Apple 102: Bagaimana Dengan Proses Manufaktur Oleh Pihak Ketiga, Dan Arah Masa Depan Apple?

Macintosh, Social, Technology 7 Comments »

Wah ternyata posting di forum mac.web.id masih panjang, ada beberapa pertanyaan seputar manufaktur yang dilakukan oleh pihak ketiga, dan licensing atau Mac Clone di era Gil Amelio (1996). Konteks permasalahan bisnis licensing Mac OS ini merupakan debat atau pertanyaan yang tidak ada akhirnya bagi para pengguna baru dan para pengguna end user yang belum mengenal Apple secara mendalam. Sebagai IT industrial analyst yang mencurahkan perhatiannya ke sektor industrial acumen IT (sapa tahu jadi Menteri toh kapan-kapan ๐Ÿ˜€ ), saya rasa perlu kontribusi tulisan sedikit untuk para mac-newbie ini. Setelah beres ini, lepas lebaran dan waktunya enak, kita lanjutin lagi dengan rekan Vavai ngurusin OpenSource ya ga? ๐Ÿ˜€

Pertanyaan: (refer to this link)

Jawaban:

Kalo bicara kualitas, produk Apple sampai hari ini punya “build quality” masih jauh diatas rata-rata produk produsen PC lainnya. Apalagi dengan kembalinya Om Steve ke Apple HQ. Steve sebagai orang CEO yang perfectionist sangat hand pick untuk semua aspect desain dan build quality produk-produk Apple.

Masalah build quality produk Apple sempat menurun justru pada era 1995-1997 ketika dibawah Michael Spindler. Ketika itu (masih ada yang ingat Apple MultipleScan 15″ dan keyboard Apple tahun itu? dan casing PowerMac 7200 dkk), memang visinya membuat Mac menjadi “lebih PC”, karena sebelumnya produk Mac lebih tepat disebut kelas “workstation” seperti halnya Sun Microsystems dan SGI (Silicon Graphics) dari build quality dll. PC Manufaktur lain (ditambah produsen PC generik seperti DELL, COMPAQ, dll, apalagi PC rakitan) tidak mau mengeluarkan dana R&D (Research & Development) karena buat mereka R&D itu adalah COST CENTER. Dell berkosentrasi pada Zero Inventory yang memfokuskan pada efisiensi pada delivery dan manufacturing only, sedangkan untuk Apple yang merupakan sedikit vendor yang masih tersisa untuk produsen yang membangun suatu sistem lengkap (Hardware + Operating System), menyebabkan biaya produksi dan marketing yang lebih tinggi untuk mencapai titik balik.

Studi Kasus Pada “Mac Clone”:
Pada tahun 1996, Apple dibawah era kepemimpinan Gil Amelio, mengijinkan beberapa perusahaan yang melisensi Mac OS untuk dapat membangun perangkat keras Mac Clone. Perusahaan-perusahaan seperti UMAX, PowerComputing, dan Motorola (StarMax), dan DayStar (Mac untuk spesialisasi Workstation dengan multiprocessor s/d 4 processor pada saat itu), memperoleh ijin lisensi setelah membayar uang royalti yang disepakati bersama.

Strategi ini tidak berjalan dengan baik, karena pada saat itu justru menggerogoti pasar Apple yang sudah terlanjur kecil. Produsen-produsen ini menawarkan Mac dengan harga yang lebih murah (namun sebagian dengan build quality yang lebih rendah misal: plasticky, dll), namun justru merebut pasar pengguna loyal Apple, dibandingkan dengan memperbesar pasar (market share) Apple itu sendiri. Beberapa perusahaan misalnya PowerComputing (ex orang-orang Compaq), walaupun menawarkan produk-produk yang agak plasticky namun dalam beberapa hal membangun sistem dengan spesifikasi yang lebih unggul dari produk Apple itu sendiri (misal: Perusahaan yang pertama kali mempergunakan processor G3, dan menempatkan PowerCenter dengan processor PowerPC 604 120MHz yang lebih bertenaga sebagai entry level — relative menarik dibandingkan harga yang sama untuk produk Apple yang masih dimotori processor PowerPC 601 120MHz yang lebih lambat).

Di era kembalinya Steve Jobs, 1997, Steve memutuskan untuk menutup semua bisnis lisensi Mac Clone, dan membeli beberapa perusahaan yang terlanjur diberikan lisensi (PowerComputing dibeli dengan nilai 100 juta dollar), dengan misi mengembalikan Apple sebagai perusahaan yang profitable dan sustainable ke depan.

Kasus Mac Clone dan licensing pada era tersebut agak berbeda dengan masa kini. Ketika Apple telah menjadi perusahaan yang sehat kembali dengan inovasi bisnis produk consumer seperti iPod (2001), maka mungkin menarik bagi Apple untuk mempertimbangkan kembali bisnis lisensi tersebut. Perdebatan ini tentu tidak ada akhirnya, karena keputusan ada ditangan seorang CEO. Saya termasuk sedikit orang yang berpendapat bahwa Apple harus melisensikan Mac OS X agar memperoleh marketshare yang lebih baik. Bagaimana juga Windows merupakan Aggregate Market dimana marketshare yang ada saat ini merupakan marketshare gabungan dari sekian banyak pemain PC yang membundle produknya dengan Windows.

