Mengapa PodCast Tidak Populer di Indonesia

Social, Technology 42 Comments »

Podcast pada dasarnya adalah Pod (iPod) + Broadcast. Namun tidak terbatas pada iPod, ide podcast itu sendiri pada dasarnya adalah “Mengembalikan waktu” ato regain your time. Salah satu kelemahan dari radio konvensional adalah anda harus mendengarkan pada saat yang bersamaan penyiar menyiarkan siaran tersebut. Dengan Podcast, anda dapat mengunduh file podcast kapan saja yang anda mau, dan mendengarkannya kapan saja yang anda mau (dan ada waktu) dimana saja. In short, Radio anytime anywhere. iTunes memungkinkan proses synchronisasi podcast bagi setiap update podcast yang ada, sehingga anda dapat membawa iPod anda dimana saja kapan saja sambil mendengarkan berita-berita terbaru tanpa teringat waktu.

Jadi pada dasarnya podcast adalah file suara yang dicompress dalam format digital audio dan di”announce” via RSS. Dan diunduh secara otomatis lewat perangkat lunak yang dapat memanage RSS seperti iTunes.

Salah satu podcaster pertama yang saya tahu adalah Boy Avianto lewat Apasaja Podcast (1) pada tahun 2005. Suara beliau cukup renyah dan mungkin pantas jadi penyiar wakakaka Boy, time to career switch? 😀 lalu ada Priyadi lewat Pengenalan Mikroprosesor (2). Lalu saya juga pernah 2x podcasting pelawak digital ala Macnotocasting (3)dan Mambocasting (4) 😀

So mengapa Podcast tidak populer di Indonesia? Mungkin karena panetrasi internet dengan bandwidth yang memadai untuk mengunduh file audio belum terlalu memasyarakat di Indonesia. Tahun-tahun ke depan podcasting keliatannya bakal rame lagi disini secara kita sudah mengalami panetrasi TelkomSpeedy dan 3G. Siapa yang mau memulai?

Jawaban Untuk Bapak Budi Rahardjo

Social 128 Comments »

Pagi ini ketika sedang berolahraga golf di kampung halaman tempat saya dibesarkan –yang saya sudah tidak kunjungi selama 15 tahun terakhir– saya memperoleh telpon dari rekan Vavai, yang memberitakan bahwa ada keramaian di blog Pak Budi Rahardjo, ketika itu saya cuma bisa kaget karena saya adalah topik yang diributkan seputaran komen di blog Pak Budi. Saya dan saudara Eep dinyatakan selalu memberikan komentar negatif terhadap pribadi Pak Budi Rahardjo.

Saya mengenal nama Pak Budi Rahardjo lebih dari 13 tahun? ketika beliau membangun list Manusia Indonesia dan masih merupakan mahasiswa doktoral di Umanitoba, Canada. Beliau mungkin tidak mengenal saya pada masa itu karena saya hanyalah seorang mahasiswa S1 yang tidak menonjol di kampus. Namun paling tidak kami sempat bertemu muka, berdiskusi, mengenal satu sama lain dalam 2-3x pertemuan di rumah Pak Budi pada medio 2004-2005, dan saya juga mengenal beberapa rekan kerja Pak Budi seperti Andika, Amal dan Ndhoot, bahkan saya sempat meminjamkan iMac 20″ saya untuk jadi bahan eksperimen Andika dan Pak Budi selama lebih dari 2 bulan. Dan beliau pun kembali menggunakan iBook karena racun seorang macnoto.

Jadi tidak ada satupun niat saya untuk bertendensi negatif terhadap sosok seorang Budi Rahardjo yang saya hormati. Apalagi diberikan julukan kehormatan selalu memberikan komentar negatif terhadap pribadi Pak Budi Rahardjo (di quote dari aslinya blog rahard.wordpress.com).

