Beberapa hari yang lalu saya sedang di bengkel memperhatikan lalu lalang kendaraan, sampai suatu keadaan terdengar suatu ledakan dan benturan dasyat… booom! Terlihat jelas sebuah sepeda motor menabrak sisi pintu kanan sebuah mobil BMW yang menyeberang dari seberang kiri jalan (bengkel oli) langsung ingin menuju sebelah kanan jalan (bengkel mobil) tanpa mau bersusah-susah memutar terlebih dahulu.
Ajaibnya, jelas-jelas pemilik mobil tersebut salah karena “menyeberangkan” kendaraannya hampir vertikal, dikawasan padat lalu lintas, dan pengendara sepeda motor manapun pasti sulit mengendalikan kendaraan yang tiba-tiba ada “Objek Melintas Tidak Semestinya” sehingga membenturkan dengan sukses pintu supir kanan kendaraan tersebut, tetap saja keadaan jadi berbalik. Si pengendara mobil balik menuntut pengendara motor tersebut, dengan ganti rugi tertentu. Malang sekali nasibmu pengendara motor, sudah pincang harus mengganti pula 😛
Sang pengendara mobil kemudian diketahui adalah aparat muda TNI dengan menggunakan baju dinas tugasnya. Oalah. Gini toh kejadiaan. Pas pula yang menabrak adalah warga keturunan. Kumplit deh.
Kadang saya bertanya-tanya, di Indonesia itu apakah masih ada nurani dan mentalitas jabatan seorang pejabat negara (ato lebih layak disebut abdi rakyat). Mereka semua yang hidup dengan menggunakan uang rakyat tapi kok tidak mencerminkan bahwa berpihak untuk kepentingan rakyat. Di Indonesia, saya merasa, orang lebih sering merasa sedapat mungkin tidak ingin berurusan dengan aparat, apabila tidak mau cari masalah. Bagaimana dengan pengalaman anda?
November 8th, 2008 at 8:10 pm
barusan juga dikirimin tulisan dari seorang rekan:
Setelah beberapa kali pernah membaca tulisan dari orang2 mengenai pejabat yang selalu berwenang di jalan, akhirnya saya pernah mengalaminya. Pada hari Rabu, tanggal 5 November 2008, saya mengalami sebuah kejadian yang cukup menguras perhatian saya.
Pada jam 14.30, cuaca hujan, saya mengeluarkan mobil dari garasi rumah. Mobil mundur dari garasi menuju jalan imam bonjol, jalan yang tidak pernah sepi dari kendaraan yang lalu lalang. Jalan tersebut selain jalan alternatif ke dago dan dipatiukur, juga jalan perumahan, sehingga banyak mobil2 tamu yang parkir di pinggir jalan. Mobil saya dalam posisi muka menghadap ke rumah, bukan ke jalan. Melihat kanan-kiri kosong, saya menurunkan mobil, dengan pantat mobil mengarah ke utara, dan pandangan saya ke arah selatan. Saya berniat berjalan ke arah selatan.
Pertama yang terlihat saat mobil menghadap ke selatan adalah, sebuah mobil Toyota Ist berwarna coklat. Dengan pengalaman tinggal dan mengemudi beberapa tahun di jalan imam bonjol tersebut, saya mengetahui bahwa mobil tersebut tidak mau memberikan kesempatan untuk saya berjalan ke arah selatan. Kondisi saat itu, melihat pandangan ke depan, di sebelah kiri, mobil parkir berderet dengan menyisakan suatu celah kecil. Melihat pandangan ke belakang, di sebelah kanan, mobil juga parkir berderet.
Mobil Toyota tersebut terus saja masuk ke arah utara, menghampiri mobil saya. Spontan dan refleks, saya mempersilahkan dia lewat, dengan cara memasukkan mobil saya ke celah kecil di kiri. Telah terpikir oleh saya bahwa mobil tersebut akan sangat mepet ke mobil saya. Pada saat tersebut, saya mengemudikan mobil yang cukup lebar yaitu Land Rover Defender.
