adinoto's blog

Pemilu Calon Legislatif di Indonesia ini terbilang bodoh. Bodoh karena apa yang mau dipilih, rakyat tidak tahu, tidak kenal calonnya. Yang mau ngaku kenal pun, akhirnya cuma berapa persen yang nyontreng bener karena keinginannya. Akhirnya yang ada masyarakat:

1. Asal nyontreng.
2. Tidak nyontreng.
3. Bener nyontreng karena kenal.

Soal prosentasi tanya pakar deh. Tapi logika bilang sih yang no.3 ga akan sekian persen 1 digit. Itupun karena:

1. Pendukung.
2. Tetangga.
3. Ngarep (ada udang dibalik bakwan).

Lah terus apa gunanya pilcaleg? Kenapa ga sistem yang lebih jelas bahwa caleg adalah kaderisasi partai yang harus merintis karir sebagai seorang politisi yang benar dan bermartabat. Bukan sekedar oportunis yang dapat mengumpulkan suara rakyat.

Bagaimana dengan pilcapres? Pilcapres sedikit lebih baik. Karena minimal kita kenal siapa-siapa yang mencalonkan diri, tahu muka, merasa tahu integritas masing-masing, dan bisa menilai apakah layak apa tidak untuk memimpin bangsa ini ke depan. Masih bodoh, karena apakah anda yakin negara ini sudah dapat dipimpin oleh sistem per-limatahun-an? Negara sebesar Indonesia butuh program pembangunan yang memiliki sustainabilitas tinggi. Keberlangsungan program. Bukan model serang menyerang antara partai pemimpin dan oposannya.

Lah terus gimana? Ya nikmati sajalah proses demokrasi yang anda inginkan ini 10 tahun yang lalu. Sementara itu siapin saja cermin yang besar untuk ngaca, berapa lama kita mau membodohi ato sadar bahwa kita terjerat sebagai bangsa yang bodoh?

Kalo ada pilihan antara dua gambar ini, anda milih yang mana? *Apapun jawaban anda juga terjawab dengan alasan-alasan poin 1-3 di atas.