Agak mengherankan karena walaupun saya pembaca setia blog Pak Budi Rahardjo, saya termasuk jarang komen, dan komentar-komentar saya pun masih dalam banyak koridor bercanda dengan kata *ngacirr di belakangnya dan smiley. Berhubung sudah di posting menjadi konsumsi publik oleh Bapak Budi Rahardjo, mungkin saya perlu memberikan jawaban atas tulisan tersebut.

Beberapa pemikiran yang ada, posting Pak Budi Rahardjo tersebut kemungkinan dipicu oleh satu dua hal sebagai berikut:

1. Posting komen saya di blogdetiknya Pak Budi Rahardjo.

adinoto says:

Kritik dari seorang rekan. Blog Budi Rahardjo (BR) dahulu merupakan termasuk jajaran blog bermutu yang saya kenal seperti halnya blog-blog Priyadi, Yulian Firdaus, Ikhlasul Amal, dan lain-lainnya (generasi blogger berikutnya: Paman Tyo, JaF, dll). Namun beberapa taun terakhir saya liat pergeseran besar di diri BR, jadi ngejunk doang dengan konten ga lebih berkelas dari tulisan anak SMP, yang fokus tulisan bukan lagi tentang ISI TULISAN nya, tapi “All-About-Myself”.

Apa anda mengalami pergeseran kejiwaan menjadi figur seorang seleb?

Tulisan anda kali ini pun sumpah sombong sekali. Apa artinya tulisan seleb tidak bermutu dan tulisan anda paling bermutu? Sumpah boss, lama-lama capek juga hati baca blog sampeyan. Putra bangsa yang seharusnya ngajarin bagaimana masyarakat memanfaatkan internet malah ga lebih cuma litter the net (nyampah di internet).

Oh iya, anda bisa selalu menjawab “Horeeeeeee pancingan saya berhasil. Saya cuma mancing komen orang doang kok”. Halah maksudnya apa terus mancing komen? Kembali cari popularitas doang kan?

Emang anda mengalahkan segala macam artis yang saya kenal. Hidup BR, Artis Internet No.1 Indonesia.

Rasanya komen tersebut juga tidak jauh berbeda dengan posting Pak Budi Rahardjo sendiri di blogdetik tersebut yang mengkritik blog seleb tidak ada intelektualitas disana dan membosankan, sebagai berikut:

Blognya Seleb Membosankan

Posted by: Budi in curhat

Sekarang mulai banyak selebriti yang menulis blog. Jadi makin banyak blognya seleb. Awalnya sih menarik karena mereka baru menulis blog, tetapi lama kelamaan membosankan karena tulisannya – maaf – tidak bermutu. Ya seperti petasan, setelah bunyi terus apa ya?

Tentu saja saya memaklumi bahwa sebagian besar dari mereka masih baru memulai, tetapi saya melihat ada yang tetap saja tidak ada perubahan (untuk menjadi lebih baik). Tidak ada intelektualitas di sana. Bosen.

Mungkin saya berharap terlalu banyak?

Pasti ada yang marah atau tersinggung dengan tulisan saya ini. Mohon maaf. Ini hanya sekedar opini. Tulisan saya juga tidak mutu-mutu amat sih. Jadi mungkin gak ada bedanya dengan blognya mereka ya?

Sekali lagi m a a f …

Terus kenapa sampe tersinggung Pak apabila Pak Budi juga menyindir sekian banyak seleb yang baru belajar ngeblog dan tertuduh tidak memiliki intelektualitas dan membosankan? Anda sendiri bahkan beberapa kali posting soal tidak mau dikritik dan bagaimana menerima kritik.

Kadang saya bertanya-tanya apakah ada hal-hal lain yang membuat Pak Budi Rahardjo sampe sedemikian gemasnya untuk menjadikan “To Adinoto dan Eep” sebagai judul yang akan memenuhi seluruh agregasi RSS seperti planet.terasi.net dan mengalihkan perhatian ribuan blogger dari permasalahan sosial yang lebih penting untuk diperhatikan, untuk hanya sekedar mengisi komen atau blogwalking ke posting tersebut.

