😛 (Jangan serius2).

Masyarakat Timor Leste juga punya kebiasaan dari kecil anaknya sudah sejak lahir dibekali sapi. Jadi setelah umur 20an mau menikah harus meminang sesuai dengan “harga pasar” gadis yang ingin dipersunting. Misal sang gadis adalah kembang desa sehingga sang calon mertua minta 30 ekor sapi, ya mau ga mau tuh kudu siapin 30 ekor sapi hasil ternakannya dari kecil. Kalo ga bisa ya terpaksa cari calon kelas 2 deh 😀

Bener juga, banyak yang bisa dipelajari dari sapi dan kisah seputar susu. Minimal kan warga kalo punya sapi bisa minum susu sapi dan sehat-sehat. Negeri ini? Wah boro-boro bisa nyediain susu gratisan. Sekolah dan urusan perut aja masih dipersulit (mahal), gimana mo mikirin sapi? Kebalik ya? *ngacirrr

33 Responses to “Pelajaran Hidup Dari Mobil Susu (Renungan Untuk Warga)”

  1. Firman Says:

    Padahal kata Keus Pleus, bukan lautan hanya kolam susu…Kok mahal ya?

  2. adinoto Says:

    Firman Says:
    December 25th, 2007 at 4:07 pm e
    Padahal kata Keus Pleus, bukan lautan hanya kolam susu…Kok mahal ya?

    => Hahahahaha… mahalan mana sama top case macbook pro? 😀 *ngacirrrr

  3. Firman Says:

    Hare gene pake mek… dam…syik

  4. Oskar Syahbana Says:

    Lho itu… Mac juga termasuk high cost tuch! Wakakakak.

    Yup, negeri ini memang high cost economy booo! Gw pernah dulu diskusi sama yg punya pabrik yg lagi cari opportunity bikin pabrik di Cina, beda marginnya jauh! (dan sekarang udah banyak lho pabrik punya orang Indonesia di negeri tirai bambu itu). Mana nih generasi mudanya!??! *ngaciiiirrrr

  5. sufehmi Says:

    Bagi yang sudah berkeluarga, 2 komponen biaya terbesar biasanya adalah : susu & pendidikan.

    Padahal :

    1. Susu itu tidak penting / tidak vital.

    Jaman dulu kita tidak ada dikasih susu oleh ibu kita 🙂 nyatanya tetap pada pintar-pintar tho ? He he.

    Dan ini juga pesan sebenarnya dari pembuat slogan “4 sehat 5 sempurna” – susu itu cuma pelengkap. Wong dengan 4 saja sudah bisa sehat kok.

    Tapi itulah hebatnya promosi produsen susu (padahal di luar negeri saya tidak ada menemukan susu bubuk, istri saya sampai bengong)
    Dan itulah kita, mau saja menelan mentah-mentah apa kata mereka.

    2. Pendidikan :

    Ada kawan yang sampai ambil kredit bank, supaya bisa membayar uang muka.

    Padahal, di Indonesia kita bisa homeschooling. Biaya jadi jauh lebih murah, kualitas lebih terkontrol, anak tetap bisa bersosialisasi dengan baik, dan kesejahteraan guru bisa jadi lebih baik.

    Tanya kenapa 🙂

  6. sufehmi Says:

    Weih ralat sedikit, baris diatas ada yang mustinya adalah sbb :

    Ada kawan yang sampai ambil kredit bank, supaya bisa membayar uang muka sekolah anak-anaknya

    Thanks 🙂

  7. idarmadi Says:

    Kalo lewat tengah malam di daerah Taman Lawang, sering ada susu gratis… tapi susunya susu aspal….

    Bicara transportasi, ini memang kudu nomor satu bung! Transportasi darat harus prioritas nomor satu, kalau menurut saya pribadi sih, daripada uang pinjaman IMF dipake untuk BLBI, mendingan deh tuh duit 400an Triliun (Rupiah bukan daon) dipake untuk membuat jalan tol pantura, dan jalur selatan se Jawa. Jalur tol timur dan barat se Sumatera. Trus double track untuk jalur KA utara dan selatan di Jawa, demikian juga double track KA untuk jalur Barat dan Timur. PLUS Jembatan yang menghubungkan antara Sumatera dan Jawa.
    Maap, bukannya saya cuman menangin Jawa dan Sumatera ajah, tapi we gotta start somewhere, dan Sumatera dan Jawa adalah 2 pulau yang paling dekat dan paling padat penduduknya.

