Telah berpulang ke Rahmatullah salah seorang keluarga, suami dan ayah. Setelah mengalami pengalaman pahit berurusan di Rumah Sakit, telah berpulang ke sang Pencipta dan semoga yang bersangkutan diberikan tempat yang layak dan baik disisiNya.
Ajaibnya, setelah mengalami perawatan? lebih dari 7 minggu di rumah sakit tersebut dan menghabiskan lebih dari 500 juta rupiah, pagi ini kerabat saya tersebut masih belum dapat menikmati kebebasan abadinya, karena pihak Rumah Sakit bersikukuh menahan jenazah dan menyandera keluarga sebelum melunasi kekurangan pengobatan sebesar 108 juta rupiah. Kemudian pihak Rumah Sakit memutuskan memberikan discount 25 juta rupiah dan sisanya ditalangin dari pihak keluarga sehingga masih memiliki utang 33 juta.
Kehilangan kata-kata. Rumah Sakit ajaib memang. Ada yang mau bisnis Rumah Sakit? Ajak-ajak saya yah *sarcasm.
June 6th, 2006 at 3:58 am
turut berduka cita..
smoga keluarga dan kerabatnya diberikan ketabahan…
🙁
June 6th, 2006 at 6:48 am
semoga Alloh SWT melapangkan tempat disisiNya untuk almarhum. dan yang ditinggalkan semoga dilapangkan segala urusannya, terutama dengan rumah sakit.
June 6th, 2006 at 7:15 am
Ikut berduka cita. Semoga arwah beliau diterima di sisi-NYA, bagi yang ditinggalkan diberikan kekuatan untuk menghadapi cobaan ini. Yang sabar ya….
June 6th, 2006 at 7:41 am
Rumah sakit mana sih yang menahan jenazah itu? lebih baik di black list aja dari list untuk berobat,
Apa tidak ada cara yang lebih manusiawi? saya rasa jika seseorang/keluarga di serahin tanggung jawab untuk membayar hutang pasti akan terbebani untuk melunasi tanggung jawabnya itu.
Tapi jika sampai harus menahan jenazah yang sudah seharusnya secepatnya di kuburkan itu sangat2 keterlaluan. Apa pikiran orang2 yang menahan jenazah itu? apa pikiran orang2 yang mempersulit dalam pengobatan?
Apakah hanya dokter aja yang menjunjung azas untuk menolong? sedangkan yang lainnya menjunjung azas ada uang anda di periksa tapi belom tentu di kasih obat/diagnosa yang benar ?
June 6th, 2006 at 8:12 am
Turut berduka cita. Hmm.. Mohon maaf jika sebelumnya sempat memberikan komentar yang kurang enak. Salam untuk keluarga yang ditinggalkan..
June 6th, 2006 at 9:45 am
Turut berduka cita bagi keluarga yang ditinggalkan.
June 6th, 2006 at 10:25 am
Turut berduka cita sedalam2nya… Semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan dan ketabahan, dan semoga arwah beliau diterima di sisiNya.
Mau nge-junk, kayaknya kagak appropriate. Not, mungkin bisa diceritakan lebih lanjut sakit apakah beliau?
June 6th, 2006 at 10:50 am
inna lillahi wa inna ‘ilayhi roojiuun…
turut berduka….
June 6th, 2006 at 10:59 am
inna lillahi wa inna ‘ilayhi roojiuun…
turut berduka bos….
June 6th, 2006 at 12:10 pm
-> Idarmadi
Boss kalo cerita sakit kan udah ada gua link di posted sebelumnya:
http://adinoto.org/?p=205
June 6th, 2006 at 1:36 pm
Pasti di INDONESIA LAGI!
turut sedih saya 🙁
June 6th, 2006 at 3:21 pm
Turut beduka juga Boss…
June 6th, 2006 at 3:28 pm
My deepest condolonces for the demise, may 4JJI SWT forgive him/her, and bless her/his familiy. 🙂
June 6th, 2006 at 4:24 pm
ikut sedih kang adinoto. saya juga baru-baru ini punya pengalmaan pahit dengan dokter (kandungan). begini ceritanya:
menginjak usia kehamilan 39 minggu (which is sudah cukup umur untuk melahirkan), istri saya merasakan keluhan berupa rasa sakit melilit, tapi bukan mules. setelah tanya sana-sini, katanya kontraksi. tapi , mengingat rasa sakitnya ndak hilang-hilang, pagi-pagi sekitar jam 8 kami memutuskan membawanya ke RS bersalin yang sudah cukup ternama (males ah disebutin di sini), karena selama ini kami kontrol di RS tersebut.
dokter kami kemudian melakukan pemeriksaan dalam untuk melihat ada-tidaknya pembukaan. dokter bilang, “belum ada pembukaan, tapi mesti diobservasi!”
