Beberapa minggu terakhir saya sibuk muter keluar kota melulu. Mulai dari kota sampe kampung. Sesuatu yang menarik perhatian saya sepanjang perjalanan dan pikiran nakal saya adalah “Apakah Pemerintah Sebenarnya Pernah Membangun Suatu Kota?â€â€¦ Halah apa lagi ini.
Gini gini… setiap kota di negeri ini yang saya/kita kunjungi hampir semuanya merupakan kota perlintasan. Yaelah apalagi definisi kota perlintasan. Perlintasan ya itulah = CUMA ADA SATU JALUR LINTASAN. Alias kota km (kota kilometeran). Kilometer sekian. Ga ada branch nya, alias jalan satu jalur, terus penduduk merapat membangun rumah masing-masing, nempel satu sama lain, ga perduli gang, ga ada aturan, *apalagi Jawa Barat, terkenal kota dengan segala gang dan kerapatan paling tinggi di dunia (bersaing sama Brazil?). *Kota-kota yang terencana –minimal ga cuma satu lintasan semua masih peninggalan kolonial.
Mengapa sampe ga ada rencana pembangunan, membangun sebuah kota yang terencana, mulai dari fasilitas publik, pendidikan, rekreasi, tempat bekerja, transportasi publik, sarana kesehatan, sampe pemakaman pun sulit dijumpai. 🙁 Beberapa kondisi saya alami termasuk ketika melongok-longok kota pinggiran di Bandung adalah rumah-rumah yang nempel satu sama lain dan sembari melewati gang (yang notabene higienis nya menyedihkan) adalah makam yang berserakan. Entah makam keluarga entah tempat pemakaman. Hmm gmana mau meyakinkan para investor kalo Indonesia itu tidak miskin? Wong kondisi pemukimannya saja menyedihkan 🙁
Fasilitas jalan adalah sarana paling penting yang menjadi modal percepatan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Tapi kalo kondisi jalan saja bolak-balik bolong-tambal-proyeklagi-bolong-tambal-proyeklagi, sapa yang mau percaya bahwa ada niat baik pemerintah untuk mengupayakan kehidupan/sarana yang lebih baik di negeri ini?
Yang jelas memperbaiki kondisi yang sudah ada jauh lebih sulit daripada membangun sesuatu yang baru sama sekali. Satu dua generasi kepemimpinan ga bakal cukup menuntaskan permasalahan yang sudah sedemikian akut. No wonder masih banyak yang bermimpi di luar negeri biar jadi kacung sing penting hidup lebih teratur! Tambah nilai rupiah yang semakin menyedihkan.
Catatan kaki buat pemerintah! Masa berpikir sederhana aja ga bisa, liat kebutuhan dasar orang hidup aja boss…. Orang hidup ga neko-neko kok, Prioritas kan jelas Makan, Sandang, Papan, terus baru urutan tadi diatas, pendidikan, kesehatan, lapangan pekerjaan, transportasi, apalagi terusin sendiri. Kok ya jadi miris ya. 🙁 Umur udah separuh jalan tapi ya kondisi ga makin baik.
Bagaimana kota di tempat tinggal anda?
May 3rd, 2008 at 1:33 am
Heuheuheu…Bisa Aja Ngebangun Suatu Kota secara terencana tapi di Komputer alias Maen Games The Sims
May 3rd, 2008 at 1:39 am
ganda Says:
May 3rd, 2008 at 1:33 am e
Heuheuheu…Bisa Aja Ngebangun Suatu Kota secara terencana tapi di Komputer alias Maen Games The Sims
=> Nah itu kang masalahnya apa ya ada pejabat main The SimsCity? 😀 hehehee…. kacau kacau 😀
May 3rd, 2008 at 1:50 am
Pak, kita hidup di Indonesia bukan di singapura, Jadi ya..begitulah wajah negeri kita
May 3rd, 2008 at 1:56 am
# satria Says:
May 3rd, 2008 at 1:50 am e
Pak, kita hidup di Indonesia bukan di singapura, Jadi ya..begitulah wajah negeri kita
=> Kok ya dulu Paris Van Java beda banget ya sama sekarang 😀 hehehe masa kita anggap yg sekarang itu sebagai heritage. Jadi harus kita lestarikan dong boss? 😛 Ga banget kayaknya 😀
May 3rd, 2008 at 2:29 am
Saya melihatnya sungsang, pak…misalnya mau dibenerin yang udah ada, buset itu tugas besar banget…satu contoh misalnya pembetulan gorong2 atau pembuatan saluran air di pinggir jalan, ga kebayang aja. Tapi memang harus, kalo ga gitu jalanan gampang hancur karena sisa air hujan selalu menggenang (itu untungnya, parahnya adalah banjir) di pinggir jalan…
May 3rd, 2008 at 6:02 am
Kang, pemerintah cuma mau ngurusin urusan makro. Kaya gini mah urusan mikro, ya serahkan saja kepada rakyat, sakumaha aing wae. Makro aja udah pusing apalagi ngurusin hal2 mikro.
Yang penting buat pejabat adalah terpenuhinya hajat diri sendiri dan keluarga. Beres kan?