Aspek teknis dan licensing namun harus diatur dengan baik dengan standard industri yang ketat, karena apabila tidak akan berakhir seperti kekacauan yang terjadi di produk berbasis Windows, terlalu banyak incompatibilitas perangkat dan standar industri yang lemah. Walaupun Microsoft sendiri berupaya untuk menekan incompatibilitas ini dengan standard WHQL (Standard Driver yang diapproved Microsoft) namun proses ini tidak berlangsung mulus seperti yang diharapkan.

QUIZ: Tahukah anda bahwa Sony adalah manufakturer Laptop konsumer pertama di dunia yang membuat Apple PowerBook 100?

Sony sebagai manufaktur yang paling menguasai sektor manufaktur miniaturisasi merupakan perusahaan yang memperoleh outsourcing untuk membangun portable Apple pertama yaitu PowerBook 100. PowerBook 100 ini (1992) memiliki beberapa fitur yang masih unik dan tidak dijumpai diproduk-produk hari ini (15 tahun kemudian) seperti kemampuan untuk booting dari cold-boot RAM (yaitu posisi RAM dapat menyimpan data dalam posisi laptop mati — bukan RAMDisk), sehingga dahulu sangat menarik untuk mengcopy seluruh operating system (yang ukurannya waktu itu masih dibawah 1MB) ke RAM dan memilih booting dari RAM untuk memperoleh sistem yang lebih responsive.

Sony merupakan salah satu perusahaan yang paling tertarik untuk melisensi Mac OS pada era Mac Clone tersebut (1996) namun tidak diberikan ijin oleh Apple. Ketika itu Sony berminat untuk memulai bisnis personal computernya dengan brand VAIO. Jadi apabila kasus lisensi itu diijinkan Sony VAIO merupakan produk laptop yang berbasis Mac OS bukan berbasis Microsoft Windows seperti hari ini.

Kasus Pada Manufacturing:
Hampir semua produsen masa kini, menggantungkan proses manufakturingnya pada pihak ketiga. Hampir semua berbasis di Taiwan. Taiwan sebagai kekuatan ekonomi elektronika terbesar (sekarang mulai dikejar oleh China), merupakan barometer dan pondasi manufaktur-manufaktur seperti Apple (atau IBM, atau DELL atau COMPAQ, dll).

Jadi dalam kasus manufacturingnya dilaksanakan oleh pihak ketiga, rasanya tidak menjadi masalah. Produk Taiwan tidak berarti produk kelas dua. Setiap produk memiliki “BUDGET” tertentu untuk menghasilkan produk-produk dengan kualitas yang mengisi segmentnya tertentu masing-masing. Misalnya kasus manufakturing MacBook. MacBook yang dijual dengan harga end-user US$1,099 (di US) tentu biaya produksinya tidak akan sama dan memiliki build-quality yang lebih baik dibandingkan dengan produk-produk yang ditargetkan untuk mengisi segment harga US$500 dollar.

Istirahat dulu ah, mo ngokor dulu, Semoga informasi diatas bermanfaat.
Regards,

Aa Nata (Calon Walikota Perduli Kesejahteraan Rakyat)



Apple 101: Mengapa Apple Memutuskan Pindah Ke Processor Intel

Macintosh, Social, Technology 52 Comments »

Diskusi seputar thread Apple di mac.web.id tempohari ternyata berbuntut panjang. Karena kesimpangsiuran asumsi bahwa diskusi tersebut terkesan diskusi teknis saja, sedangkan awal penulisan dokumen tersebut lebih ke arah social sharing saja, saya perlu menulis suatu dokumen FAQ dan sharing informasi buat rekan-rekan pengguna Mac baru maupun lama. Semoga bermanfaat.

“Apapun kupatnya jangan lupa sama gua kirim-kirim coy, Emol mana Bakpiamu? Janjimu palsu! Aku sudah tanya semua tukang becak menuju Bandung ga ada yang bawa titipan dirimu bwakakaka…

Aku ga tau ceritanya dimulai darimana, tapi tengah malam gua diganggu sama anak setan kecil ini si Toocool temennya Peppy dan Ngatini Vega bwakakaka, katanya komentari soal oprekan Windows on Mac nya. Nah, perlu diklarifikasi kalo antara gua dan toocool ga dalam posisi debat kok, cuma sebagai orang tua dimintain komentar aja jadi berhubung ybs menjanjikan bayaran standard seorang CEO 2000 dollar sejam ya gua ladenin, lumayan duit sahur hahahaa….

Nah yang gua ga jelas apakah sebelumnya terjadi debat antara PPC dan Intel gua ga ngerti, seperti pernah gua utarakan sebelumnya, gua hampir ga pernah baca milis ini, cuma pernah posting 1-2x soal batere dan cari laptop (laptopnya Tika bwakakakaka ๐Ÿ˜€ )…

So buat rekan-rekan yang belum kenal, perkenalkan nama saya Adinoto, dan salam kenal buat semua rekan milis MWI, Yudhaworld, WinZn, anomalies, ndok_ceplok (halah gelem aku ndok pindang siji ๐Ÿ˜€ ), Zero, Sakti (dah kenal terakhir katanya mau pindah ke Semarang ya? ), dan XnukerX. Biar adil ga dibilang debat sesama teknisi, gua mo share cerita soal bisnis Apple bole dong? hehehee…. Gua kenal Apple mungkin jauh lebih tua daripada umur Angga hahaha.. Gua kenal Apple dari tahun 1982 (Apple II), dan kenal Mac perdana tahun 1987 (Mac SE), dan pengguna PowerMac pertama keluar disini (1994). Sebagai Apple Products Specialist, termasuk tim sukes implementasi 160 unit Mac di PT.DI tahun 1994-1995.

