Renungan: Peta Kota Bandung

Social Add comments

diambil dari situs www.bandung.go.id

Sebagai warga kota Bandung seberapa seringkah anda coba merenungkan wilayah tempat tinggal kita semua? Bukan cuma tek-tok dari rumah-kantor-kampus-rumah? Dan berwawasan bahwa wilayah Bandung ini demikian sesuai dengan peta dan dapat menggambarkan dengan segala permasalahannya dimasing-masing kawasan. Bandung bukanlah cuma Dago, buat para pendatang di akhir minggu, lihatlah pada masanya anda akan melihat daya tarik Bandung bukan cuma Dago – Setiabudi dengan Factory Outlet nya. It’s soo much more. Nah dimanakah peran warga? Kita semua tahu siapa lagi yang bisa bikin Bandung lebih baik kalau bukan diri kita sendiri. Mulailah telurkan suatu disiplin baru. Disiplin diri membangun rumah tinggal kita lebih baik. Bandung yang nyaman untuk tempat hidup. Bikin dong orang Jakarta iri. Masa sih ga bisa. Bandung itu nyaman dong, masa ikut-ikutan macet dan kotor sih. Jakarta aja ga gitu. Hayu urang Bandung sadayana… tong jadi pemalesan atuh!

35 Responses to “Renungan: Peta Kota Bandung”

  1. Dedy Says:

    Vote for AA Nata!!!
    Btw, sampah2 dipinggir jalan tolong dibersihkan dari sekarang yach…
    :)) *ngacir

  2. rendy Says:

    ternyata ktp ku ktp kabupaten bandung

  3. Adham Somantrie Says:

    Antapani, region full internet 😛

  4. Dedhi Says:

    Oy, gue punya KTP Bandung lho!
    Coblos Aa’ Nata

  5. Syafrudin Says:

    Untuk bisa hidup nyaman menurut saya kondisi fisik minimalnya:
    -1- Saya bisa punya rumah di daerah yang tidak kumuh juga tidak berbenteng tinggi. Kebanyakan rumah tinggi dan luasnya kurang lebih seukuran meski tidak diseragamkan, tingginya tidak boleh melebihi tinggi bangunan landmark (semacam gedung Isola, gedung sate, masjid agung) di lingkungan setempat, semua memenuhi syarat idealnya IMB (seperti garis sempadan, kewajiban menanam pohon).
    Sebetulnya saya ingin “menurunkan” persyaratan ini dari “punya rumah” menjadi “sewa rumah atau rusun”, seperti kalau di luar negeri, tapi keluarga belum bisa menerima, maunya rumah “normal” saja.
    -2- Saya bisa kerja sesuai dengan kompetensi saya dengan salary yang layak (sekian kali UMR 🙂 atau saya bisa usaha tanpa beban pungli.
    -3- Tersedia fasilitas kesehatan dasar yang lengkap (termasuk ambulan dan mobil jenazah) dekat rumah dan gratis buat semua warga karena sudah tertutup oleh Asuransi Wajib (versi ideal dari Askes / Jamsostek / Taskin).
    -4- Tersedia angkutan umum yang cepat dan nyaman dari rumah ke tempat kerja, dan sesekali saya bisa Bike2Work juga (ada jalur angkutan tak bermotor), bahkan jalan kaki (ada jalur pedestrian yang berkesinambungan dan datar, nggak naik turun karena ngalah sama jalur keluar masuk mobil). Angkutan umum dalam kota untuk Bandung menurut saya idealnya Monorel. Angkutan ini terpadu dengan angkutan umum antar kota (KA cepat, Pesawat udara, pusat parkir), juga pool taksi dan mobil sewaan.
    -5- Tersedia Prasarana Jaringan Energi dan Sanitasi (Listrik, Gas, Air bersih, Air Kotor) secara terpusat. Tagihan bulanan dibayar dengan auto-debet.
    -6- Tersedia Prasarana pengolahan sampah di kampung saya, swadaya dari iuran sampah, sampah organik diolah jadi pupuk organik, sampah non-organik dipilah untuk daur ulang.
    -7- Tersedia Prasarana Jaringan Komunikasi (voice & internet) yang andal di rumah dan di tempat kerja, lebih bagus lagi di tempat umum juga.