    Pemerintah hendaknya mempelajari bagaimana ekonomi Amerika Serikat meningkat setalah Presiden Rosevelt membangun jalur2 highway dan freeway diseluruh Amerika. Tahun itu tau engak budgetnya berapa? 4.8 miliar USD.
    Sebelumnya ekonomi pernah booming ketika railroad meraja rela. Setelah pembangunan jalur KA, maka orang California bisa menikmati enaknya jeruk Sunkist dari Florida.
    Dengan adanya jalan2 highway yang menghubungi seluruh negara bagian di Amerika Serikat kecuali Hawaii, bukan saja produk industri dan produk pertanian yang bisa tiba dengan cepat dari tempat produksi ke tempat konsumen, orang2pun bisa commute untuk bekerja di negara bagian yang berlainan, misalnya tinggal di NJ dan kerja di NY. Semua itu berkat adanya sistem infrastruktur transportasi yang terpadu (utamanya adalah jalan raya).

    Coba tanya sama pemerintah kita, apa sih grand planningnya? Hare gene masih pikir grand planning macam repelita dan dasawarsa pembangunan? tahun 2009 udah dekat bung! itu yang penting…

  8. ricky Says:

    #5maaf tidak sependapat, justru susu itu adalah makanan sehat yang pernah ada selain telur. semua komponen yang diperlukan tubuh ada di susu.
    ngomong2 tentang tentang ternak sapi, sebenarnya dengan modal 2 sapi, dengan kotorannya bisa diperoleh biogas untuk mencukupi keperluan masak per hari. terus residu proses biogas tsb adalah kompos, jadi dari sapi bisa memberdayakan rakyat, alus tah program sapi-nisasi buat aa nata. :))

  9. Dedhi Says:

    #8 Tergantung umur anda, kalo anda belum mencapai usia pubertas, susu memang sumber yang kaya protein yg bagus buat pertumbuhan. Tapi di atas usia itu, bentuk makanan lain bisa menghasilkan kualitas yang sama, dengan lemak yang lebih rendah, rasa yang bervariasi, dan harga lebih murah. Perlu diingat juga bahwa kita hidup di daerah tropis, sehingga kebutuhan lemak kita lebih rendah, dengan kata lain body mass index lebih rendah dari Caucassian misalkan. Oleh karena itu susu menjadi tidak penting buat orang Indonesia.

  10. adinoto Says:

    # idarmadi Says:
    December 25th, 2007 at 7:52 pm
    Kalo lewat tengah malam di daerah Taman Lawang, sering ada susu gratis… tapi susunya susu aspal….

    Bicara transportasi, ini memang kudu nomor satu bung! Transportasi darat harus prioritas nomor satu, kalau menurut saya pribadi sih, daripada uang pinjaman IMF dipake untuk BLBI, mendingan deh tuh duit 400an Triliun (Rupiah bukan daon) dipake untuk membuat jalan tol pantura, dan jalur selatan se Jawa. Jalur tol timur dan barat se Sumatera. Trus double track untuk jalur KA utara dan selatan di Jawa, demikian juga double track KA untuk jalur Barat dan Timur. PLUS Jembatan yang menghubungkan antara Sumatera dan Jawa.
    Maap, bukannya saya cuman menangin Jawa dan Sumatera ajah, tapi we gotta start somewhere, dan Sumatera dan Jawa adalah 2 pulau yang paling dekat dan paling padat penduduknya.