Beberapa yang jadi pemikiran saya, mungkin antara lain dipicu dari komen saya di blog Pak Budi Rahardjo seputaran:

1. Ide Bisnis ID Tag http://rahard.wordpress.com/2007/10/20/ide-bisnis-id-tag/

2. Ato mungkin posting ringan saya seputar iTunes Music Store Indonesia di http://www.netsains.com/index.php/page_info/pid_212

Budi Rahardjo

Makanya … gabung dengan Digital Beat Store dong. Banyak kerjaan saya yang bisa disinergikan dengan Apple. Mudah-mudahan suatu saat Apple mau melirik kami. 😀

adinoto

@Budi: Loh kan dulu saya yang ngajak dan ngasih ide ngurus iTunes di Indonesia, tapi mas Budi keukeuh mo bikin sendiri ga usah afiliasi sama Apple hahaha.. sekarang kok berubah haluan hehehe 😛 Saya sih masih coba konsisten dengan path saya coba initiate kolaborasi dengan Apple.

3. Atau karena salah satu komen saya di posting Pak Budi Rahardjo menyitir bahwa saya dituduh plagiat tulisan sendiri padahal anda sendiri tidak jelas siapa yang bersalah.

di/pada 11 Desember 2007 pada 8:16 pm Budi Rahardjo

ada kasus waktu itu tulisan adinoto yang sama muncul di detik.com dan netsains.com. terus rame di milis. gak tahu yang salah siapa.

saya mah gak tahu karena gak baca detik.com lagi (kecuali kalau ada kasus2 tertentu). bacaanya sekarang hanya http://planet.terasi.net

42 adinoto

#no.40, hehehe kalo ga tau kok sampe keluar pernyataan plagiat dari anda pak =)) semoga waktu itu lagi ga kebanyakan makan ya hahahahaa *ngacirrrr

Salah saya dimana dong Pak Budi Rahardjo tolong ditunjukkan biar saya ga mengira-ngira. Kalopun salah apakah pantes dapat posting of the day di blog seleb seperti anda? Kasian kan yang ga penting dan para junker (dan provokator) pada riding kesempatan ini (seperti ada beberapa komen di posting saya yang mengadu domba).

Saya sih ga berminat sih meladeni posting tersebut, tapi karena sudah menjadi konsumsi publik ya perlu bagi saya untuk memberikan jawaban dari kacamata saya. Daripada ngurusin yang ga penting begini, kenapa kita ga mikirin rakyat yang masih kelaparan?

Jadi sebenarnya ini masalah komen ato masalah yang lain Pak?

Hormat saya,

Adinoto A. Kadir

Telkom Perlu Meningkatkan Layanan Call Center Speedy

Social, Technology 49 Comments »

Hari ini saya membantu salah satu klien saya di Jakarta untuk mengurus kebutuhan IT pindah kantornya. Klien ini merupakan long standing account bagi perusahaan saya 10 tahun terakhir ini. Seperti halnya perusahaan lain yang berorientasi bisnis, perusahaan ini sangat mengutamakan layanan dan support untuk setiap bisnis partner dan business support/solution yang dipergunakannya.

Hampir seluruh layanan internet dari service provider yang ada di Jakarta pernah saya pergunakan untuk memenuhi kebutuhan perkantoran di klien ini. Mulai dari Indosat M2 cable beberapa tahun yang lalu (bahkan ketika mereka baru ngeset kantor di Kebagusan dan agak-agak kebingungan dengan business relocation/business procedure nya), TelkomSpeedy pada saat awal peluncurannya juga ketika sistem unlimited quota belum diterapkan* (dan rata-rata spending perbulan 7-8 juta jauh diatas harga quota kisaran 1.3jt? *lupa pada masa itu), sampai CBN/KabelVision yang sampai saat ini masih merupakan solusi Internet Cable yang dipergunakan untuk kebutuhan internet fixed, dan seluruh executive pun mempergunakan account dan dialup ATTGlobal selama lebih dari 10 tahun dan 3G dari IndosatM2 beberapa bulan terakhir.