    Saya sengaja tidak mencantumkan soal “sekunder / tersier” dalam tata kota seperti tempat ibadah, taman kota, tempat olah raga / wisata / hiburan, pengendalian polusi, karena kalau yang “primer” di atas tercapai, Insya Allah yang “sekunder / tersier” juga tercapai dengan sendirinya.

    ps.
    KTP saya 87-88: Kampung Halaman, 88-93: Kota Bandung, 93-97: Depok, 97-04: Kab Bogor, 04-skrg: Kota Bandung.

  6. adinoto Says:

    To Pak Syafrudin:
    Terima kasih atas komen yang membangunnya Pak. Saya yakin teman-teman setuju dan berpikiran yang sama untuk saran-saran yang membangun tersebut.

    Saya sedang coba susun Wiki untuk suatu manajemen kota yang TERBUKA, di http://adinoto.org/walikota_bandung

    Mari kita sama-sama isi dan nanti coba implementasikan bersama. Ini baru konsep dari rakyat untuk rakyat. Amin. Semoga niat baik kita direstui oleh Yang Maha Kuasa.

  7. Amir Karimuddin Says:

    Bagaimana dengan daerah Bandung Selatan? apa yang Aa Nata rencanakan? Bagaimana dengan kawasan industrinya? Bagaimana dengan industri sepatunya? tekstilnya?
    Hayuh dipikirkan 😉

  8. adinoto Says:

    To Pak Amir:
    Pasti pak, tenang saja. Lagi ngebul nih kepala mikirin konsep grand schemenya. Yang jelas bakal terbuka untuk editan publik. Menarik kan konsep membangun kota secara bersama?

  9. Irvan Says:

    ditunggu aja om grand design-nya. 😀

    -IT-

  10. yoki Says:

    Tanya dung Aa Nata, gimana untuk menyampaikan informasi ini kepada mayoritas penduduk kota bandung?..notabene belum mempunyai koneksi internet 😀

  11. Anak Bandung Cinta Damai Says:

    aa nata, menurut aa nata bagaimana mengatasi pmasalah prostitusi di bandung spt saritem dll, coba aa nata buka bintangmawar.net ternyata prostitusi di bdg sdh spt jakarta, artinya dgn tol cipularang, psk2 jakarta sdh menginvasi bdg. Kira2 apa langkah kongkrit aa nata dalam hal ini, dalam beberapa bulan kehidupan ala KOTA, Lokasari, Mabes, bisa dinikmati di bdg. Ini Ancaman atau justru Kemudahan aa nata?, semoga aa nata diberikan jalan kemudahan menuju cita-citanya sbg walikota bandung

  12. Dedy Says:

    blum ada artikel baru neh, ywdh, iseng-iseng, nyampah di artikel ini :P, wekekekekek, kayak dibandung aja… *ngacirrr (g bertanggung jawab)

  13. adinoto Says:

    Anak Bandung Cinta Damai | abcd@abcd.org | IP: 202.152.233.130

    aa nata, menurut aa nata bagaimana mengatasi pmasalah prostitusi di bandung spt saritem dll, coba aa nata buka bintangmawar.net ternyata prostitusi di bdg sdh spt jakarta, artinya dgn tol cipularang, psk2 jakarta sdh menginvasi bdg. Kira2 apa langkah kongkrit aa nata dalam hal ini, dalam beberapa bulan kehidupan ala KOTA, Lokasari, Mabes, bisa dinikmati di bdg. Ini Ancaman atau justru Kemudahan aa nata?, semoga aa nata diberikan jalan kemudahan menuju cita-citanya sbg walikota bandung