Tahun-tahun berikutnya, gua malah berprofesi sebagai consultant di perusahaan software terbesar di dunia, malah tidak berhubungan dengan Apple, tapi pengalaman bisnis dengan Apple dan inheritnya (BeOS) sudah dimulai ketika tahun 1997 merepresent BeOS di kawasan ini. Sayang good software not necessary lives on. BeOS disekem sama M$ big time sampe bangkrut. Hahaha *from my Professional perspective BeOS masih merupakan Operating System terbaik yang pernah di desain oleh para professional IT. Dengan desain threading paling responsive, maka BeOS merupakan operating system paling responsive yang pernah ada di dunia. Mungkin rekan-rekan semua yang pernah ngerasain bedanya Jaguar (10.3) dan Tiger (10.4) kenapa Tiger jauh lebih responsive bootingnya dibanding Jaguar. Ya karena Dominique salah satu engineer ex-BeOS sekarang kerja di Apple ๐Ÿ˜€

10 tahun terakhir saya adalah CEO salah satu perusahaan kecil paling penting di Indonesia mungkin ๐Ÿ˜€ karena kalo ga lu pada kagak bisa kirim SMS ๐Ÿ˜€ , tadi malem salah satu implementasi engine gua mungkin sudah menghasilkan 7-8M dari trafik SMS lebaran buat sang operator telekomunikasi tersebut. Walaupun tidak berhubungan dengan Apple sama sekali, pada tahun 2003, salah satu alignment bisnis gua menyebabkan gua berurusan kembali dengan Apple. Peluang bisnis tersebut senilai 12 digit pertama kali menarik perhatian Apple, kok ada ya perhatian dari sebuah negara antah berantah yang ga pernah dikenal Apple ๐Ÿ˜€

Dua tahun kemudian gua mengundang beberapa direksi Apple untuk bertemu dengan beberapa pejabat teras pemerintahan negara ini. Dan kita akhirnya sepakat mengiring om Steve Jobs untuk datang ke Indonesia! hehehe… kalo blon baca bisa coba liat cerita di blog saya.

Kembali ke soal background “debate?” PPC vs Intel? Karena gua ga tau ceritanya gimana (apa bener ada debate di MWI ato ga?) mungkin gua mau share cerita sedikit. OS X itu awalnya adalah sistem operasi yang dibangun untuk Intel, karena cikal bakal Apple Mac OS X itu adalah NeXTSTEP yang pada saat itu jalan di platform Intel (setelah sebelumnya jalan di Motorola 68K chip). Pada tahun 1996 Apple kesulitan mengupayakan sistem operasi yang canggih dan mengandung fitur-fitur masa depan seperti memory protection, preemptive multitasking (baca: ga gampang crashed seperti Mac OS classic, dan Mac OS 8 –bukan Mac OS 8 yang anda kenal sekarang, tapi yang seharusnya jadi Mac OS 8, menghabiskan 800 juta dollar development dan hampir membuat Apple bangkrut), BeOS adalah jebolan orang-orang Apple USA yang ga puas dipimpin oleh Jean Louis Gassee ex-Apple President USA, membawa 6 orang top engineer dari Apple yang terlibat dengan proyek-proyek sistem operasi masa depan seperti Kaleida dan Taligent OS (Sistem Operasi yang berbasis Object Oriented yang dikembangkan Apple, IBM dan semua minus Microsoft), pada saat itu BeOS adalah nice target untuk dibeli oleh Apple. BeOS menawarkan buyout 400 juta dollar, Apple nawar kabarnya sampe 125 juta. Pada saat yang bersamaan Steve Jobs kembali ke Apple as Advisor (CEO nya pada saat itu Gil Amelio ex-CEO National Semiconductor). Pada saat itu berkat lobby Steve dan team yang jago herannya Apple memilih membeli NeXTSTEP dibandingkan BeOS dengan nilai pembelian yang jauh lebih mahal yaitu 425 juta dollar DAN saat itu NeXTSTEP herannya malah ga ready jalan di platform PowerPC malah jalannya di Intel platform doang ๐Ÿ˜€ … hehehe sedangkan BeOS jalan di platform baik PowerPC maupun Intel.

Setelah berhasil menggulingkan Gil Amelio http://www.amazon.com/Firing-Line-500-Days-Apple/dp/0887309194 , Steve Jobs mulai menjabat jadi Interim CEO, nah sebagai Interim CEO, Steve Jobs meneruskan Mac OS classics (walaupun bukan Mac OS classics yang dicita-citakan) sambil mentransisikan ke sistem operasi Mac berbasis NeXTSTEP. Dikenal dengan nama Rhapsody, Mac OS baru itu menjanjikan sistem operasi ini bisa jalan di mesin Intel maupun PowerPC. Dan memiliki kompatibilitas (seperti Java Virtual Machine) yang memungkinkan aplikasi di compile buat Rhapsody (baik Intel maupun PowerPC) bisa jalan di Windows maupun Solaris. Nah developer berlomba-lomba membeli perangkat keras Mac baru ini (ketika itu awal G4 1999) yang menjanjikan kepastian buat developer. Herannya (saya termasuk yang kecewa), tiba-tiba Mac OS X menjadi produk akhir yang HANYA jalan di platform PowerPC. Ribuan developer dikecewakan Apple. Namun dibalik itu, di tim developmentnya, Apple tetap “melanjutkan” Mac OS X for Intel sebagai “backup strategy”, prototype Mac OS X for Intel ini yang disebut sebagai Marklar.