Salah satu problem yang saya temukan sehubungan pemenuhan kebutuhan fixed internet adalah walaupun kepindahan kantor hanya berjarak beberapa ratus meter untuk menempati gedung yang baru, pihak KabelVision/FirstMedia ternyata tidak memiliki jalur koneksi TV kabel untuk kawasan gedung yang baru. Solusi alternatif pun kembali muncul sebagai bahan pertimbangan adalah: TelkomSpeedy, IndosatM2 Kabel/PayTV, atau provider lainnya (dicari).

TelkomSpeedy merupakan penyediaan teknologi jalur data/internet melalui kompresi ADSL lewat jaringan telpon POTS (plain old telephone system), dengan catatan bahwa sentral PT. Telkom telah diupgrade untuk mendukung ADSL. Kebetulan telpon di daerah tersebut dengan prefix 722xxxx dan 725xxxx mendukung solusi TelkomSpeedy. Ok. Satu alternatif dapat menjadi bahan pertimbangan.

Berikutnya adalah IndosatM2. Sejauh pengalaman saya menggunakan IndosatM2 pada awal peluncurannya, availability nya rendah. Sering sekali terjadi putus koneksi yang pada masa itu pihak Indosat saling lempar tangan dengan pihak KabelVision selaku penyedia jaringan mitra. Mungkin pada saat itu berhubung IndosatM2 merupakan business unit baru sehingga layanannya belum stabil SOP (system operating procedure) nya dan konektivitasnya dengan pihak mitra, tapi saya keburu kecapean bolak-balik berurusan dengan customer support pihak IndosatM2 sampai bolak-balik ke kebagusan (kantornya juga baru setengah jadi) dan memutuskan menyerah dan menterminasi layanan internet ke pihak Indosat. IndosatM2 melalui jaringan mitra (KabelVision) mampu menyediakan layanan setara dengan TelkomSpeedy dengan koneksi hingga 384 kbps. Yang menarik adalah layanan pihak Indosat yang melalui jaringan sendiri yaitu lewat koneksi PayTV nya Indosat. Dengan jaringan sendiri ini, pihak Indosat mampu menyediakan koneksi hingga 512 kbps dengan harga yang sama.

Alternatif lain pemenuhan koneksi internet ini adalah melalu jasa layanan internet broadband ATTGlobal yaitu U-B Bandnya. Layanan ini ternyata masih menggunakan jaringan mitra yaitu Telkom ADSL alias melalui jaringan TelkomSpeedy juga. Penawaran yang diterima via Fax adalah Rp.1.490.000 (belum termasuk PPn 10%) yang notabene 2x harga yang ditawarkan pihak Telkom lewat TelkomSpeedy-nya. Masuk akal, karena ATTGlobal harusnya membayar jasa koneksi ke pihak Telkom yang katakan seharga Rp.750.000 dan menarik fee untuk marginnya sendiri sekitar Rp.750.000 lagi.

Berhubung jarigan PayTV Indosat belum melalui kawasan tersebut dan kelihatannya ekspansinya belum terlalu luas, dan pihak KabelVision pun belum memilik coverage di kawasan yang sama, maka alternatif paling feasible dan dengan pricing baru yang sangat agresif dan menarik adalah TelkomSpeedy. Beberapa waktu yang lalu TelkomSpeedy terkenal gencar mempromosikan produknya dengan harga yang sangat terjangkau, yaitu Rp.200 ribu untuk 1GB kuota dan Rp.750.000 untuk unlimited.

