Mengapa Negeri Ini Masih Butuh Diktator

Social 54 Comments »

Negeri yang katanya Alamnya kaya, Kakek-nenekku seorang pelaut, merupakan salah satu tragedi dunia. Negara yang lebih dari 90 persen (itung sendiri lah sono!) penduduknya adalah petani, bertahan hidup dengan kecil dari 1 dollar sehari, tidak pernah memperoleh perhatian pemerintah. Petani apa kalo kenyataannya cuma penggarap ato buruh tani. Lahan ga punya, ternak punya orang. Ya sekedar bertahan hidup doang atuh. Kedele 2,500 perak sekilo sekarang tiba-tiba bisa 7,500 perak sekilo aja ga bisa kontrol. Ya karena kena sekem semua import.

Heran kan Thailand yang negaranya segede uprit itu aja bisa export kemana-mana. Sampe belahan penjuru dunia semua produk pertanian sampe terasi pun Made-in Thailand. Halah. Nah rakyat sekarang yang udah (jangan samain sama elo-elo yang udah main internet, cermin dan kacamatanya beda bosss… ente mungkin udah ga perlu dipikirin) susah tiap hari makan ayam juga susah (btw, Ayam di Indonesia lebih mahal dari di Eropa yang notabene 1-2 Euro itu kayak duit 100 perak buat mereka) sekarang mo makan tempe aja ga sanggup. Mo disuruh makan apa lagi broer? Beras oplosan pemutih?

Nah kalo tempat udah kayak gini rusuhnya, ditambah masyarakat juga sudah tidak disiplin. Apa ga kita masih butuh pawang ato diktator untuk memimpin negeri ini?

crowded.jpg

Ga tau deh. Lu pikirin sendiri. Demokrasi? Partai? Anggota dewan mewakili partai rasanya kok bukan mewakili rakyat. Eksekutif? Lah semua pake resep 2-1-2 (dua taon orientasi, belajar baru menjabat, 1 taon kerja, 2 taon persiapan kampanye pemilihan mendatang). Sapa yang percaya demokrasi. Negeri ini mungkin ga cukup dibangun dengan tangan besi another 50 taon. Amerika? Sama lah sekemnya. Ngomong demokrasi tapi cuek aja kan ga dengerin suara rakyatnya, ada minyak dikit sekemmmm enak rasanya.

Memang semua kembali pilihan rakyat. Pilihan anda semua. Mau begindang-begindang aja monggo mas, kalo udah bosen mau perubahan yo monggo juga mass. Sak kabeh-kabehna kumaha maneh we lah. Aing mah sharing we.

Pemerintah Yang Tidak Memiliki Keberpihakan Kepada Rakyat Kecil (Solusi Pengentasan Masalah Ekonomi Padahal) :(

Social 22 Comments »

Salah satu pertanyaan yang selalu diutarakan rekan-rekan kepada saya adalah “A’, situ bener mo nyalon? Programnya apa nih?” merupakan hal-hal yang rutin saya dengar dari rekan-rekan terdekat saya. Pertanyaan pertama saya tidak bisa jawab, karena saya bukan anggota partai. Bagi saya, ini masalah panggilan hati, soal diakomodir ato tidak, paling tidak kita sudah menularkan panggilan kepedulian ini bagi rekan-rekan lainnya, yaitu “untuk mulai memikirkan tempat tinggal kita, bagaimana membangun tempat tinggal, tempat hidup bersama, dan kualitas hidup bersama yang semakin baik.”

Untuk pertanyaan kedua saya dalam beberapa kesempatan mengutarakan beberapa permasalahan sosial mulai dari pendidikan, kesehatan, lapangan pekerjaan, pejalan kaki, kota yang lebih bersih, dan tidak lupa akar permasalahan ekonomi, yaitu “proporsi pengeluaran dan pendapatan kita terhadap hal-hal mendasar yang dibutuhkan untuk hidup”.

Apa yang dimaksud dengan proporsi perngeluaran dan pendapatan disini? Mungkin tidak banyak dari kita yang memperhatikan berapa rupiah setiap hari yang kita butuhkan untuk sekedar makan dan transportasi. Beberapa masukan yang saya terima, bahwa kehidupan di Jakarta menghabiskan 40% biaya hidup bulanan hanya untuk transportasi.  Beberapa cerita lain cukup menyayat hati bahwa seorang pegawai rendahan tidak dapat datang ke kantor karena gajinya sudah terlanjur habis untuk biaya transport pun sudah tidak ada lagi.

Pada dasarnya kebutuhan hidup manusia itu cukup sederhana. Makan, pendidikan, transportasi, perumahan. Kebutuhan tahap kedua adalah rekreasi. Kebutuhan buat masyarakat dewasa adalah dapat membiayai anak-anaknya sekolah. Pola ini tidak berubah ratusan tahun namun seperti terabaikan oleh pemerintah. Think think think! Pemerintah sebagai fasilitator hanyalah membantu menyediakan dan mempermudah kebutuhan tadi dapat terpenuhi dengan baik oleh seluruh lapisan masyarakatnya. It’s that simple. Namun kenapa dalam prakteknya yang disebut pemerintah seperti masa bodoh?