istri saya naik ke kamar bersalin, menunggu perkembangan (observasi ternyata cuma ‘menunggu perkembangan’). sampai jam 11 malam, istri saya stress karena perutnya sakit tapi blom ada pemeriksaan lagi dari dokter. saya bolak-balik cari suster, menanyakan dokter. kata suster: iya, ntar dokternya visit.
jam setengah dua belas, dokter gak visit2. saya samperin ke ruangan dokter: “dok, istri saya itu gimana?” dengan entengnya dia bilang: udah, pulang aja, belum saatnya itu pak. kontraksi biasa.” Jadi, dokter itu nggak visit istri saya sama sekali.
kami pulang dengan kondisi istri begitu lelah karena kesakitan. celakanya, di kuitansi banyak kesalahan entri. visit dokter dimasukkan, padahal tidak ada visit sama sekali, lalu penggunaan CTG (untuk rekam jantung bayi) yang cuma dilakukan satu kali ditulis tiga kali. setelah saya koreksi, sejumlah Rp300.000 harus susut dari angka awal. itu pun setelah saya ‘gertak’ dengan mengatakan “jangan macam-macam, saya ini wartawan, saya tulis nanti kejanggalan RS ini!” saya sebenarnya males pake cara ini, tapi saya sudah kadung kesal.
seminggu kemudian, istri saya mulai merasa keluhan mulas dan kontraksi (sakit) pertanda sudah saatnya melahirkan. sekitar pukul 20.00 kami tiba di rumah sakit. sialnya, dokter kami tidak praktek hari itu. saya meminta konsul lewat telepon. dokter bilang, istri saya mulasnya tidak normal (terlalu sering), kemudian, lewat telepon,dokter memerintahkan suster memberi infus pengurang rasa mulas. dokter sama sekali tidak mau datang ke RS padahal rumahnya dekat!
istri diminta menginap di RS sampai mulasnya normal. keesokan paginya, jam 6, dokter bilang: ini harus disesar! plis deh dok, kalo harus sesar, kenapa enggak dari dulu waktu observasi?
jam 9.47 anak saya lahir. tapi nyaris gagal napas. anak saya sianosis. seluruh badannya membiru. tapi suster sibuk nulis ini-itu, soal administrasi. saya bilang: “sus, ini anak saya biru!”
usut punya usut, anak saya keracunan ketuban yang sudah hijau. ketuban hijau, bisa disebabkan banyak hal, di antaranya usia kehamilan yang terlalu tua sehingga nutrisi dalam ketuban sudah habis. jadi, mestinya dokter datang waktu pertama kali istri saya diobservasi.
18 hari anak saya harus menetap di RS. total biaya mnecapai 50 juta. sekarang, alhamdulillah anak saya masih sehat (baru berusia 20 hari). saya berharap hal serupa tidak terjadi pada rekan-rekan.
June 7th, 2006 at 6:16 pm
Ikut berduka cita yang sangat dalam, smoga keluarga di berikan ketabahan dan kesabaran,,
PS : Kang adi, sorry mo tanya…. ini kerabat kang adi kah ? Koq kasus, kejadian atau keadaan sakit, urusan rumah sakit nya sama kek teman kantor saya yang meninggal 6 juni 2006 sore hari (skitar jam 5an…). Mohon info nya yah…. thx..
June 7th, 2006 at 10:04 pm
Meyta said,
Ikut berduka cita yang sangat dalam, smoga keluarga di berikan ketabahan dan kesabaran,,
PS : Kang adi, sorry mo tanya…. ini kerabat kang adi kah ? Koq kasus, kejadian atau keadaan sakit, urusan rumah sakit nya sama kek teman kantor saya yang meninggal 6 juni 2006 sore hari (skitar jam 5an…). Mohon info nya yah…. thx..
-> Waduh emang temen Meyta namanya sapa?
June 9th, 2006 at 10:33 am
Nama temen ku itu ==> “SriYono” Engineer di kntrku..
Bukan yah ?? tq..
June 9th, 2006 at 11:59 pm
Meyta said,
Nama temen ku itu ==> “SriYono†Engineer di kntrku..
Bukan yah ?? tq..
-> Bukan Met, wah kok sama persis kejadiannya ya? Mau bagi2 cerita? Aku posting di kolom utama kalo mau (tawaran pertama nih buat mosting di blog ku).
June 12th, 2006 at 4:12 pm
mauuuuuuuuuuuuuuuuuu……….
mo gimana ? di send by email ajah kah ?
tq ya kang…
June 14th, 2007 at 2:32 pm
turut berduka 🙁
begitulah keadaannya..
biar konsumen kesehatan lbh terbuka 🙁
sebaiknya tdk ada pembelaan..tp perbaikan..semoga
mari mulai dari ngeblog..