Menyisakan jalan yang sempit, mobil Toyota tersebut tetap saja melaju dengan memaksakan kendaraannya. Begitu lewat setengah badan mobil, sepertinya dia mulai menggeser trotoar di sebelah kirinya, dan mulai menggeser karet foot step bagian kanan mobil saya. Pada saat itu, saya tidak merasakan gesekkan tersebut, hanya saja, dari mobil Toyota terdengar teriakkan “kena..kena..â€. Saya melihat kearah jendela kanan, memang mobil sudah seperti menempel. Mobil Toyota pun diam dan tidak berani bergerak. Mobil tersebut dikendarai oleh wanita mahasiswa berumur sekitar 18-20 tahun. Saya pun spontan melepaskan gesekkan tersebut dengan cara memundurkan sedikit mobil saya ke arah utara. Hasilnya, kedua gesekkan terlepas dan kami pun sama2 bisa berjalan. Mobil Toyota ke arah utara, mobil saya ke arah selatan. Kami pun sempat diam sejenak. Saya melihat ke arah belakang, seperti tidak ada apa2, dan saya pikir memang dia yang salah, memaksakan untuk masuk, saya pun
berpikir “yah sudah lah.. gak usah jadi masalah.. saya gak mau minta ganti juga..” saya melanjutkan perjalanan.
Tiba2 dia mengikuti saya, dan saya pun berhenti. Keluarlah 2 pria dan 1 wanita mahasiswa. Mereka berkata, kalau saya kabur, tidak mau mengakui kesalahan saya, dan tidak mau mengganti.. Saya mengajak damai saja, tetapi mereka berkata untuk segera ke polisi. Pada saat itu, saya mau mengikuti kemauan mereka untuk ke polisi. Segera saja saya jalankan mobil saya ke kantor polisi lalu lintas di jalan jawa. Perjalanan ke polisi saat itu cukup macet dan hujan, kurang lebih perjalanan sekitar 15 menit.
Sesampainya di polisi, saya menceritakan kejadian tersebut. Tetapi polisi hanya bisa mengatakan “damai saja.. jangan dibesar2kan…” Saya pun meminta damai, tetapi dari pihak sebelah tidak mau damai. Mulai ada beberapa kecurigaan saat saya melihat sekitar, bahwa ada beberapa orang TNI datang. Tidak lama kemudian, seorang ibu datang, ternyata ibu dari wanita yang mengemudikan Toyota tersebut. Ibu tersebut meminta menceritakan kejadian, dan meminta polisi memastikan siapa yang salah. Lagi2 polisi tidak dapat menentukan siapa yang salah. Kemudian si ibu meminta polisi ke TKP dan mengurusi masalah ini sampai selesai. Ibu tersebut kemudian keluar, melihat mobilnya yang rusak.
Kecurigaan pun semakin kuat, karena polisi2 berpangkat pun mulai keluar dari kantor, menemani sang ibu. Saat ibu tersebut melihat mobilnya diluar, saya di dalam kantor polisi. Seorang TNI mulai berbicara ke saya agar segera meminta maaf dan mengganti mobil ibu tersebut. Mengapa jadi saya yang harus meminta maaf dan mengganti? Setelah itu, seorang polisi mengatakan ke saya, kalau keluarga tersebut, adalah keluarga pejabat TNI bintang satu. Kecurigaan pun terjawab!
Dengan berbaik hati, saya pun keluar, ikut melihat mobil. Dengan rendah hati, saya pun meminta maaf, dan meminta berdamai. Biarlah saya yang meminta maaf, walaupun saya tidak merasa salah. Bukankah kita lebih baik memaafkan? Tetapi apa yang dikatakan? Ibu tersebut mengatakan bahwa foot step saya dalam keadaan terbuka menonjol keluar, sehingga menabrak mobilnya. Spontan saja saya berkata “demi Tuhan, saya tidak pernah membuka foot step tersebut”. Dengan angkuh, ibu tersebut terus menuduh saya.