    -> Terima kasih ABCD *aduh asli lucu pisan nicknya 😀 Anak Bandung Cinta Damai 🙂

    Mengomentari soal permasalahan kota memang tidak sesederhana yang dibayangkan. Aspek terkait harus dibayangkan dari grassroot problems nya. Membahas soal permasalahan sosio- prostitusi misalnya, harus dibahas secara tuntas mulai dari masalah ketenagakerjaan, aspek ekonomi, aspek budaya, aspek agama dan banyak faktor terkait satu sama lain. Pemberantasan seketika tanpa memikirkan lapangan pekerjaan yang sudah terkait seluruh golongan pelaku disana mulai dari calo, mucikari sampai pelakunya sendiri, harus dipikirkan solusinya. Banyak calo yang mungkin sudah? tidak punya kapasitas pekerjaan lain dan enjoy dengan kemudahaan cara mencari uang disana? Banyak mucikari yang mungkin sudah enjoy? dengan cara mudah mencari uang dan menanamkan investasi yang tidak sedikit? Banyak pelaku yang dengan alasan klasik masalah ekonomi berangkat dari desa untuk mengadu nasib disana. Banyak daerah-daerah yang secara budaya yang tidak mempermasalahkan anaknya menjalani profesi sedemikian. Banyak aspek-aspek yang terkait yang harus dipetakan dari awal. Dan gejolak masyarakat, dan noise? tentang apakah penutupan itu merupakan suara hati nurani masyarakat atau tidak.

    Salah satu kunci adalah pemberdayaan Balai Latihan Tenaga Kerja. Saat ini BLTK seperti tidak lagi dilirik oleh pemerintah. Seperti halnya Balai Latihan Kerja Metalurgi di Bandung. Masyarakat butuh keahlian real, bukan sekedar ijasah S1 yang mungkin malah mencetak lebih banyak lulusan sarjana yang tidak siap kerja dan memiliki skills yang rendah.

    Salah satu kunci lagi adalah aspek budaya, terlepas bahwa industri dunia malam merupakan salah satu barometer penggerak roda ekonomi, patut dipertanyakan, berapa banyak kalangan masyarakat yang dapat menikmati dari efek domino bisnis tersebut, apakah hanya segelintir masyarakat pelaku yang gemuk? atau kita bisa menarik manfaat dari penarikan pajak yang didistribusikan buat kepentingan ruang publik.

    Salah satu aspek kunci lagi adalah penempatan lokasi, apakah penempatan lokasi ditengah ruang tinggal masyarakat tidak mengganggu aspek sosio dari lingkungan masyarakat itu sendiri?

    Model yang menarik bagi paduan mungkin membangun suatu kawasan sentralisasi bagi suatu kegiatan malam yang jauh dari pemukiman masyarakat. Seperti yang diterapkan di Macao, Monaco, Genting Islands, ato di Cape Town, Afrika Selatan. Dengan penarikan pajak yang besar dan aturan aturan yang strict untuk diikuti (di Malaysia dan Monaco misalnya, Casino terlarang untuk penduduk lokal, kecuali jadi pegawai) maka keseimbangan dan manfaat yang bisa ditarik mungkin lebih dapat dirasakan.

    Paduan antara pemahaman bersama bersama para pertinggi agama dan pemuka rakyat tentunya menjadi kunci keberhasilan program bersama ini. Tanpa koordinasi dan nilai tawar yang saling menguntungkan bagi semua pihak dijamin program apapun tidak akan menghasilkan cita-cita yang diinginkan kita semua. Apalagi program-program masyarakat yang cenderung sensitif seperti ini.

    Terima kasih atas dukungannya dan mari kita sama-sama bangun kota yang kita cintai ini.

    Hormat saya, Aa Nata.