    Pemerintah hendaknya mempelajari bagaimana ekonomi Amerika Serikat meningkat setalah Presiden Rosevelt membangun jalur2 highway dan freeway diseluruh Amerika. Tahun itu tau engak budgetnya berapa? 4.8 miliar USD.
    Sebelumnya ekonomi pernah booming ketika railroad meraja rela. Setelah pembangunan jalur KA, maka orang California bisa menikmati enaknya jeruk Sunkist dari Florida.
    Dengan adanya jalan2 highway yang menghubungi seluruh negara bagian di Amerika Serikat kecuali Hawaii, bukan saja produk industri dan produk pertanian yang bisa tiba dengan cepat dari tempat produksi ke tempat konsumen, orang2pun bisa commute untuk bekerja di negara bagian yang berlainan, misalnya tinggal di NJ dan kerja di NY. Semua itu berkat adanya sistem infrastruktur transportasi yang terpadu (utamanya adalah jalan raya).

    Coba tanya sama pemerintah kita, apa sih grand planningnya? Hare gene masih pikir grand planning macam repelita dan dasawarsa pembangunan? tahun 2009 udah dekat bung! itu yang penting…

    => Sayang gua bukan Presiden Republik ini bung, kalo iya dirimu sudah pasti gua tunjuk jadi Menteri Perhubungan.

  11. adinoto Says:

    # ricky Says:
    December 25th, 2007 at 8:45 pm
    #5maaf tidak sependapat, justru susu itu adalah makanan sehat yang pernah ada selain telur. semua komponen yang diperlukan tubuh ada di susu.
    ngomong2 tentang tentang ternak sapi, sebenarnya dengan modal 2 sapi, dengan kotorannya bisa diperoleh biogas untuk mencukupi keperluan masak per hari. terus residu proses biogas tsb adalah kompos, jadi dari sapi bisa memberdayakan rakyat, alus tah program sapi-nisasi buat aa nata. :))

    => Setuju soal susu. Aku sih sependapat susu itu penting buat perkembangan otak dan raga sang anak. Coba punya anak dari kecil ga disusuin ASI kalo ga jadi terhambat perkembangannya jangan ngomong deh. Lah binatang dimana-mana juga menyusui anaknya kan.

    Soal biogas dari kotoran sapi saya sih tidak terlalu senang, karena bukan gmana-gmana kok ya rasanya ga manusiawi liat para petani malah diajarin ngaduk kotoran sapi 🙁 … Masih banyak sumber energi lain yang free dan layak buat rakyat negeri ini. Biarin sapi buat ngedot Bapak, Anak dan Keluarga biar semua bangsa ini bisa sehat (kemudian diisi dengan pendidikan yang bener bukan sinetron ga bermutu).

  12. Made Says:

    #5 waaa susu ga penting ya? kena skem ni saya selama ini..tp kayaknya anak tambah cerdas githu ya klo minum susu (sugesti?)…hmmm jadi berfikir..mana susu EnfaGrow muaahaal sekali

  13. daustralala Says:

    panjang nih postnya…

    *cabut…

  14. Bege Says:

    Kalau mau dicintai rakyat dan terpilih (lagi) jadi pengurus rakyat sebenarnya mudah aja, benahi transportasi….itu aja kok, ga usah muluk-muluk pake ngasih sekolah dan kesehatan gratis segala. Keterbukaan akses dan pendukungnya akan membuat sektor lain ikut maju, itu yang sering saya sarankan kalau ada pemilihan lurah dan camat di daerah xixixixixi…..

    Sebenarnya panjang jalan kita udah memadai, cuman yah itu, kualitasnya amburadul dan akhirnya membuat (balik lagi ke soal) biaya transportasi yang mahal karena waktu yang lebih panjang untuk melalui jalan yang jelek, penambahan bahan bakar, uang makan sopir plus plus lainnya yang tidak (boleh) tercatat.

  15. adinoto Says:

    # sufehmi Says:
    December 25th, 2007 at 7:44 pm

    Weih ralat sedikit, baris diatas ada yang mustinya adalah sbb :

    Ada kawan yang sampai ambil kredit bank, supaya bisa membayar uang muka sekolah anak-anaknya

    Thanks 🙂

    => Kalo di luar (taunya di US) biasanya emang kalo mau kuliah bisa pinjem uang ke bank dan dibayar cicilan setelah kerja. Karena pendidikan merupakan salah satu modal mengubah nasib, dengan fasilitas demikian, bagi warga yang berniat serius, jalan diberikan. Nah disini?