Mengapa harus switch ke Intel?
PowerPC pada awalnya di desain sebagai suatu platform yang efisien. Apa yang dimaksud dengan efisien? Karena chip development yang bermacam rupa di IBM (setiap mesin workstation memiliki chip tersendiri dan sistem operasi tersendiri yang menyebabkan biaya developmentnya menjadi sangat mahal), PowerPC diperuntukkan untuk “single-design for every machine”. Artinya IBM bisa menggunakan chip ini di kelas workstationnya, maupun di highend mainframenya, maupun produk-produk desktop (baik buat Apple maupun mitra bisnis IBM). Aliansi IBM-Motorola-Apple ini (Apple hanya menyertakan 7 engineernya dalam proyek ini sebagai test compatibility, tapi dapat kredit point sama seperti IBM dan Motorola), menghasilkan chip PowerPC generasi pertama yaitu PowerPC 601, kemudian 604 (bisa multiprocessing) dan seterusnya.

Problemnya, aliansi ini bubar gara-gara Motorola merubah komitmennya memutuskan fokus market PowerPC adalah chip bukan untuk konsumsi desktop tapi lebih ke arah network appliances (chip-chip yang memotori router-router network yang jelas tidak perlu bersaing dalam cycle development MHz MHz war). Motorola dan IBM juga pernah berselisih paham soal pengembangan PowerPC. Motorola memutuskan perlunya ditambahkan Vector Processing Unit (istilah Apple: Velocity Engine, istilah teknis VMX, SIMD), dan IBM memutuskan tidak perlu, karena menurut IBM vector scalar hanya akan menambah kompleksitas desain processor dan mempersulit pengembangan MHz. Pada saat itu akhirnya chip IBM menjadi nama G3 (penamaan yang diberikan Apple, nama aslinya PowerPC 750), dan chip Motorola diberi nama oleh Apple sebagai G4 (nama aslinya PowerPC 74xx, 7410, 7450, 7455, 7447A, dst) yang memiliki pemrosesan vector (Pemroses vector ini bisa membuat PowerPC G4 memiliki kecepatan pemroses vector s/d 10x lebih cepat dibandingkan dengan Pentium 4 pada waktu yang sama).

Walaupun IBM membuktikan desain tanpa vector scalar (PowerPC G3) mampu digenjot hingga 1GHz dan lebih (pada saat yang sama G4 tidak dapat berkembang lebih dari 500MHz dalam waktu 18 bulan!), Apple sebagai konsumen utama PowerPC merupakan korban ketidakpastian ini. Pada saat itu (1998) saya masih dapat merasakan bagaimana mesin Apple PowerMac G4 400MHz bisa 3x lebih cepat dibandingkan PC Pentium !!! 450MHz. Ketidakpastian yang berlangsung bertahun-tahun ini membuat Apple kesulitan bersaing dengan manufakturer PC lainnya yang mulai menikmati psychological clock diatas 1GHz. Orang awam akan selalu berpikir bahwa mesin Apple jauh lebih mahal dengan clock yang lebih rendah dibandingkan PC sejenis, walaupun kecepatan processor bukan satu-satunya parameter performansi (ingat Instruction Per Cycle, yaitu bagaimana Intel Core 2 Duo dengan clock yang lebih rendah mampu mengoperasikan dengan kecepatan yang jauh lebih cepat dibandingkan dengan Pentium 4 yang kecepatannya jauh lebih tinggi), bahkan dalam beberapa mesin Apple sudah “dioverclock” dari pabriknya karena ketidakmampuan produsen chip memberikan Apple suatu kemajuan clock dari waktu ke waktu. Iterasi terakhir adalah ketika Apple harus mengeluarkan trick terakhir berjuang di platform PowerPC dengan merelease PowerPC G5. PowerPC G5 pun sebenarnya “chip yang didesain dengan keterpaksaan”. Apple mendekati IBM (karena Motorola sudah kehilangan komitmennya) dan mempersuasi IBM untuk mendesain suatu chip baru turunan Power5 chip IBM untuk kebutuhan server yang ditambahkan instruksi Velocity Machine (VMX yang kompatible dengan G4), walaupun selama ini IBM menolak konsep VMX untuk kebutuhan desktop. Kemudian lahirlah PowerPC 970 (PowerPC G5 atas penamaan Apple) yang dipergunakan Apple untuk processor di mesin-mesin professional desktopnya yaitu PowerMac G5.

Pertanyaannya mengapa PowerPC G5 tidak menjadi penerus chip yang dipergunakan Apple untuk masa depan, atau dengan release PowerPC G6? Masalahnya terletak pada dua hal. Pertama IBM mulai melirik sektor game console sebagai market utama chip PowerPC (coba perhatikan semua chip game console, baik Nintendo GameCube, DreamCast, Microsoft XBOX, Sony PS3) semua berhasil diapproach IBM untuk mempergunakan chip PowerPC, dan market game console ini jauh lebih menarik dibandingkan market komputer desktop yang konsumen utamanya hanya Apple. Apple mengkonsumsi maksimal 5 juta chip per tahun sedangkan game console tersebut mengkonsumsi lebih dari 20 juta chip per tahun dan increasing.