May 3rd, 2008 at 7:11 am
Ada mas. Kota tempat saya berdomisili sekarang (Batam) dibangun dari nol sama pemerintah Indonesia asli (Habibie). Menurut saya cukup terencana. Tapi seiring perkembangan zaman perencanaan ya tinggal perencanaan. Banyak rencana yang dirubah sehingga kembali ke keadaan ‘kurang terencana’.
May 3rd, 2008 at 7:24 am
memang susah sih ya…kota2 di indonesia tumbuh secara alami aja, gak ada perencanaan…klo mau diperbaiki, pasti butuh waktu yg lama dan biaya yg besar, walaupun bukannya gak mungkin sih….
May 3rd, 2008 at 9:06 am
# Hedi Says:
May 3rd, 2008 at 2:29 am
Saya melihatnya sungsang, pak…misalnya mau dibenerin yang udah ada, buset itu tugas besar banget…satu contoh misalnya pembetulan gorong2 atau pembuatan saluran air di pinggir jalan, ga kebayang aja. Tapi memang harus, kalo ga gitu jalanan gampang hancur karena sisa air hujan selalu menggenang (itu untungnya, parahnya adalah banjir) di pinggir jalan…
=> Nah terus sekarang pemerintah aja udah ga ada duit, ibarat main monopoly (game) langkahnya cuma udah tinggal nutup lubang gali lubang untuk biaya operasional rutin. Mau bangun tol aja udah ga ada duit (ngarepin swasta), mau ini itu juga ga ada duit. Dan umur pemerintahan cuma 5 taon. Setiap orang masih mau jadi pemerintah (pengen jadi presiden). Apa yang diharapkan ya (kalo ngarepin kembali ke rakyat). Kas negara udah kayak perusahaan pesakitan.
May 3rd, 2008 at 9:08 am
# Eka Says:
May 3rd, 2008 at 6:02 am e
Kang, pemerintah cuma mau ngurusin urusan makro. Kaya gini mah urusan mikro, ya serahkan saja kepada rakyat, sakumaha aing wae. Makro aja udah pusing apalagi ngurusin hal2 mikro.
Yang penting buat pejabat adalah terpenuhinya hajat diri sendiri dan keluarga. Beres kan?
=> Coba rakyat ini belajar banyak dari pelajaran membangun Singapore, Dubai… Dubai dibangun oleh 2 generasi. Singapore (plus minus ga menarik lebih karena kotanya kecil –jadi suka ke sentimentil pemimpinnya lagi) tetep gimana juga adalah kota terbaik (teraman), terbaik fasilitas publiknya di dunia.
May 3rd, 2008 at 9:11 am
# Rafki RS Says:
May 3rd, 2008 at 7:11 am e
Ada mas. Kota tempat saya berdomisili sekarang (Batam) dibangun dari nol sama pemerintah Indonesia asli (Habibie). Menurut saya cukup terencana. Tapi seiring perkembangan zaman perencanaan ya tinggal perencanaan. Banyak rencana yang dirubah sehingga kembali ke keadaan ‘kurang terencana’.
=> Ini yang saya tunggu 😀 hehehee… Bener Raf. Batam adalah kota yang direncanakan. Tapi liat Batam sekarang sedih banget 😀 udah kata kota liar tumbuh ruko dimana2 dan pemukiman liar 😀 … Seorang Habibie pun menyerahlah dengan kondisi rakyat sedemikian banyak (takut melihat rakyat ga bisa menghargai dia dan menyerang balik). Yang dibutuhkan negara ini adalah pendidikan. Coba bayangkan kalo kita jadi Habibie. Mau idealis tinggal dinegeri sendiri tapi di hujat sedemikian banyak orang? Wah umur udah tinggal berapa tahun mending pilih tinggal di tempat yang layak untuk keluarga dan menikmati hari tua (panggilan hati setiap orang). Idealisme? Kalo cuma koar2 seperti anggota dewan ato partai sih itu fase hidupnya masih cari recognition. 😀
May 3rd, 2008 at 9:14 am
# fisto Says:
May 3rd, 2008 at 7:24 am e
memang susah sih ya…kota2 di indonesia tumbuh secara alami aja, gak ada perencanaan…klo mau diperbaiki, pasti butuh waktu yg lama dan biaya yg besar, walaupun bukannya gak mungkin sih….
=> Nah aku suka istilahnya…. Tumbuh secara alami. Nextnya gmana? Seperti halnya motor/kendaraan roda 2. Sekarang di boom sekian banyak. Seperti tulisan saya sebelumnya “Ini transportasi publik ato publik mengupayakan transportasi?”… Jalanan makina akan semrawut, tiba2 meluncur di jalan 2 arah, di “serang” oleh gerombolan motor yang “ngambil” jalur kita… seperti mo nabrak puluhan orang-orang lagi berjibaku. Disiplin di negeri ini nol besar pula. Klop dah.