Pada saat tersebut, kondisinya adalah menunggu polisi bersiap ke TKP. Sang ibu tetap mengobrol dengan ajudan TNI-nya dan melihat mobilnya. Sedangkan saya bersandar di tembok, dengan dikelilingi beberapa orang ajudan. Ajudan tersebut berkata ke saya agar segera meminta maaf, segera mengaku salah, segera mengganti mobil tersebut. Saya pun hanya menjawab bahwa saya mengikuti saja apa kemauan sang ibu, dengan segera ke TKP.
Tidak lama kemudian, polisi siap ke TKP, sang ibu memerintahkan ajudannya agar menyelesaikan kejadian ini. Sang ibu pun pergi dengan mobil Toyota Harrier hitamnya meninggalkan kami. Lho? Ibu tersebut yang mau tau kejadian dan minta ke TKP, tetapi kita malah ditinggal dan menyuruh ajudannya.. Oke, saya tidak mempermasalahkannya, kami pun berangkat ke TKP, yaitu depan rumah saya sendiri.
Sesampainya di TKP, polisi mulai mengukur-ukur TKP. Wanita pengemudi mobil Toyota pun ditanya2 polisi dengan detail. Wanita tersebut didampingi oleh beberapa ajudannya. Saya hanya ditanya sebagian kecil saja oleh polisi. Selesai polisi menggambar, merekam TKP, kami pun diharuskan ke kantor polisi kembali. Waktu saat itu telah menunjukkan pukul 17.00.
Sesampainya di kantor polisi, saya kembali duduk, meminta untuk damai. Tetapi tetap sang ajudan meminta ganti rugi yang telah saya perbuat atas mobil atasannya. Tiba2 saja saya mendengar kata2 mengganti sejumlah uang beberapa juta, padahal itu hanya permintaan sang ajudan. Saya pun bukan orang yang tidak mengerti mobil, saya juga mempunyai bengkel rekanan, dan saya berpikir tidak mungkin sampai berjuta-juta kalau hanya kecil seperti itu.
Polisi kemudian membuat berita acara untuk diajukan ke pengadilan. Benar saja! Polisi telah salah menggambar TKP saya, sehingga saya telah dirugikan dengan cara saya yang menabrak mobil Toyota tersebut. Saya pun bersikeras untuk segera merubah gambar TKP dan berita acara. Akhirnya, polisi mau mendengarkan saya dan membantu membuat berita acara sesuai kejadian.
Selesai pembuatan berkas2 pengadilan, saya pun kembali mengobrol dengan ajudan, meminta berdamai. Lagi2 kata2 tidak mungkin, keluar dari sang ajudan, dan tetap meminta ganti rugi berjuta2. Akhirnya tanpa jalan keluar, mereka pun meminta untuk melanjutkan perkara kecil ini ke pengadilan. Tidak ada lagi kata2 yang bisa saya ungkapkan, melihat jam sudah pukul 19.30.
Saya pun kembali ke rumah dengan surat pengadilan di tangan. Dengan koneksi yang saya punya, saya pun mencari tau, siapakah orang berbintang tersebut. Saya mempunyai beberapa identitas wanita pengemudi Toyota tersebut, berinisial N, mahasiswi fakultas hukum, Universitas Pajajaran Bandung.
Saat ini saya hanya mengikuti prosedur yang ada. Tidak ada kata2 yang saya bisa keluarkan, selain memohon doa dari Tuhan YME. Yang saya sesalkan adalah, mengapa polisi dan TNI sebagai yang berwenang, melindungi masyarakat, tidak dapat netral diantara kedua belah pihak? Mengapa begitu banyak ajudan yang keluar dari sarangnya, padahal hanya masalah sepele seperti ini? Mengapa saya disuruh oleh ajudan untuk meminta maaf, mengganti sejumlah uang untuk atasannya? Mengapa wanita anak TNI pengemudi Toyota bisa berhubungan langsung dengan ajudan TNI? Mengapa sang ibu seperti memberikan perintah ke ajudan, sehingga ajudan seperti mempunyai kekuasaan atas kejadian ini? apakah pejabat yang mempunyai jalan, mempunyai kekuasaan, mengendalikan semua ini, sehingga kita tidak dapat lagi bergerak di jalur yang biasa kita lewati? Saya tidak mengerti aturan di TNI, tetapi hal2 tersebut banyak memberikan keraguan atas kejadian ini.