Karena Apple merasa terancam dengan masa depan komitmen PowerPC sebagai platform desktop, kemudian gayung bersambut deh dengan Intel yang sudah 20 tahun mengharapkan Apple menggunakan chip nya di jajaran produk Apple. Problemnya bukan disisi Apple. Apple sudah memiliki sistem operasi berbasis Mac OS X Intel sejak transisi dari Mac OS classics ke Mac OS X (ingat NeXTSTEP for Intel), tapi pada development pihak ketiga. Third party vendor butuh mengoptimalkan aplikasinya untuk jalan di dua platform ini, ini yang disebut aplikasi Universal Binary (aplikasi yang jalan di PowerPC sekaligus Intel). Kehadiran aplikasi yang Universal Binary lah yang membuat Mac berbasis Intel teroptimasi dan keluar dengan performansi sebenarnya. Aplikasi yang didesain untuk Mac berbasis PowerPC akan jalan dengan baik di Mac berbasis Intel namun dalam “compatibility mode” sehingga mengalamin degradasi performance. Sebagai contoh hingga saat ini Microsoft Office 2004 for Mac pun masih jalan di “compatibility mode” yang disebut Apple sebagai Rosetta. Masih harus ditunggu produk berikutnya Microsoft Office 2008 for Mac yang akan ditulis ulang untuk mendukung dua arsitektur tersebut (PowerPC dan Intel).

Semoga informasi diatas bermanfaat? Dan membuka wawasan rekan-rekan semua. Buat yang masih mau belajar saya ucapkan selamat dan senang anda masih mau menimba ilmu, buat yang tidak menganggap tulisan diatas penting, tidak masalah, mungkin focus interest anda berbeda. Yang jelas semoga dapat menjadi referensi bagi siapa saja yang membutuhkan. Dan semoga bermanfaat buat komunitas Mac.Web.Id secara keseluruhan.

Moral of this story: Anda tidak akan dapat menjadi seorang manajer atau pemimpin yang handal apabila anda tidak menguasai secara teknis.

Selamat makan ketupat yeeee…

Regards,

The-used-to-be the next Apple Country Manager,
Adinoto A. Kadir a.k.a Macnoto”



FAQ: Menginstall Windows XP di Mac (Tanpa Mac OS)

Macintosh, Social, Technology 30 Comments »

Subuh-subuh menjelang sahur dapet buzz dari generasi penerus Mac, a.k.a toocool (gua biasa sebut tukul aja) hehehe di forum komunitas Mac.Web.Id (Komunitas Mac.Web.Id merupakan komunitas Mac di Jogja, dan menurut saya cukup aktif), mengenai posting di thread berikut.

Inti postingan tersebut (silahkan direfer sendiri untuk lengkapnya), adalah apakah dengan beralihnya Apple ke processor Intel dan dari eksperimennya bahwa produk Apple tersebut dapat langsung di install dengan menggunakan CD Windows XP (generik) yang diperuntukkan untuk PC biasa, berarti Apple adalah PC biasa, kelihatannya masih menimbulkan (dan berpotensi besar) menimbulkan kebingungan (confusing) dikalangan pengguna PC yang baru beralih ke Mac, atau pengguna Mac yang baru mau/telah berpindah dari processor berbasis PowerPC ke Intel (iBook -> MacBook/MacBook Pro).

Kelihatannya potensi kesimpangsiuran tersebut bisa besar sekali, sehingga saya merasa perlu meluruskan/berbagi informasi, sehingga masyarakat luas tidak rancu lagi.

Jawaban saya lebih kurang:

“hehehe malem-malem mo sahur dibangunin si tukul ๐Ÿ˜€ , hehehe kayaknya perlu sharing buat generasi muda nih. ๐Ÿ˜€ sebenarnya mungkin “salah kaprah” dan “expectasi” nya ketinggian. Apple tentu komputer pc biasa, seperti halnya Sun dan pc lain. Tapi kayaknya konotasi PC disini diasumsikan PC intel ya, ya Sun yang berbasis AMD Opteron juga cuma AMD dikasih box oleh Sun + dikasih Solaris x86 biasa (malah gratis) bukan Hackintosh yang dikenal selama ini buat PC generik (istilah yang lebih tepat) buat instal Mac-mac-an.

Kasus yang dilakukan Tukul kebalikan, yaitu Menginstall Windows (Wedhus biasa istilah Tukul) di Mac Intel. Experiment itu juga sudah saya coba untuk Vista 64-bit pada tanggal 12 Desember 2006 (liat posting: http://adinoto.org/?p=280 ), jadi apa sebenarnya cerita dibalik ini? (Share buat referensi generasi muda ๐Ÿ˜€ ), ya itu tadi Mac setelah pake Intel juga adalah PC biasa? Ya emang dari dulu juga PC biasa, cuma ganti processor aja ke Intel. Asal mula Windows juga dulu di desain multiplatform (buat arsitektur Intel, MIPS, dan PowerPC), tapi terakhir dibangun itu ya sampe mentok Windows NT 4.0 yang multiplatform, karena IBM stop ngebackup PowerPC Platform (bahkan OS/2 for PowerPC juga ga jadi keluar-keluar).