May 3rd, 2008 at 3:38 pm
Iya, waktu pertama kali lihat lembah kos2an Taman Hewan dan Pelesiran dari atas Tamansari , komentar pertamaku : “Ih gila, kayak di Rio de Janiero” :))
May 3rd, 2008 at 4:19 pm
# Affan Says:
May 3rd, 2008 at 3:38 pm
Iya, waktu pertama kali lihat lembah kos2an Taman Hewan dan Pelesiran dari atas Tamansari , komentar pertamaku : “Ih gila, kayak di Rio de Janiero†:))
=> Hehehee elo emang asli mana Fan? Gua malah stress berat dulu masuk ke tubagus ismail bawah juga buset itu gang kadang ngelewatin bekas kakus (wc) orang. Hayah2 katanya disini pusat banyak orang pinter tapi kok ya gini banget 🙁
Lebih stress lagi tiap waktu mo ke kampus harus lewat gang yang suka ada (sorry: bekas boker) dan kencing orang, hayah, emang ga ada WC umum kayaknya yg disediain *bandung (dan kota) lain emang terkenal WC buangan ga ada (ga mengenal septic tank) alias buang aja ke saluran air terdekat 🙁
May 3rd, 2008 at 4:27 pm
Gw mah asli Surabaya, SMA di Jakarta. Tapi perasaan mah orang disini gak terlalu higienis gitu utk urusan “K” nya MCK, kampung2 di Surabaya aja gak ancur2 banget, masih relatif bersih.
May 3rd, 2008 at 4:54 pm
kumplen dong gw….gw di depok neh
jalan cinere sampe parung ingung buset deh…
kayak gorong2…
mbenerin jalan aja kagaw bisa
apalagi maen simcity 😛
May 4th, 2008 at 6:25 am
Pak, kalau Kota Baru (antara Bandung – Padalarang) boleh terhitung “planned city” enggak?
[TH]
May 4th, 2008 at 8:04 am
..akhirnya tumbuh berdasarkan budaya tumbuh negeri ini : berkembang berdasarkan tuntutan pasar 😀
jadi ya gitu.. ndak teratur
May 4th, 2008 at 10:30 am
Begitulah wajah dan bentuk kota kalau dibangun tanpa rancangan, di tangan administratur yang tidak kompeten. Kebayang ngga membangun mall tanpa “design”? kebayang ngga membangun “borobudur” tanpa design? Website tanpa design? Nah, kok bisa ya ada orang membangun kota tanpa “design”? Ajaib! Beginilah nasibnya kalau tatanan administrasi suatu kota dipegang orang-orang yang tidak kompeten menjalankan tugasnya. Bukannya kota nya yang tumbuh mengikuti rancangan, eh malah rancangan nya yang tumbuh kayak belukar mengikuti “arah yang kemana-kemana arahnya”. Jadilah kota yang macet total, kebanjiran melulu, kotor, dan tidak produktif (mau pun kompetitif) untuk kerja. Esensi dasarnya: pilih administratur dan pimpinan yang tepat untuk kota tempat kita tinggal. Jangan yang jalan bolong dibiarin, jalan mampet disalahin rakyatnya, jalan macet diantepin aja. Wong itu tugasnya si administratur untuk memikirkan strategi jitu mengatasi itu semua. Setelah arahannya jelas, barulah rakyat dan kita semua bahu membahu mewujudkannya. Saatnya memilih pemimpin dan administratur kota yang tepat, dan pro kebutuhan rakyat kotanya, bukan yang bengong dan “telmi” melulu melihat kotanya tumbuh kayak belukar yang ngga bisa diatasinya, dan ngga (pernah) bisa berbuat apa-apa. Kemajuan biasanya kejadian kalau kita sama-sama berusaha, bukan kalau administraturnya diam-diam saja, atau malah sibuk nyalahin rakyat kotanya. Wong yang ngga kerja itu siapa? Kalau ngga kompeten ya jangan mencalonkan. Kok seringnya setelah duduk menjabat malah sibuk nyalahin rakyat kotanya, karena — katanya — rakyatnya kok ngga mau ngerti bahwa “kerjaan” ini susah banget. Pak, pak, kalau ngerasanya ngga mampu ngatasi masalah yang ada, ya dari awal-awal ngga usah mencalonkan. Piye to koe?
May 4th, 2008 at 2:13 pm
yah… kan bangun kota pake prinsip UUD, ujung2nya duit… nah klo ada yang mau bangun sesuatu di tempat yang sebetulnya nggak sesuai klo duitnya ok.. ya ok pula proyeknya…
May 4th, 2008 at 10:40 pm
Boss, udah liat ini?
http://bandungindependen.wordpress.com
May 5th, 2008 at 3:59 pm
Bangun kota fasilitas yang diutamakan mall, mall udah banyak masih juga dibangun lama-lama mall saingan dengan SPBU. Mall itu bukannya meningkatkan perekonomian rakyat malah menghancurkan (pola hidup konsumtif, pedagang biasa bankrut dll) belum lagi sumber kemacetan dan kerusakan lingkungan…
May 19th, 2008 at 10:37 pm
yang paling sering kita liat adalah rumah rumah di pinggir jalan persis, ini ciri khas negara miskin. Bung, coba sekali waktu tengok Kota Kuala Kencana di Timika, keren abisss !