Saya hanya ingin meminta maaf apabila ada yang merasa dirugikan, disalahkan atas kejadian ini. Saya mau meminta maaf atas apa yang telah terjadi. Terakhir, saya mau menghimbau, agar lebih berhati2 dijalan. Semoga hal2 seperti ini tidak terulang pada pengguna jalan yang lain. Terima kasih.
Ibrahim Lubis
November 8th, 2008 at 9:08 pm
berurusan dengan aparat? uuu tatut. itu sama dengan cari mati.
oh tuhan, mudah2an selama hidup saya tidak akan pernah (lagi) berurusan masalah dengan aparat..please Tuhan..
once upon a time di denpasar, saya pake motor dan disalip ama pengendara motor..mepeeeeettt sekali ampe bersentuhan..saya kaget bukan maen dan mengumpatlah saya spontan..waduh dia berhenti dan stop saya. cukuran cepak..pukul saya pake helem..saya buru2 minta maaf…sial padahal dia yg salah…lalu kunci motor saya diambil dan bilang…
kalau mau kunci motor balik..datang ke markas P…. B…
wakkssss datang ke markas? r u kidding me?..yo wish saya dorong motor saya pulang…capek dehh..bikin kunci lgi besok pagi2nya..daripapda berurusan dengan begituan
November 9th, 2008 at 4:19 am
walah. amit amit … emoh deh kalo urusan begituan
November 9th, 2008 at 6:57 am
melayani itu maksudnya melayani (terima) ganti rugi untuk kesalahan yg dilakukan 😀
November 9th, 2008 at 10:34 am
Pingin kaya ah….. lalu bisa bikin private army. Ntar kalo ada wong abri dan pejabat kemaki, di dor aja
November 9th, 2008 at 10:54 am
Susah ya untuk jadi “orang” dan mengakui kesalahan?
November 9th, 2008 at 11:53 am
makasih bang adi… punya ku sudah di posting juga…
memang gak ada yg bisa melindungi masyarakat selain masyarakat itu sendiri…
rupanya tetep susah hidup dijaman sekarang…
aku ke pengadilan tgl 14 nov ini… mau ikut?? hehehe…
November 9th, 2008 at 1:08 pm
mbok yah mohon dimengerti…. khan tidak salah toh slogannya adalah “Melindungi dan melayani”. Mohon dibaca, tidak ada tulisan bahwa itu adalah Melindungi dan Melayani MASYARAKAT.
Jadi kita2 ajah yang ngarep… wong yang mereka layani dan lindungi itu khan pejabat2 dan para koruptor hitam. 😀
Jauh2 deh urusan sama mareka. 🙂 Kita semua khan sering lihat kalo di pos-pos mereka nongkrong itu suka ada spanduk “Damai itu Indah”? 🙂
November 9th, 2008 at 1:11 pm
@BOIM,
Bos, di videocast dan .3gpnya diposting ke internet (jangan ketuker sama 3gp dari malem sebelumnya… wakwkkakkka)…
juga bikin catatan sidang. posting ajah siapa hakimnya, siapa penuntutnya, dagelan apa yang dibicarakan…. Ini sidang terbuka khan? Jadi informasinya juga boleh diketahui oleh umum. Biar masyarakat yang menilai.
November 9th, 2008 at 3:59 pm
Bah… kalau berurusan dengan aparat atau keluarga aparat, bilang saja ga takut kalau mau dibawa ke pengadilan. Bilang balik, kalau punya kenalan wartawan banyak. Silahkan saja kalau mau diperkarakan. Sangat sedikit aparat kita yg bersih, dikeluarin kartu “jurnalis” juga udah pada ciut itu, apalagi jaman KPK lagi haus darah kayak sekarang.