Akhirnya saya putuskan untuk mensosialisasikan kebutuhan internet fixed kantor dengan menggunakan layanan TelkomSpeedy. Hal ini sudah merupakan PR bagi saya karena pihak klien sudah pernah kapok dengan overcharge TelkomSpeedy pada masa itu dan konektivitas yang hobbynya byar-pet. Yang paling mengesalkan buat klien saya adalah pihak Customer Support yang hobby sekali lempar bola dan sangat tidak professional. Saya coba menyakinkan berkali-kali untuk mempertimbangkan penggunaan layanan TelkomSpeedy sekali lagi dengan pertimbangan bahwa kali ini pihak Telkom sudah mulai serius menggarap layanan TelkomSpeedy.

Lalu setelah saya berbicara dengan seluruh officer layanan internet yang ada, saya mulai menghubungi layanan 147 Telkom yang diteruskan ke opsi 1 (bahasa Indonesia) dan 2 (pilihan untuk layanan TelkomSpeedy). Saya kemudian berbicara dengan officer / Customer Support di Call Center PT. Telkom tersebut. Sebutlah namanya Mas Paimo (nama sementara dirahasiakan). Kesan pertama yang saya tangkap adalah kualitas layanan masih jauh dari CS seperti ATTGlobal yang sangat ramah, helpful, sabar, dan sangat personal sekali melayani masing-masing kliennya. Satu menit kemudian saya mulai menangkap aroma seperti kebanyakan CS yang ada di negeri ini. Officer tersebut terkesan arogan dan menggurui. Saya coba menahan diri dan mencoba ramah. Dua menit berlalu. Saya coba tahan sekali lagi ketika mulai aura keangkuhan seorang customer support tersebut mulai terasa. And finally that’s it. Ketika hampir 5 menit ybs terkesan menggurui saya tidak tahan lagi. Saya cuma berucap “Loh kok saya merasakan aura ga convenience ya berbicara dengan anda. Ok sorry terima kasih.” Telpon saya tutup sebelum urusannya selesai.

Wah bener-bener deh. Keki rasanya. Kelihatannya PT.Telkom perlu mulai memikirkan upgrading Customer Service nya yang ada, terutama untuk layanan TelkomSpeedy. Telkom 108 sebagai public service merupakan layanan call center terbaik PT. Telkom, tapi 147 masih jauh dari pengharapan. Mungkin para Direksi PT.Telkom perlu sekali-kali iseng membandingkan layanan 147 dengan layanan Customer Service nya Sistelindo 021.5289-9456 atau McDonald’s 14045 (pengalaman seorang rekan coba bandingkan Costumer Support SonyEricsson (24 jam nonstop) yang jauh mengungguli Nokia yang hanya buka sampe jam 5 sore). Jauh banget bo’. Bagaimana TelkomSpeedy ingin meningkatkan presence nya dan acceptance nya di hati kalangan pengguna apabila layanan customer servicenya masih sekelas itu? Atau mungkin hiring dan proses pembentukan 147 masih berorientasi teknikal sehingga mereka lupa makna sebenarnya dari Customer Service itu adalah MELAYANI bukan MENGGURUI.

Atau mungkin PT.Telkom perlu jasa pihak ketiga seperti perusahaan saya untuk mengupgrade layanan 147? Hehe… kenapa tidak 😀 Hubungi 08552181888 saya layani secara pribadi 😀

Light Up The Day: Everything Is An Installment! :P

Social 20 Comments »

Pada perjalanan bisnis ke Singapore beberapa waktu lalu, saya terlibat pembicaraan dengan seorang supir taksi tua, seorang engkoh-engkoh yang menjalani day-in day-out sebagai warga yang serba rutin. Seperti yang kita semua mahfum, Singapore telah menjadi sebuah negara kota yang kontradiktif 180 derajat dibanding kota-kota yang tumbuh semrawut di Indonesia, semua serba rapi dan well-planned. Sangking fix nya, ruang buat berusaha pun hampir bisa dipastikan sulit dibandingkan kesempatan usaha swallow modal ngegeret tenda ala blataknya Indonesia. LTA (Land Transportation Agency), HDB (Hi res apartment), sampai telekomunikasi semua dikuasai oleh keluarga lingkaran penguasa, tidak berbeda dengan di negeri ini.

