Miskinnya (Kreativitas) Dalam Pendidikan di Indonesia

Social 34 Comments »

Beberapa waktu belakangan ini saya jadi banyak berpikir (makin tua kali yee), kenapa kualitas pendidikan di Indonesia dalam kacamata komparatif saya sangat rendah. Saya perhatikan kualitas lulusan S1, (bahkan S2), akademi, sekarang sangat parah. Kacamata saya selaku pelaku ekonomi, calon employer, pengamat, dan sebagai masyarakat awam, kadang cuma bisa mengelus dada. Sedemikian rendahnya kah kualitas pendidikan kita sehingga lulusannya hampir semua dikategorikan tidak bermutu! Mengapa sampai bisa terjadi demikian? Apakah yang menjadi sebabnya? Dan bagaimana mungkin Indonesia bisa mengejar ketinggalannya dibandingkan negara-negara lain dengan kondisi demikian? (yang ada kata gue mah makin jauh gapnya ๐Ÿ™ )

Saya akan serahkan topik ini untuk menjadi bahan perenungan bersama, silahkan disimpulkan oleh masing-masing, terutama apabila kadang timbul rasa sedikit apatis, apa yang dapat dikontribusikan oleh masyarakat biasa seperti kita (disisi lain perimbangan akan perasaan ingin berkontribusi justru besar).

Here’s the hint: Kalo menurut pandangan saya sih, ada beberapa hal yang membuat kualitas pendidikan kita parah seperti sekarang. Diantaranya adalah : Rendahnya atmosphere kreatif dikembangkan di lingkungan didik di kampus/sekolah. Dari kecil sampe lulus kuliah, para siswa hanya dijejelin kurikulum. For what? Mereka bahkan tidak pernah tahu untuk apa, karena ya daya nalar dan sisi kreatifnya tidak pernah diasah (distimulus). Selama ini kita hanya dijejali tugas-tugas sekolah, itung-itungan, tanpa mengerti esensinya akan dipergunakan untuk kebutuhan real di dunia nyatanya sebagai apa. Exception? Ada. Dari sebagian kecil saja para pendidik yang cukup “creative” untuk berani tampil beda. The rest? Hmm tidak berani berexperiment atau mungkin ya karena dicocok dengan target kurikulum, dan bahkan tidak dibekali dengan kemampuan untuk menjadi seorang pengajar (Menjadi seorang pengajar itu tidak bisa otomatis bisa, bakat dan teknik harus ditularkan). Saya sendiri penganut aliran mencimplak dan praktek, dengan demikian mereka menjiwai apa yang dikerjakan.

Beberapa waktu yang lalu saya sedang bertugas ke luar negeri. Betapa mata batin saya tersentuh ketika menyaksikan puluhan anak-anak taman kanak-kanak sedang berlarian di bandara dan “diperkenalkan” dengan dunia oleh para pembimbingnya (yang lebih terkesan sebagai ibu-ibu rumah tangga). Oh. Kapan Indonesia bisa mengejar ketinggalan dibanding dunia lain, apabila kita tidak pernah merevolusi sistem belajar mengajar di dunia pendidikan kita. Salah satu cerita yang paling berkesan dari kaisar Hirohito yang ketika itu kalah perang setelah dibombardir bom atom Amerika adalah…. munculnya satu pertanyaan dari beliau “Berapa banyak guru kita yang tersisa?”. Sedemikian pentingnya posisi pendidik bagi suatu bangsa, kenapa tidak pernah menjadi perhatian serius bagi kita. Membangun generasi jauh lebih mulia demi kemajuan bangsa daripada mengurus persoalan lain yang cuma kental unsur politisnya.

Hmm apa Pak SBY demen baca blog ga ya? Lah tulisan ginian ga masuk untuk di SMS ke 9949 ๐Ÿ˜€

Who You Were (My Life) Before the Internet?