Singkat cerita (lagi males + ngantuk), loncat ke point masa kini aja deh, soal history as request aja daripada kepanjangan, ya itu tadi Mac dg Processor Intel ga bisa dibilang sepenuhnya PC biasa, tetep lebih advanced (Apple pake EFI — yaitu “BIOS” yang lebih canggih, sedangkan kebanyakan PC masih pake BIOS = dengan segala keterbatasannya). Aslinya Windows (generik biasa for Intel) tidak mendukung EFI, tapi cuma mendukung BIOS untuk booting, kecuali Windows XP 64-Bit Edition. Faktor lain selain BIOS adalah faktor Hard Disk Partition Table Layout. Windows menggunakan Partition Table yang jauh lebih primitive yaitu FAT table (yang cuma mampu mendukung 4 partisi, itu pun kalo di format di fdisk DOS cuma bisa 1 primary, partisi ke dua adalah Logical Drive, dan bisa mengandung “container” beberapa partisi logical lainnya), sedangkan Apple memilih standard yang lebih advanced yaitu GPT Table (GUID Partition Table) yang dipergunakan di Intel Itanium platform (standard 64-bit chip dari Intel yang gagal di pasaran), yang mendukung sampai dengan 32 partisi.

Jadi proses “experiment” Windows di Mac dengan processor Intel itu pada awalnya ga sesederhana sekarang, karena EFI tidak di kenal oleh Windows standard, sampe akhirnya tim “opreker” di www.onmac.net mengadakan sayembara barang siapa bisa “mengepatch” EFI di Mac sehingga support booting emulasi BIOS. Sayembara ini berlangsung awal tahun kemunculan Mac dengan Processor Intel, yang menghasilkan uang saweran 13,000 dollar buat yang menemukan trick ini. Akhirnya salah satu peserta berhasil memenangkan “sayembara” ini dan EFI bisa dipatch dengan support emulasi BIOS. Tak beberapa lama kemudian Apple mengeluarkan BootCamp. Saya suspect Apple melisensi solusi ini agar Mac berbasis processor Intel bisa mensupport emulasi BIOS, karena itu tiba-tiba (awal kemunculan Core Duo processor di Apple Mac masih harus mempatch firmware Apple nya agar bisa mendukung BootCamp — coba experiment dengan Mac mini Intel generasi pertama ato komputer-komputer (desktop dan portable) Apple yang pertama kali menggunakan processor Intel Core Duo sebelum di patch (Intel Core 2 Duo sudah dipatch dari Apple by default), pasti tidak bisa install Windows generik biasa.

Experiment lama saya pun (http://adinoto.org/?p=280 ) akhir tahun lalu pun menarik karena itu pertama kali Apple merelease produk dengan chip 64-bit, karena itu saya penasaran ingin install Windows (generik) as people knows di produk 64-bit pertamanya Apple (buat yang awam: Intel Core Duo = 32-bit processor, Intel Core 2 Duo = 64-bit processor, Intel desktop processor sudah berapa tahun terakhir adalah 64-bit processor = lihat apakah ada tulisan EM64T nya, dan instruksi 64-bit x86 ini compatible penuh dengan instruksi AMD64 = Intel melisensi instruksi 64-bit dari AMD, setelah gagal dengan processor versi 64-bitnya yaitu Itanium), namun Instalasi Vista pun tidak sederhana karena Vista (walaupun sudah mendukung EFI pada AKHIRnya = awalnya diputuskan belum, tapi Vista tidak mendukung GUID/GPT Table), nah karena itu partition layout harus di delete (bisa didelete dengan menggunakan Windows XP misalnya), baru kemudian dapat diinstall Vista.

Kenapa Windows XP bisa langsung di install di Mac berbasis Intel (tanpa Mac OS) sesuai dengan “experiment” tukul? Ya karena:

1. Windows XP tidak mendetect GUID/GPT Table, jadi proses instalasi pertama adalah memformat/merelayout partition table menjadi FAT Table. Hal ini tidak dapat dilakukan oleh Vista langsung karena Vista mendetect ada partition dengan layout yang tidak dikenal.

2. Mac berbasis processor Intel sudah mengandung EFI (standard “BIOS” yang lebih advanced = contoh bisa mendownload driver-driver yang diperlukan sebelum proses instalasi OS, atau mendukung partition s/d 32 partition), ya seperti diuraikan diatas yang sudah dipatch dari fabrikasinya untuk mengenal emulasi BIOS, seperti yang saya suspect melisensi solusi para hacker www.onmac.net (solusi emulasi BIOS ini juga karena diperlukan Apple untuk BootCampnya = BootCamp itu sebenarnya tidak lebih dari solusi “Resizing Partition ala Partition Magic di Windows ato Parted di Linux” plus membungkus semua “Driver-driver Apple Hardware di Windows” sehingga tidak merepotkan).

Pertanyaannya sendiri:
1. Apakah Anda memerlukan menjalankan Windows ONLY di Apple Hardware? (Apple dengan Processor Intel?).

Jawab:
Ya: kalo anda merasa Apple Hardware lebih menarik dan pas di workspace anda. *So far saya belum lihat kok hardware semenarik iMac 20″ Alumnium untuk ditaruh di desktop kerja anda. Apple yang slim dan tidak memakan space besar.

Tidak: Apabila alasan Anda memilih Mac karena anda menginginkan Mac OS X nya. Kebanyakan orang sudah puas dengan menjalankan BootCamp (solusi dual boot dari Apple) atau Emulator seperti Parallels Desktop ato VMWare Fusion atau CodeWeavers CrossOver for Mac.

Ya: Kalo anda ingin mencoba atas dasar ingin bereksperimen dan meningkatkan pengetahuan dan wawasan. Not bad for trying things rite?

Pertanyaan berikutnya:
Mengapa Mac sebelum ini tidak bisa diinstall native?