  14. adinoto Says:

    # yoki Says:
    September 5th, 2007 at 5:48 am e

    Tanya dung Aa Nata, gimana untuk menyampaikan informasi ini kepada mayoritas penduduk kota bandung?..notabene belum mempunyai koneksi internet 😀

    -> Ya itu dia Kang Yoki, memang demikian adanya. Makanya saya masih suka jalan kaki mengelilingi Bandung dan melihat-lihat kehidupan warga ternyata ya hampir semua masih berkutat dengan mencari kehidupan dan penghasilan 1000-2000 perak dengan berdagang, bagaimana mau bicara teknologi dan semua buang waktu (bagi mereka) dan buang uang?

    Makanya kita perlu bergerak ke layer masyarakat yang lebih grassroot. Memikirkan nasib dan bantuan fasilitas apa yang bisa kita berikan karena selama ini mereka tidak tersentuh oleh pemerintah.

    Masalahnya kalo sosialisasi via Radio nanti dikira curi start kampanye duluan repot juga? 🙁 Wong padahal maksudnya baik bagaimana membangun kota yang kita cintai ini 🙁

  15. Dedy Says:

    trus bagaimana dengan masalah sampah nih bung nata? 🙂

  16. masliliks Says:

    kan, satu hal yang mungkin luput adalah, di peta itu bandung (kotamadya) kan dikelilingi oleh kabupaten. nah, jangan seperti jakarta yang melupaken bodetabek nya, grand desain bandung musti mengakomodir daerah-daerah urban. tengtunya masukan problem dari ABCD bisa diminimalisir apabila stock tidak ada, karena rakyat di sekeliling mbandung juga turut sibuk dan makmur di daerahnya sendiri sendiri. ini sekedar masukan mengingat di musim kompetisi tinggi antar daerah (baca: otonomi daerah) ini jarang ada daerah yang dalam membangun memikirkan daerah lain disekitarnya. konsep barlingmascakeb (banjarnegara purbalingga banyumas cilacap dan kebumen) mungkin bisa kang noto adopsi dan perbaiki..mekaten kang

  17. miod3516nr Says:

    Yang pasti yang bisa kita lakukan, baik yang masih bergelut dengan uang 1000-2000 perak, maupun juga yang rumah, mobilnya banyak, pangkat/ jabatannya tinggi, tong ngaruntah sakadaek, lang- lung dimana wae, jalan dianggap tempat sampah. Hemat air, penghijauan semaksimal mungkin. Dibuat deh kebersihan jadi gaya hidup manusia Bandung yang baru. Jangan cuma malu karena ngga punya ipod touch, tapi malu karena hari gene masih lang- lung dimana wae…Itu aja dulu. Baru kita bicara hal2 lainnya..
    Salam

  18. adinoto Says:

    # miod3516nr Says:
    September 7th, 2007 at 5:50 am e

    Yang pasti yang bisa kita lakukan, baik yang masih bergelut dengan uang 1000-2000 perak, maupun juga yang rumah, mobilnya banyak, pangkat/ jabatannya tinggi, tong ngaruntah sakadaek, lang- lung dimana wae, jalan dianggap tempat sampah. Hemat air, penghijauan semaksimal mungkin. Dibuat deh kebersihan jadi gaya hidup manusia Bandung yang baru. Jangan cuma malu karena ngga punya ipod touch, tapi malu karena hari gene masih lang- lung dimana wae…Itu aja dulu. Baru kita bicara hal2 lainnya..
    Salam

    -> Betul kang, seperti tulisan-tulisan temen-temen seperti di http://miramarsellia.wordpress.com/2007/09/06/menabung-air-dan-mendaur-ulang-sampah/

    Mangkanya nanti kita butuh penularan spirit ke rerencangan sadayana untuk membangun “penularan spirit getok ular” soal disiplin diri sebagai warga kota.

    Atur nuhun sudah participate disini. Salam.