  16. sufehmi Says:

    #11 – oh ya, komentar saya di #5 itu bicara susu sapi – bukan ASI. (kirain sudah jelas)

    Kalau ASI tidak ada kontraversi lagi lah, semuanya pasti sepakat memang ASI itu sangat penting.

    #13 – banyak orang yang tidak kuliah / DO di tengah jalan namun sukses.

    Poin saya, pendidikan formal bukan satu-satunya cara untuk sukses.

    Karena itu beberapa tim di Diknas pada saat ini juga sedang berusaha agar homeschooling / pendidikan swadaya bisa lebih memasyarakat.
    Akhir-akhir ini juga kita mungkin sering melihat iklan Taman Baca swadaya dari Diknas.

    Masyarakat kita perlu lebih proaktif, dan tidak cuma pasif saja.
    Jika sebuah masyarakat telah menjadi aktivis, maka pemerintahnya tidak akan bisa semena-mena.

  17. Niwatori Says:

    sapi perah mahal, mari budidayakan ayam perah ajah ( jangan serius2 😀 )

  18. stey Says:

    susu sekarang 45rb mas yg kecil..ah negeri ini,semakin parah..

  19. Hedi Says:

    apa sih yg ga mahal di sini…lha wong mahal aja laris berat je 😀

  20. adinoto Says:

    # sufehmi Says:
    December 26th, 2007 at 12:19 pm
    #11 – oh ya, komentar saya di #5 itu bicara susu sapi – bukan ASI. (kirain sudah jelas)
    Kalau ASI tidak ada kontraversi lagi lah, semuanya pasti sepakat memang ASI itu sangat penting.

    => Susu ASI ato susu sapi saya rasa sama baiknya (sama baiknya dalam manfaat, bukan bicara sama baiknya dari segi kuantitatif). Namun mungkin poin sdr Dedhi lebih pas. Pada masa pertumbuhan lebih diperlukan sekali relatif dibandingkan dimasa tua. Tapi both sebaiknya diupayakan ada ga ada salahnya. Kalo anda bilang susu bubuk itu terbukti ga ada khasiatnya wah saya sendiri belum dalam kapasitas yang mampu menyatakan itu bener apa salah karena saya ga ngerti. Kalo ada bahannya bisa mungkin dishare disini dan diteliti oleh yang berwenang dan menguasai bidang ini. Saya cuma orang biasa dan tidak capable membahas ini secara mendalam.

    #13 – banyak orang yang tidak kuliah / DO di tengah jalan namun sukses.
    Poin saya, pendidikan formal bukan satu-satunya cara untuk sukses.
    Karena itu beberapa tim di Diknas pada saat ini juga sedang berusaha agar homeschooling / pendidikan swadaya bisa lebih memasyarakat.
    Akhir-akhir ini juga kita mungkin sering melihat iklan Taman Baca swadaya dari Diknas.
    Masyarakat kita perlu lebih proaktif, dan tidak cuma pasif saja.
    Jika sebuah masyarakat telah menjadi aktivis, maka pemerintahnya tidak akan bisa semena-mena.

    => Hmm rasanya ga relevan jawabannya bahwa ulasan karena menurut anda orang bisa sukses bukan dari sekolah formal lantas tidak memerlukan susu? Premisnya terbalik. Ato kalo tiba-tiba bahasannya bahwa orang ga perlu sekolah formal juga bisa sukses? Rasanya bukan topik bahasan saya. Saya cuma membahas MOBIL SUSU 😀 *a.k.a efisiensi transportasi biar petani bisa menikmati hasil tanamnya.