Social 6 Comments »

Addressing my friend’s Andika blog on his destiny to round the “Indonesia globe” as his crusade, I challenged him to remember every bit of our life before the Internet time.

So what is the Internet time? Well, I can’t define it myself. It’s all depends on how and when Internet starts consuming your life. Some people start early in 1996, others could be earlier, most Indonesians is somewhere in 2000 and the rest are after year 2000. It’s nothing important (Once; an Indonesian artist claimed that she wanted to have her own personal web pages 10 years ago — the news circulated on 2000. Huh? Come on, the net is barely exist on that time ๐Ÿ˜›

So… who were you before the Internet time? For me here’s some of the things that I remember clearly.

1. I was a golf addict, played golf at the age of 4-5 years old. In the age 16, I had a single handicap. I was a national player once and now just a social player :))

I was came from ordinary family, but it just happened to be lived in rich neighborhood were everything is free. Next to my house lies a golf course.

2. I caught big fishes very often… 4-5 kilos of Arowana. So when I now a truly citizen and consumed by the Internet, people will have a very hard time believing that it was me catching those big rare fishes!! — And yes, I eat hundreds of those very expensive rare fishes ๐Ÿ˜€ — my city friends sometimes even called my photos a photoshop-fake hahaha…

3. I was a boy-scout addict. It was started ever since I was on the 3rd grade and all up until on mid junior school high. I was national boy-scout on Cibubur, Jakarta 1986. Participated on various other province’s events.

4. I was a mathematician and physicists geek. I had a perfect 10 on national exams of mathematics (Ebtanas) and STTB (transcripts) for junior and high schools. That’s maybe one the reasons that drove me to Departement of Physics, Institut Teknologi Bandung. Once, I even too snob to walked out without finishing the exams since I believed the equation was wrong. Funny that I lost my appetite on those subjects once I entered the higher education ๐Ÿ˜›

5. I was a karate kid. How good I am? Well, can’t say on that here… just let’s say enough to warn you, not to playing a fool with me since I can always break your neck

Wanna share some stories about who were you before the internet? …

Indonesia Government Should Boycott Intel & AMD !!!

Social, Technology 64 Comments »

Dengan release mikroprosesor terbaru dari Intel dan AMD pemerintah Indonesia seharusnya memboikot kedua produsen mikroprosesor terbesar ini. Saat ini persaingan kedua perusahaan penguasa pasar mikroprosesor ini menjadi tidak lagi sehat. Performansi diukur dalam ukuran Megahertz, Gigahertz dengan melupakan satu hal. Kebutuhan daya! Sesuatu yang pemerintah saat ini sulit untuk menyediakan layanan kebutuhan sektor energi karena negara ini sedang defisit energi untuk kebutuhan rakyat.

Satu buah komputer dengan spesifikasi Intel terbaru Pentium 4 2,8-3,2 GHz membutuhkan daya 89-115 Watt!! Bayangkan berapa total energi yang dibutuhkan untuk membiayai kebutuhan komputasi negara kita.

Pada saat saya menjalani masa kuliah di ITB saya masih ingat sekali bahwa masyarakat kampus diingatkan untuk menghemat penggunaan energi listrik dan air, karena kampus tiap bulan membayar lebih dari 110 juta rupiah perbulan untuk kebutuhan listrik dan lebih dari 14 juta rupiah perbulan untuk konsumsi air. Angka tersebut estimasi hampir 10 tahun yang lalu, karena ITB pada saat itu rajin menempelkan stiker di setiap WC umum kampus. Anda mungkin berminat melihat berapa banyak uang yang perusahaan/organisasi anda keluarkan setiap bulannya untuk membiayai listrik yang sebagian besar dikonsumsi untuk kebutuhan komputasi anda.