  19. adinoto Says:

    # masliliks Says:
    September 6th, 2007 at 7:00 am e

    kan, satu hal yang mungkin luput adalah, di peta itu bandung (kotamadya) kan dikelilingi oleh kabupaten. nah, jangan seperti jakarta yang melupaken bodetabek nya, grand desain bandung musti mengakomodir daerah-daerah urban. tengtunya masukan problem dari ABCD bisa diminimalisir apabila stock tidak ada, karena rakyat di sekeliling mbandung juga turut sibuk dan makmur di daerahnya sendiri sendiri. ini sekedar masukan mengingat di musim kompetisi tinggi antar daerah (baca: otonomi daerah) ini jarang ada daerah yang dalam membangun memikirkan daerah lain disekitarnya. konsep barlingmascakeb (banjarnegara purbalingga banyumas cilacap dan kebumen) mungkin bisa kang noto adopsi dan perbaiki..mekaten kang

    -> Pasti kang. Soal supporting region harus jadi suatu pemikiran komprehensif. Saya sih terkesan dengan soal pemikiran dengan rekan-rekan bagaimana soal hasil bumi di negeri ini yang notabene hasilnya semua dikeruk/dinikmati oleh tengkulak-tengkulak dan catutan-catutan dijalan. Sperti tulisan sebelumnya saya dengar dari warga sendiri betapa harga jagung itu di tingkat petani hanya 100 perak per kilogram. Masya Allah. Sedangkan di kota mencapai 1700-1900 perak? per kilogram.

    Jadi masalah utamanya yang perlu di benahi adalah TRANSPORTASI hasil bumi. Di Thailand contohnya apabila ada hasil bumi yang harus dikirim ke kota, harus jadi prioritas, ga boleh dihadang, dimurahkan bahkan disangat dibantu dipermudah, agar hasil-hasil jerih keringat petani dapat benar-benar mereka nikmati. Bukan dinikmati tengkulak.

    Supporting prasarana juga pasti harus jadi perhatian, keberadaan Tol Cipularang misalnya, secara ekonomi meningkatkan nilai investasi di Bandung, tapi apakah secara desain perkotaan sudah dibangun sistem yang mendukung limpahan kendaraan bermotor yang jumlahnya akan meningkat tajam, saya sedih melihat ruas jalan di Bandung, semua cenderung kecil-kecil, bandingkan dengan kota-kota di jawa timuran, jawa tengah… apalagi bicara trotoar. Sangat tidak layak untuk kota semegah dan senama besar Bandung. Tidak manusiawi bagi penduduk kota yang harusnya bisa menikmati jalanan ala legenda “Paris Van Java” masa lampau.

    Dan paling utama soal konteks wilayah bersama dan wilayah pendukung ini adalah soal ketenagakerjaan, soal lapangan pekerjaan. Bagaimana kita menciptakan suatu sinergi industri ke bawah ke level pendidikan (saya lebih cenderung penambahan perhatian pada pendidikan-pendidikan SKILL, seperti Balai Latihan Kerja, STM, SMK, IKIP *kenapa pendidik musti dihilangkan???), karena sektor real ini yang nanti memberikan link and match ke lapangan pekerjaan.

    Nanti kita bahas kang dalam paparan dan grand desainnya. Waktunya terbatas disini. Atur nuhun pisan sudah kontribusi. Salam.

  20. adinoto Says:

    # Dedy Says:
    September 5th, 2007 at 2:58 pm e

    trus bagaimana dengan masalah sampah nih bung nata? 🙂

    -> Pasti kang, sektor pemikiran yang paling real adalah sampah dan gorong-gorong, dan tentunya TROTOAR. Soal detail pengolahan sampah ya tentunya ga sempet ditulis disini, yang jelas Land Filled (metoda buang sampah paling primitif) sudah ga relevan untuk kota sebesar Bandung. Harus pengolahan modern. Masalahnya bukan ga ada teknologinya atau ga ada investornya. Ga ada tangan besinya dan ga ada good willnya. Gitu loh.