Salah satu “ide gila” saya adalah ekonomi mikro. Uang yang berputar dan beredar di masyarakat kecil. Tidak hanya kecil di mata anda, anda pun (termasuk saya) merupakan masyarakat kecil. Karena kita pada dasarnya masih masuk golongan masyarakat yang hidup hanya dengan 2 dollar sehari (sebagian besar masyarakat lain malah struggle untuk bisa hidup kurang dari 1 dollar sehari). Menyedihkan. Solusinya bagaimana? Solusinya ya “Proporsi” tadi. Apabila pemerintah “menstabilkan” kebutuhan basic manusia, sehingga setiap anggota masyarakat dapat menyediakan penganggaran (misal: 15% untuk transportasi, 20-30% untuk makan, 15% untuk biaya sekolah anak, sisanya bisa ditabung), maka masyarakat dan pemerintah tidak perlu dipusingkan dengan UMR yang tiap tahun tidak akan pernah memenuhi kebutuhan hidup. Sekarang 800-900rb sebulan, mau dikasih 2,000,000 perak juga UMR kalo cara penanganannya seperti sekarang juga ga bakal cukup masss… Dahulu saya dan rekan-rekan bisa hidup dengan 60rb rupiah sebulan, uang yang sama sekarang mirip dengan nilai 6rb rupiah. Gosh.

dawan_01.jpg

Ambil contoh Pak Dawan yang sehari-hari berjualan gorengan dan bala-bala di Simpang Gandok, Ciumbuleuit. Yang sudah beliau lakukan adalah pengentasan permasalahan ekonomi buat keluarganya. Dengan berdagang demikian, maka setiap hari Pak Dawan akan “pegang uang” istilahnya. Semangat demikian yang saya suka. Apabila teori “pegang uang” harian ditelurkan ke anggota masyarakat yang lain, dijamin setiap orang akan terlepas dari masalah ekonomi harian. Dan jangan salah, usaha “pegang uang” harian, seperti halnya berdagang, mungkin akan jauh lebih besar menghasilkan daripada sebagian besar kita yang menjadi “kuli berdasi” di setiap kantor ber-AC yang ada di perkotaan.

Apabila masalah penularan “mau membuka lapangan usaha kecil-kecilan” demikian dimiliki oleh seluruh dan sebagian besar dari masyarakat kita, maka Pe-Er pemerintah dan pemerintah daerah tinggal MENYEDIAKAN tempat yang bersih dan layak. Paris Van Java? (ato PVJ?) Wah membuat replikasi 10-20 tempat demikian yang dihuni oleh para pengusaha kecil dan berjualan makanan dijamin menyelesaikan masalah, namun kalo cuma bikin tempat cuma hanya bisa diisi oleh para pengusaha kakap ya ga bakal menyelesaikan masalah pengentasan kemiskinan dan masalah ekonomi pada umumnya dong.

Coba anda perhatikan kehidupan orang-orang tua dan lanjut usia di Singapore. Sebagian dari mereka masih dapat berjualan minuman kaleng dengan harga 1 dollaran dan berjualan di food court. Dengan kepastian proporsi pendapatan dan pengeluaran (kepastian transportasi dengan tiket bulanan MRT 50 dollar, internet dan telpon 30 dollar,  makan 250-350 dollar, tempat tinggal 300 dollar) maka mereka bisa hidup dengan kepastian hidup bulanan.

Mengapa di Indonesia hal itu sulit sekali dilaksanakan? Wah jangan tanya ke saya, Pak Dawan aja tadi bingung soal rencana kenaikan BBM yang bikin tepung terigu naik dari 4000 per kilo jadi 6000 per kilo. Bayangin biaya operasional yang harus beliau tanggung. Harga bala-bala pun direncanakan naik dari 500 perak sebiji jadi 700 perak sebiji. Apa sih 200 perak sebiji? Kata sebagian besar para pertinggi, pejabat, dan para menteri yang sudah lupa dengan uang-uang kecil dan mungkin sudah lupa pernah mengkonsumsi bala-bala. Nah itu yang saya bilang pemerintah melupakan dan tidak memiliki keberpihakan pada rakyat kecil. Bukan masalah 200 peraknya bosssss… kita bicara 200 perak dari 500 perak = 40% kenaikan harga tuh! Kalo bicara kenaikan nilai proyek ato mark-up 40% mungkin baru tegak kepalanya semua!! Dasar.