    Regards,

  21. vicong Says:

    susu formula itu sekem, kalau dokter yang bener cuma menyarankan ASI http://www.medicastore.com/asi_susuformula/

    btw susu bubuk & sus kental manis itu kandungan gizinya sudah sangat jauh dengan kandungan susu murni. Tadinya susu bubuk dibuat untuk memudahkan distribusi ke korban kelaparan atau para pengungsi. Coba perhatikan di negara maju (lihat di film-film) yang diminum selalu susu murni di kotak atau yang masih pake botol 😀

  22. adinoto Says:

    # vicong Says:
    December 27th, 2007 at 12:37 pm e
    susu formula itu sekem, kalau dokter yang bener cuma menyarankan ASI http://www.medicastore.com/asi_susuformula/

    btw susu bubuk & sus kental manis itu kandungan gizinya sudah sangat jauh dengan kandungan susu murni. Tadinya susu bubuk dibuat untuk memudahkan distribusi ke korban kelaparan atau para pengungsi. Coba perhatikan di negara maju (lihat di film-film) yang diminum selalu susu murni di kotak atau yang masih pake botol 😀

    => Toel boss, kalo susu bubuk pasti kandungan gizinya sudah tidak semaksimal susu murni. Hanya hargnaya relatif lebih murah dan buat media penyimpanan lebih gampang buat negara model “masih miskin” seperti Indonesia. Susu murni di Bandung sih lumayan ada Susu KPBS (Koperasi Susu di Lembang) — sekalian contoh koperasi yang jalan.

    Referral menarik untuk dibaca: http://www.hillbillyhousewife.com/powderedmilk.htm

  23. sufehmi Says:

    Euh, komentar saya no.16 itu kok ngawur ya, sebetulnya bukan reply no.13, tapi no.15.
    Lagi laper mungkin, he he 😀

  24. sufehmi Says:

    @15 – skema tersebut di Amerika sudah mulai dikritisi, karena jadi sangat membebani fresh graduate. Lulus kuliah bukannya “fresh”, tapi sudah terbebani hutang yang gila-gilaan besarnya.

    Bagaimana mereka mau pada jadi enterpreneur seperti kang Noto ? Susah euy, kepala sudah pusing duluan karena hutang gede. Nyari kerja juga susah jaman resesi begini.

    Beberapa kampus di Amerika setahu saya sudah mulai consider untuk mencegah para mahasiswanya terlilit hutang seperti ini.
    Bagusnya sih tentunya kita jangan justru malah mengulangi kesalahan mereka 😀

  25. adinoto Says:

    # sufehmi Says:
    January 7th, 2008 at 10:11 am e
    @15 – skema tersebut di Amerika sudah mulai dikritisi, karena jadi sangat membebani fresh graduate. Lulus kuliah bukannya “fresh”, tapi sudah terbebani hutang yang gila-gilaan besarnya.

    Bagaimana mereka mau pada jadi enterpreneur seperti kang Noto ? Susah euy, kepala sudah pusing duluan karena hutang gede. Nyari kerja juga susah jaman resesi begini.

    Beberapa kampus di Amerika setahu saya sudah mulai consider untuk mencegah para mahasiswanya terlilit hutang seperti ini.
    Bagusnya sih tentunya kita jangan justru malah mengulangi kesalahan mereka 😀

    => Hehehee iya kang makanya kalo bisa jangan mendidik banyak lulusan putus SMA doang 😀 lebih kasian kalo cuma bisa nganggur ato cuma kerja serabutan karena kalah bersaing dengan pengangguran S1 😀

    Intinya kasihlah kesempatan mereka bisa kuliah (formal mo non formal keahlian juga welcome), jangan bebani dengan pendidikan yang mahal. Sekarang mahal kredit ke pengusaha super kakap aja yang meluncur, masyarakat dan rakyat jelata seperti terlupakan. Pengusaha super kakap mah tidak banyak menciptakan lapangan kerja. Berapa sih? Dibanding dengan jumlah usaha kecil dan mikro yang harusnya tercipta.

    Met taon baru kang! Sukses dan salam buat keluarga.

  26. sufehmi Says:

    Hmm rasanya ga relevan jawabannya bahwa ulasan karena menurut anda orang bisa sukses bukan dari sekolah formal lantas tidak memerlukan susu? Premisnya terbalik
    .
    Err… sebetulnya sih memang tidak relevan dengan posting ini 🙂
    Thanks.

    Untuk lebih jelasnya, mungkin bisa merujuk ke komentar no. 5 – tips untuk menekan living cost.