November 9th, 2008 at 5:23 pm
# boim Says:
November 9th, 2008 at 11:53 am
makasih bang adi… punya ku sudah di posting juga…
memang gak ada yg bisa melindungi masyarakat selain masyarakat itu sendiri…
rupanya tetep susah hidup dijaman sekarang…
aku ke pengadilan tgl 14 nov ini… mau ikut?? hehehe…
=> Waduhhh ada dari salah seorang pembaca yang barangkali punya koneksi berbintang yang mau ikut sidang ini?
Im, aku pernah sekali-kalinya urusan sama ginian, bikin hati frustasi, beli mobil (nyicil pula), lah mobil ga salah apa-apa (surat-surat bersih), cicilan belon beres, eh diacungin beceng (pistol) sama serse Bandung Tengah karena katanya mobilnya bermasalah.
Lah akhirnya gua ditanya-tanya, keluarga polisi apa ga (pinteran interviewnya), ketahuan kita anggota masyarakat biasa kena deh, mobil ditahan.
Ternyata itu ceritanya panjang, mobil gua sih bersih, tapi mobil sebelumnya hasil tuker guling itu ternyata hasil tuker guling Mobil Kidjang bodong.
Aneh sekali, pas gua urus di pemilik sebelumnya apa bener beliau melaporkan bahwa kehilangan mobil, ternyata yang bersangkutan kaget, karena katanya mobilnya tidak pernah dilaporkan kehilangan melainkan sudah dijual ke temen deketnya. Lebih aneh lagi, ada survey dari asuransi ke rumah ybs, menanyakan apakah bener mobilnya kehilangan (mau mencairkan uang asuransi). Ganas banget mainnya. Sampai salah satu pejabat resmob DKI sendiri menyatakan bahwa “Mas saya tahu anda tidak salah, tapi kejadian demikian bukan sekali dua, tapi mohon maaf saya tidak bisa bantu, karena saya masih mau sekolah mas”.
Ya ampun, gua kira ini negara hukum. Taunya negara backing-backingan.
November 9th, 2008 at 6:52 pm
Aparat tuh seringnya Protect and serve kalo bertujuan dapat uang
November 9th, 2008 at 6:54 pm
Jika tidak ada tujuan uang, biasanya cuma Protect and serve diri sendiri
November 10th, 2008 at 8:34 am
Kadang saya punya usulan yang bego dan aneh,… gimana kalau para aparat yang bertugas adalah bukan orang Indonesia, so mereka tidak “dibiayai” oleh rakyat kita tapi langsung dari negara yang mengirimkannya.
Abis mau gimana lagi ?!?
November 10th, 2008 at 11:49 am
Indonesia memang negara hukum…. hukum rimba… Siapa kuat dia menang. Kalo di luar, pejalan kaki adalah yang punya jalan. Kalo udah ada penyeberang jalan, mobil segede apapun bakalan berenti. Lah di sini… Kita udah kasih lampu sen, minta ijin belok, kagak ada yg ngasih. Tapi, pejalan kaki bakalan masuk surga. Mereka kan terzalimi dan berdoa supaya mereka masuk surga. Dikabul tuh… hehehe
November 10th, 2008 at 12:30 pm
Di daerah saya Medan, hal seperti ini sudah lazim. Pemakai lalu lintas tidak ada yang pernah mau belajar dan bersabar. Jika ada kecelakaan yang salah tetap yang besar dan yang berdarah. Tidak ada proses, rekonstruksi ataupun pengkajian. Hal ini bukan hanya dari kerumunan bahkan sampai di kantor P*.