Apakah mikroprosesor dibuat memang membutuhkan daya sebesar itu? Tidak! Saya masih ingat ketika mikroprosesor membutuhkan daya tidak lebih dari 3-5 Watt. Dan beberapa mikroprosesor alternatif tetap menghasilkan daya konsumsi yang cukup efisien. Pada tahun 1997-1998 ketika Apple merelease PowerMacintosh dengan basis PowerPC G3 300MHz kebutuhan konsumsi dayanya tidak lebih dari 3 Watt. Jauh lebih efisien dibandingkan mikroprosesor dari Intel pada saat itu yaitu Pentium !!! 300MHz yang membutuhkan daya lebih dari 30 Watt.

Apakah ukuran Megahertz, Gigahertz mikroprosesor menjamin peningkatan kecepatan mikroprosesor? Tidak. Kecepatan mikroprosesor tidak hanya diukur oleh tingginya angka Megahertz atau Gigahertz yang dimilikinya. Intel Pentium 3 1,4GHz misalnya jauh lebih bertenaga dibandingkan Pentium 4 yang < 2,4GHz. Desain mikroprosesor menentukan performansi keseluruhan dari sebuah mikroprosesor, misalnya panjangnya pipeline (stages), dan branch prediction. Semakin banyak pipelines stages suatu mikroprosesor semakin lama waktu yang dibutuhkan mikroprosesor untuk memproses data, yang berarti semakin tidak efisien. Intel sendiri membuktikan kenapa Pentium M alias Centrino mikroprosesor yang di desain oleh tim engineer Intel di Israel jauh lebih efisien dan bertenaga dibandingkan mikroprosesor buatan Intel sendiri yaitu Pentium 4. Dan jauh lebih dingin yang berarti jauh lebih hemat energi. (Bagi anda yang penasaran dengan seberapa cepat mikroprosesor anda sebenarnya bekerja dapat merefer link http://distributed.net/speed dan coba periksa hasil benchmark independen untuk RC5-64. Distributed.net merupakan suatu proses komputasi terdistribusi yang dipergunakan untuk mengenerate kebutuhan komputer berama seperti proyek SETI). Saya tidak akan berusaha menjelaskan secara teknis hal tersebut di blog ini, karena concern utama saya bagaimana pemerintah tertarik untuk preserve energy. Negara kita saat ini sedang membutuhkan energi dan energi menjadi sesuatu yang berharga dan mahal. Karena itu pemerintah seharusnya memboikot Intel dan AMD. Lantas apa yang dapat dilakukan pemerintah dengan diboikotnya Intel dan AMD? Apakah dengan demikian pemerintah tidak lagi menjadi konsumen mikroprosesor tersebut yang sulit dilepaskan dari kehidupan kita sehari-hari? Tentu tidak. Pemerintah dapat berbicara dengan Intel dan AMD untuk memproduksi mikroprosesor yang efisien. Dengan demikian kebutuhan energi kita dapat di hemat. Kita sebagai suatu bangsa yang besar tentunya tidak ingin cuma menjadi konsumen dan dijejali oleh semua produksi komoditi yang tidak layak dipergunakan di negeri ini bukan? Sayang sekali di satu sisi masyarakat perkotaan menjadi sangat konsumtif dengan kebutuhan komputasi sehingga satu buah komputer desktop dapat menkonsumsi lebih dari 200 Watt listrik (dihitung dengan kebutuhan daya untuk monitor dan periferal lainnya) sedangkan di pedesaan 100 Watt dapat menghidupi sekian puluh kepala keluarga dengan program listrik pedesaannya ๐Ÿ™ Mungkin pemerintah dan/atau PLN sudah saatnya mempertimbangkan hal tersebut secara serius. Saya berharap pemerintahan yang baru nanti dapat secara lebih cermat mempertimbangkan hal ini dan mengambil tindakan yang tepat dan berarti untuk kehidupan yang lebih baik bagi rakyat Indonesia. Saya mengundang komen dan diskusi anda semua sehubungan hal diatas… terima kasih.

WP Theme & Icons by N.Design Studio
Entries RSS Comments RSS Log in