Jawab: Hmm mungkin ini perlu diluruskan karena definisi native ini bisa rancu. Yang dimaksud native ini apa dahulu. Kalo yang dimaksudkan native itu adalah menginstall native Windows (generik) di Mac sebelum berbasis Intel ya jelas tidak mungkin, secara arsitektur PowerPC (processor Apple sebelum Intel) atau Motorola 68K (processor Apple generasi yang sebelum PowerPC lagi) jelas berbeda dengan instruksi low level processor berbasis x86 Intel (Bahkan Itanium pun tidak compatible dengan processor Intel biasa (Pentium, Core Duo, Xeon dll) walaupun sama-sama diproduksi oleh Intel), TAPI apabila definisinya instalasi native adalah native OS ya tetap bisa saja, CARI lah sistem operasi yang dibangun native untuk platform itu, misal Linux PPC (Linux for PowerPC) atau OpenBSD (atau FreeBSD atau whatever variant BSD atau Linux) yang dibangun untuk PowerPC, atau untuk Motorola 68K (sesuaikan dengan chip yang ada di dalam Mac anda), salah satu platform OPEN SOURCE yang mendukung platform paling banyak adalah NetBSD, coba lihat dukungan platform dari www.netbsd.org

Pertanyaan lain:
Mengapa Virtual PC (dahulu milik Connectix, kemudian diakuisisi Microsoft) menjalankan Windows di Mac (berbasis PowerPC) jauh lebih lambat dibandingkan dengan Parallels Desktop atau VMWare Fusion?

Jawab:
Karena chip PowerPC memiliki instruksi low level yang berbeda dengan instruksi x86 Intel maka emulator tersebut harus mendecode instruksi tersebut (on the fly) dari instruksi PowerPC ke x86, vice versa, sehingga processornya kehilangan resource yang cukup besar (CPU Tax) jadi process yang kelihatan terlihat lambat. Sedangkan Parallels Desktop/VMWare Fusion tidak harus mendecode instruksi tersebut karena keduanya didesain untuk jalan di processor Intel sedangkan Windows sudah berbasis instruksi yang sama (sama-sama x86 instruction sets).

Lebih jauh, Apple menggunakan beberapa sistem decode yang berbeda untuk PC terutama untuk mapping grafis, Apple menggunakan BIG ENDIAN (dari besar ke kecil memory mapping) sedangkan Windows menggunakan LITTLE ENDIAN (dari kecil ke besar), sehingga performance penalty yang paling kelihatan di solusi emulasi Virtual PC adalah REDRAW di tampilan terlihat lambat karena process encoding dan decodingnya yang harus dilakukan on the fly.

Lebih jauh lagi (kalo masih mau baca) ๐Ÿ˜€ … solusi emulasi pertama di Mac untuk menjalankan Windows dibangun oleh company bernama INSIGNIA. Insignia membangun SoftPC kemudian SoftWindows (sebelum lahirnya saingan yang lebih ok, yaitu VirtualPC dari Connectix), Solusi yang dibangun Insignia bukan cuma dipergunakan di Apple, Insignia Solutions membangun juga emulasi SoftWindows untuk platform-platform UNIX commecial lainnya, misalnya SoftWindows untuk HP/UNIX, dlsb. Bahkan Windows NT (cikal bakal kernel yang dipergunakan di Windows 2000 dan Windows XP) pun sebenarnya tidak compatible dengan Windows sebelumnya (later lah untuk cerita ini kepanjangan), jadi Microsoft menggunakan solusi Insignia untuk emulasi Win16 di Win32 secara built-in mulai jaman Windows NT, sampai transisi aplikasi 32-bit sepenuhnya terjadi di platform Win32.

Pertanyaan lain:
Mengapa Windows bisa begitu popular sehingga segala acuan bisa mengarah ke Windows. Ya itu lah karena Microsoft Windows bisa diinstall dimana-mana, Bill Gates & Co. memahami potensi OEM dan Taiwan sebagai rekan kerja penghasil compatible machines for masses. Critical masses ini yang tadinya saya harapkan terjadi di platform PowerPC, ketika IBM mendukung distribusi dan standard platform PReP (PowerPC Reference Platform) ato CHRP (Common Hardware Reference Platform), tapi tidak diteruskan karena kepentingan dan visi manajerial dibawah Louis V. Gertsner. (Ref: Baca beberapa posting di blog saya yang terkait).

Nah terus apa bedanya Mac secara hardware dengan PC biasa? Selain EFI dan layout table yang berbeda tadi, ya sebenarnya masih ada satu lagi yaitu Gerstalt (mirip ID = identifier) disetiap mesin produksi Apple, jadi setiap kali machine Mac menerima installan dari OS X bawaannya (ato versi retailnya) dia akan detect ini mesin tipe apa, configurasinya apa, dan perlu diinstall software-software apa aja, berbeda dengan PC yang apabila kita tidak tahu perangkatnya ya harus tahu perangkat apa yang terpasang dan mencari drivernya masing-masing apabila tidak ada dibawaan perangkat lunak sistem operasinya.