    Mungkin seharusnya saya bikin posting artikel sendiri sih sebetulnya, hehe… cuma karena bebas susu = menekan biaya, sama dengan bebas sekolah tinggi formal = menekan biaya, jadinya saya gabung di komentar no. 5 tsb.

  27. sufehmi Says:

    Oh ya untuk di Jakarta, kalau mau bebas dari susu formula setahu saya bisa, yaitu dengan langganan susu merk surya. Diantar ke rumah lho 😀

    Cuma memang ada minimum delivery, dulu sih cukup 5 kantong @ 250 ml per hari kalau tidak salah. Entahlah sekarang.
    Tapi saya kira tidak masalah, cukup kita ajak beberapa tetangga — asik deh bisa menikmati asupan bergizi dengan harga terjangkau.

    Tapi ya itulah, mereka kalah sekem sama produsen susu formula. Yang apes ya kita, jadinya cuma tahu produk inferior (susu formula), dengan harga yang mahal.

    Spread the word !

  28. sufehmi Says:

    Met taon baru kang! Sukses dan salam buat keluarga.

    Selamat tahun baru boss ! Moga-moga bisnisnya makin sukses, dan tambah banyak lagi (yang saat ini juga sudah banyak) kontribusinya ke komunitas, amin… ! 🙂

  29. adinoto Says:

    # sufehmi Says:
    January 7th, 2008 at 10:30 am e
    Hmm rasanya ga relevan jawabannya bahwa ulasan karena menurut anda orang bisa sukses bukan dari sekolah formal lantas tidak memerlukan susu? Premisnya terbalik
    .
    Err… sebetulnya sih memang tidak relevan dengan posting ini 🙂
    Thanks.

    Untuk lebih jelasnya, mungkin bisa merujuk ke komentar no. 5 – tips untuk menekan living cost.

    Mungkin seharusnya saya bikin posting artikel sendiri sih sebetulnya, hehe… cuma karena bebas susu = menekan biaya, sama dengan bebas sekolah tinggi formal = menekan biaya, jadinya saya gabung di komentar no. 5 tsb.

    => Hehehehe sip kalo dikoreksi tidak relevan dengan posting ini 😀 hehehe… Karena saya sendiri pendukung pendidikan non formal dalam rangka pengentasan kemiskinan.

    Regards,

  30. adinoto Says:

    # sufehmi Says:
    January 7th, 2008 at 10:35 am e
    Oh ya untuk di Jakarta, kalau mau bebas dari susu formula setahu saya bisa, yaitu dengan langganan susu merk surya. Diantar ke rumah lho 😀

    Cuma memang ada minimum delivery, dulu sih cukup 5 kantong @ 250 ml per hari kalau tidak salah. Entahlah sekarang.
    Tapi saya kira tidak masalah, cukup kita ajak beberapa tetangga — asik deh bisa menikmati asupan bergizi dengan harga terjangkau.

    Tapi ya itulah, mereka kalah sekem sama produsen susu formula. Yang apes ya kita, jadinya cuma tahu produk inferior (susu formula), dengan harga yang mahal.

    Spread the word !

    => Thanks atas infonya kang! Kalo di Bandung apa KPBS bisa dianter ya?

  31. adinoto’s blog » Blog Archive » Selamat Kang Dede! Ditunggu Perubahan Jabar Says:

    […] Pelajaran Hidup Dari Mobil Susu […]

  32. benazirfathia.blogspot.com Says:

    skrg gini aja bung….karena susu itu mahal jadi yg harus diioptimalkan adalah penyusuan sang ibu ke anaknya…karena ASI itu lebih baik daripada susu manapun..itu sudah anugerah Allah…

  33. permainan zuma Says:

    BBM aja ga jd naik, susu dah pada mahal gimana klo nantinya BBM naik? … anak² orang miskin makin susah mendapatkan gisi yg baik malah akan jadi sengsara sebab meraka akan mengalami gisi buruk… 🙁

Leave a Reply

WP Theme & Icons by N.Design Studio
Entries RSS Comments RSS Log in