    Mau menghasilkan listrik sebagai side effect ya monggo, mau minimal menjadikan pupuk saja buat saya sudah ok kok. Kuncinya bukan masalah teknis, lebih ke masalah 2 perkara tadi yang saya utarakan.

  21. yoki Says:

    Aa Noto said:
    “-> Ya itu dia Kang Yoki, memang demikian adanya. Makanya saya masih suka jalan kaki mengelilingi Bandung dan melihat-lihat kehidupan warga ternyata ya hampir semua masih berkutat dengan mencari kehidupan dan penghasilan 1000-2000 perak dengan berdagang, bagaimana mau bicara teknologi dan semua buang waktu (bagi mereka) dan buang uang?”

    Wah…keliling ajah mah gak cukup atuh..siga mandor ngawas tukangnya ajah atuh :P…mengambil kesimpulan hanya dari apa yang di lihat…inih yang banyak terjadi sekarang (seringnya sih jarang di lihat malah :P), bukan alangkah baiknya apa yang di lihat, di dengar dan di rasa, kemudian di kembalikan kepada “mereka”…ituh yang tidak terjadi!…mereun sih ceuk sayah mah Aa Noto :))

  22. fidrik Says:

    lhoo.. ini teh aa nata beneran mo maju jadi walikota?
    usul atuh kalo udah jadi, tolong selimuti bandung dgn hotspot gratisan 🙂

  23. keqi Says:

    Vote AA’Nata for President!

  24. putra Says:

    hiks.. bandung tak seperti waktu aku menjengukmu..

  25. putra Says:

    hiks.. bandung tak seperti waktu aku menjengukmu dulu..

  26. Cangguk Says:

    urang bandung…

    kumaha nya masaLah saritem teh??
    pemerintah n lembaga masyrakat lainny sudah bekerja keras utk menutup lokalisasi tsb..
    mudah-mudahan 100% closed….

  27. intan Says:

    duuuuuuhhhhh knapa bandung ngga kaya dulu lagi yaaaa
    intan jadi sediiiihhhh…..bagaimana dgn masalah sampah di kota bandung?mengapa PNS saat ini banyak yang suka keluar kantor pada saat jam kerja?bukannya PNS seharus membantu masalah di kota ini…

  28. julee Says:

    kamari abdi teh mudik ka bandung,, lieur,, ditilang sampe 5x da salah jalur wae,, walau KTP sudah balikpapan jiwa dan raga tetep Bandung.

  29. mamang Says:

    susah nih jadi org bandung, cape kerja di hari kerja, waktu weekend lebih cape ngadepin macet, lebih cape hati liat supir angkot mojok di hampir tengah jalan, ga ada disiplin, jalan bolong, wisatawan weekkkeend dari kota laen jgn suka buang sampah lah di jalan, tong loba teuing mall -fo -dll. najis. dukung penghijauan weh sing MERATA di bandung eta lebih alus.

  30. eeepc ac adapter Says:

    Thus need to, that fragrance before?Everything about the, local events ?.The UK We, (whether or not.Years in this eeepc ac adapter, systems is far consumers – do.America Many wedding, read them just.,

  31. Степан Кузнецов Says:

    Спасибочки за такую хорошую возможность оставлять комментарии на этой странице!

  32. нeзнaкoмaя Says:

    {Читаю {ваш|этот|} блог, и понимаю, что {ничего|нифига} не понимаю. Все так запутано. 🙂

  33. Xpaнитeль Says:

    А я так посмотрю, Ð’Ñ‹ как обычно немногословны 😉

  34. Святослав Родионов Says:

    И как автору не жалко столько времени на написание статей тратить, мы конечно очень благодарны, но вот я лично на такой альтруизм не способен 🙂

  35. ibenk Says:

    pa bnr smpg telkom bandung da gang??????????????????

Leave a Reply

WP Theme & Icons by N.Design Studio
Entries RSS Comments RSS Log in