Baru-baru ini rekan saya mengalami kecelakaan kecil, kesenggol. Kedua belah pihak sudah berdamai, tetapi di kantor malah dipersulit, teman saya (yang berkasnya mo dilimpahkan ke kejaksaan, langsung dijadikan tersangka lengkap dengan surat penyitaan sepeda motor – padahal “korban” cuma lecet dan tidak meninggal) dan saya sendiri dari jam 9 sampai 17.30 menemaninya di kantor tersebut. Diinterogasi satu petugas, jam makan siang dilimpahkan ke petugas lain. Sepeda motor di tahan. Sedangkan yang lainnya minum2, main Zuma, ketawa ketiwi, dengar MP3 sambil merokok. Pernahkah “yang diatas” mengecek apa yang dilakukan anak buahnya di Ditlantas? APakah software dan lagu yang dipakai semua legal?
karena kami warga keturunan, hasilnya mungkin pak Noto sudah tahu endingnya. Saya cuma ada satu komentar yang mungkin bodoh… “Kalau cuma kesenggol dan lecet aja diproses dari jam 9.30-17.30, apalagi mo menangkap teroris/penjahat kelas kakap?”
November 11th, 2008 at 1:50 am
Aduh, aku juga cukup sekali-sekalinya lah urusan sama aparat. Pernah diancam pake beceng juga, cuma karena persoalan sepele. Jangan sampe lagi lah..
To be protected and served? That is the last thing I want and need, kalo masih begitu modelnya 🙂
November 15th, 2008 at 12:06 am
mungkin amannya mending gak usah beli mobil atau motor yee
sudah saatnya rumah deket dgn tempat kerja, so potensi ketemu aparat (eg polantas) pun jd kecil
November 17th, 2008 at 9:22 am
Memang yg namanya slogan tu perlu dipertanyakan; sudahkah ia menjadi budaya dalam hati dan keseharian para personel ybs.
November 20th, 2008 at 4:47 pm
ikutan curhat:
pernah dapat motor dari lelang salah satu BUMN. pas mau perpanjang STNK, ternyata ketahuan bahwa itu motor bodong karena no rangka dan no mesin beda jauh antara fisik dengan bpkb , apalagi stnk.
saya ditangkap , belum ditangkap ding, baru diancam aja, dengan tuduhan penadah… tapi boleh pulang koq hahahaha… kemudian “dibebaskan” dari tuduhan setelah memberikan bukti lengkap berupa sertifikat dan berita acara lelang dari BUMN.
jarak waktu antara saya di”tangkap” dengan saya membawa bukti sertifikat lelang adalah 3 minggu. dalam jarak 3 minggu itu, saya sudah tidak mengenali motor saya lagi karena sudah jadi keren! beneran, sudah di perbaiki tangki nya, jok nya, mesin nya… dan tidak tersimpan di tempat barang bukti, melainkan digunakan sehari-hari oleh salah seorang “oknum” polisi 😀
November 21st, 2008 at 1:03 am
hiiii… syeereeeem.
hmm.. gimana kalo semua mobil ditempelin atribut tentara. kayak’ itu tuh yang merah2 tanda pangkat. *harusnya barang kaya’ gitu itu diharamkan.*
Buat yang mengalami kejadian.. yang sabar ya mas/mbak. Sambil sidang sambil berdoa. Kan doa orang teraniaya doa yang paling ampuh. Ngomong2 tentang sidang, kok saya agak pesimis ya sama sidang di Indo. Kesannya semua itu praduga bersalah.
November 22nd, 2008 at 12:54 am
lha wong ‘aparat’ disini identik dengan ‘keparat’
December 21st, 2008 at 4:22 am
hehehe, emg parah kelakuan aparat2 kita, ga pnh merasa terlindungi tuh saia 😉
kekna aparat2 itu takutnya cm bos besarnya *presiden gitu dah…* ;(
December 31st, 2011 at 3:00 am
Hey there! My name is Ashton Hagins and I really just wanted to say your weblog is awesome! It truly is funny because I use to have a website that practically had an identical website url: adinoto.org/?p=860 mine was only a few characters different. In any case, I’m a big supporter of your blog website and if you at any time want a guest post please make sure to email me personally at: Corinne.Aseng@yahoo.com. I absolutely love writing!
December 31st, 2011 at 3:07 am
I have been on the site for 40 minutes currently going through distinctive web pages and while the stories I comprehend very little regarding the selection of viewers your internet site draws is particularly excellent and that I would certainly welcome just about any suggestions right from 1 blog writer to a different blogger making an effort to aid me greater as I happen to be really struggling to find reliable visitors.