Salah satu dialog segar berlogat singlishnya adalah sebagai berikut:

Supir: “I think our government is too smart lah”… “Everything is an installment… and installment” … “Housing… car… all installment”… “Even the TV sometimes is an installment”… “They make us work hard to pay the installment… and at the end… we forgot about them (government and what they do — crony business). ” 😛

Lean Mean Software (Why Vista And Leopard Sucks!)

Social, Technology 65 Comments »

Banyak orang lupa dan kena sekem sama jargon marketing perusahaan sekemer internasional. Upgrade to Vista. Leopard pre-installed disetiap mac baru. Satu yang mereka (kita) lupa bahwa OS adalah “services” yang seharusnya “transparent”. Tidak membebani komputer yang anda pergunakan (CPU tax). Mau liat mengapa Vista sux?

vistahogged.JPG

Gambar diatas adalah gambaran resource laptop PC saya, good old IBM ThinkPad T41 (Centrino 1.6GHz) yang sudah diupgrade RAM nya jadi 2GB dan dapet lungsuran HDD 160GB (IDE bo’ makyus). Dengan 2GB RAM, Vista sudah memperkosa RAM (dan resources) laptop saya sebesar 1,320GB! dan hanya menyisakan 211MB of free memory untuk applications. Halah. Dengan harga memory laptop DDR1 yang masih selangit, dan sisa memory 211MB mau dipake untuk apa tuh laptop?

Bandingkan dengan Windows XP SP2 berikut di laptop yang sama:

xpresources.JPG

Windows XP SP2 memakan hanya 170MB RAM dari 2GB RAM yang ada, menyisakan 1,722MB free memory untuk aplikasi yang ada.

What’s the point in here. We need a lean mean software. Even better a lean mean OS that consume less memory and more performance, so it doesn’t push you to upgrade your hardware and applications each time you want to try a new OS. I missed BeOS a big time. Evenworse, the desktop OS world now consumed by this two vendors, Microsoft and Apple. Linux is not ready yet for desktop. Not much big and business applications available in this platform. Unless you’re a geek, your mom and your grand ma won’t use linux. Or unless they will use it for specific uses (internet, writing and stuffs). Too much to compromise.

In the case of Leopard, Leopard also a memory hog compare to Tiger. It’s installed on every new Macs (and you can’t revert it to Tiger). Thanks God every Macs can accomodate 4GB memory or more (Mac Pro) with the exception of MacBook Air. Leopard even more a more bloatware system is still perform better than Vista in general.

My suggestion:

1. If your machine is a year old laptop (or before Santa Rosa chip) and can not accomodate more than 2GB RAM (if it can, then upgrading the memory to 4GB is a good investment) -> don’t dream to upgrade to Vista or Leopard. It won’t worth the new excitement of having the new OS.

2. If you have desktop and can accommodate big memory, 2GB or 4GB memory is a good investment, whether you’re going to use Vista or XP.

3. If you buy a Mac, a 1GB RAM installed on every new MacBook with Leopard is a joke. You want a full 4GB to run Leopard and Parallels Desktop (most today’s switcher a PC guys who still need Windows in their Parallels Desktop). BootCamp is not my preferrable.

4. If you buy a MacBook Pro, then the forthcoming Penryn (45nm) MacBook Pro with full 4GB of RAM maybe safe your day.

5. If you pass over these two vendors engineer (or even better the executives), slam them in their face… and shout “What the hell are you thinking?” You’re just put the world into a Jurassic age!

WP Theme & Icons by N.Design Studio
Entries RSS Comments RSS Log in