There’s Something In The Air (Apple MacWorld Expo 2008)

Macintosh, Social, Technology 16 Comments »

Apple MacWorld Expo udah bakal rame 2 hari lagi (14 Januari-18 Januari 2008). Apple udah keluarin banner-banner sekemnya dengan theme “There’s Something In The Air”. Hmm… Ada apa dengan Air tonight? πŸ˜›

something_intheair.jpg

Kalo baca-baca comment user dudulz kocak juga buat iseng-iseng minggu, sbb:

Luis Alejandro Masanti
Uf… I thought the banner says “Love is in the air.” announcing that iTunes will release the free full version of the “The Love Boat” show! January 11, 2008 @ 11:21AM

It means they will sell cans of compressed air called iAir. It will cost $58.00 at the Apple Store.
Posted by: cartouche | Jan 11, 2008 3:06:19 PM

Wired.com said “Better yet, maybe Phil Collins will be performing “In the Air Tonight” after Jobs wraps up the keynote.”

g3pro
“There is something in the air.”
Yeah, the flying jizz of a million Apple fanbois. January 11, 2008 @ 12:24PM

Arstechnica.com wrote “What could be in the air in 2008? A MacBook Pro so light it floats?”

Whatever that is… it’s fun to read the comment, and it surely a company that enjoy public exposure and media attention (it’s stocks soars above 172 dollars — look at the pity Microsoft only at lowly 33 dollar). Bandingin misalnya dengan KDE4? Too bad not much media attention. Kurang nyekem ceunah πŸ˜€ *ngacirrrr

So what’s your predict?

Merakit MacBook Black (Build Your Own MacBook Black)

Macintosh, Social, Technology 61 Comments »

Kalo ngerakit mesin mobil sudah pernah dilakukan, kali ini, minjem istilah Dewan Syuro Pak Kusmayanto (punten pak, abdi tos nteu jadi milu dewan syuro ngerokok deui πŸ˜€ ), “Kembali ke habitatnya”, yaitu ngoprek dan merakit MacBook sorangan.

Beberapa alesan mengapa saya ingin jadi merakit MacBook Black ini adalah:

  1. Dapet bangke MacBook, kondisi juorok buanget, jadi casing udah belel.
  2. MacBook Black harganya 200 dollar lebih mahal dari MacBook white DVDRW, dan 400 dollar lebih mahal dari MacBook white DVDCombo.
  3. Gatel.

So here I am, ordering MacBook Black casing dari Apple. Surprisingly, orderan dateng cepet. Thanks to tim Om Stip. πŸ˜€ Jadi aja malem ini bongkar-bongkar mesin dan melampiaskan dendam merakit notebook sendiri πŸ˜€ Kekekekee…

paket.jpg
isi_paket.jpg

berikut adalah foto jeroan pesenan casing MacBook Black :D  Ada bottomcase ada top cover yang logo Applenya menyala kalo lagi dipake, dengan warna item logonya lebih narsis!  Halah kayak seleb blog mana aja narsis-narsisan, hare gene plis deh ah πŸ˜€isi_paket2.jpg
ceo_ngoprek.jpg

Setelah bagian board yang rumit dibongkar, ngaso dulu foto ganteng, maklum  menjelang kampanye… jiah, bwakakaka…. sekem πŸ˜€ , di background adalah MacBook Pro Santa Rosa bersanding manis dengan IBM ThinkPad  buat putty πŸ˜› *hayah πŸ˜€ punten nyak πŸ˜€ceo_ngoprek2.jpg
ceo_ngoprek3.jpg

Begini nih jeroan MacBook, boardnya mini banget. It’s not for a faint of heart.pieces_mb_aliens.jpg

Voila… jadi deh si MacBook Black Aliens Edition πŸ˜€ Biar nambah faktor aliensnya mesin ini dipasangin DVD writer terbaru yang bisa Dual Layer 8x πŸ˜€ dijamin ngacai buat burning DVD πŸ˜› kekekekee… RAM 2GB dan sedang menanti hard disk 250GB biar tambah maknyusss πŸ˜€ kekekekee….

voila_jadi.jpg

Dalam proses ngoprek ini menghabiskan 1 kebab, dan 2 sate padang, satu botol coca-cola, tanpa mencederakan binatang apa-apa (against animal testing), dan tidak ada satu batang rokokpun πŸ˜›

korban_ngoprek.jpg

Untuk ukuran CEO masih bolehlah kita ga kalah sama yang muda-muda, jadi ada yang mo ngebid nih mesin? Bwakakaka berapa tawaran paling tinggi? πŸ˜€

Iklan Bio Super Eye Sekem?

Social 18 Comments »

Iseng ga nahan ga posting, itu si Dina Lorenza ngiklanin Bio Super Eye sebagai obat buat kesehatan matanya, halah? Si Dina Lorenza bukannya Lasik? *Operasi mata pake laser. Setahu gua si Dina Lorenza sih Lasik, walopun ada issue/rumor kalo si Dina matanya setelah di Lasik ga terlalu berhasil alias suka berair terus.

Iklan emang penuh sekem. Selamat datang di dunia sekem.

WP Theme & Icons by N.Design Studio
Entries RSS Comments RSS Log in