Nah mengapa Apple masih keukeuh (bertahan) dengan business model Hardware+OS tidak mau membuka sistem operasinya untuk bisa diinstall langsung di PC PC rakitan? Rasanya Steve & Co. masih berpendapat tidak semua orang mau repot-repot mikirin tulisan diatas, karena mayoritas pengguna adalah end-user yang secara piramida adalah orang-orang yang menggunakan komputer untuk alat kerja tanpa memikirkan kerumitan teknisnya, tanyakan saja ke Steve Jobs kenapa? Karena gua juga udah bosen bilang dibuka aja hahahaa…. karena gua juga pengen dong pake Mac murah untuk satu-dua deployment tanpa harus setiap saat membeli Mac satu unit hehehe…

Sahur dulu ahh ๐Ÿ˜€ selamat diteruskan diskusinya. Congrats buat Tukul yang masih punya curiousity besar dan masih bersemangat ngoprek. Semoga suatu saat barangkali nyangsang kerja di Apple Cupertino. Jangan lupa undang-undang dewan syuro komunitas mac ya hahahahaa….

*seruput rokok + es buah dulu ๐Ÿ˜€ ….. ”

Tambahan buat di blog:

Jadi apakah Intel Core 2 Duo lebih inferior dibanding PowerPC? Hmm secara arsitektur saya sih lebih demen PowerPC, secara PowerPC itu lebih efisien, dan menghasilkan Instruction Per Cycle = kemampuan eksekusi instruksi yang jauh lebih cepat dibandingkan processor Intel pada jamannya (Intel Pentium 4), namun harap diingat PowerPC yang terakhir dipergunakan adalah 2 generasi lebih tua dibandingkan dengan generasi Intel Core 2 Duo. Jadi processor Intel Core 2 Duo jauh lebih baru, dan lebih maju dibandingkan PowerPC G4 (Processor PowerPC G5 masih lebih advanced dari sisi arsitektur sehingga dapat bersaing, walaupun termasuk 1 generasi sebelum nya, hanya sudah tidak didevelop dan tidak dipergunakan oleh Apple).

Secara singkat PowerPC Mac adalah masa lalu. Saat ini Intel processor yang dipergunakan Apple merupakan generasi terbaru sehingga memiliki kemampuan yang jauh dibandingkan produk-produk Apple berbasis PowerPC masa lalu (G4, G5), nah kecuali Apple nanti mau bikin Workstation atau Server high-end berbasis IBM PowerPC G6.

Hanya pertimbangan yang lebih diutamakan adalah aspek marketing dan critical masses. Dengan menggunakan processor Intel, Apple dapat menikmati anggaran dana iklan gratis dari Intel, dan lebih dapat “diterima” oleh orang awam, karena biaya mengiklankan suatu produk seperti processor memakan anggaran yang paling besar dalam aspek nilai jual produk. BTW, sangking besarnya bargaining power Apple untuk menggunakan produk Intel coba perhatikan dua hal:

1. Apple satu-satunya perusahaan yang diizinkan membundle produknya tanpa logo Intel Inside ๐Ÿ˜€

2. Diskon Apple paling besar, karena Intel menginginkan Apple berpindah ke processor Intel sejak 20 tahun yang lalu. Andy Groove (CEO Intel masa lalu) dan Steve Jobs (CEO Apple) merupakan teman baik (pola Bapak-Anak), sehingga produk Apple bisa bersaing (dan lebih murah) dibandingkan produk pesaing (HP/DELL etc).

3. Apple memperoleh produk pertama di industri (Intel Core 2 Duo etc) sehingga Apple bisa menawarkan spek yang lebih tinggi dengan harga yang sama dibandingkan produk pesaing (dalam satu dua kasus Apple menikmati keuntungan yang lebih besar).

Hayah hare gene ngurus kumpeni orang, mending balik ngurus batere, PT. Adinoto yang ditunggu IPO nya sama Amen dan Open Source kaleeee kasian masih banyak rakyat masih belum melek teknologi dan dijajah teknologi asing. Heuh! Sekem.



Najong, Google’s Stock Nyampe 600 Dollar Lebih! Jleb

Social, Technology 23 Comments »

Salah satu “visi” ketika saya ingin memutuskan harus memulai usaha sendiri adalah membangun “alignment” benang merah antara 3 divisi yang akan saya jalanin. Ketika itu terakumulasi suatu pemikiran “bisnis cash cow” “bisnis consulting” dan yang ketiga “bisnis –unknown” yang selalu aja keluar pemikiran baru yang harus diakomodir. Nah idenya bahwa ke-3 alignment bisnis tersebut butuh satu benang merah, yaitu bandwidth, karena business cash cow saya putuskan adalah warnet, dan consulting business juga karena berbasis IT juga butuh bandwidth, dan business “unknown” adalah business online trading (stocks) atau day trading juga membutuhkan bandwidth. Kenapa business warnet? Well anything tahun 1999 adalah kita butuh duit harian, no matter how tiap hari usaha kecil harus punya cash kecil, jangan sampe mengganggu cash besar, nah bisnis consulting toh bukan pekerjaan tiap hari jadi ga bisa diharapkan jadi penopang harian, nah bisnis “unknown” day trading mungkin terinspired dengan success story start-up companies di Sillicon Valley tahun segitu pre-internet bubble (collapsed). Ada yang inget film “New Kids of Golden Barrels?” kira-kira gitu judulnya yang bercerita para pemain di sektor teknologi yang boom suksesnya karena stocks company nya meledak sedemikian rupa. Ada juga film dokumenter yang bercerita tentang VALinux yang dibangun oleh Larry Agustine (teman founder Yahoo, Jerry Yang); bahkan proposal business plan Yahoo pun Larry yang buatin ceunah. Larry membangun VALinux, company yang specialized membangun PC Server Berbasis Linux, dan pemilik hosting software-software Open Source di http://www.sourceforge.net membangun VALinux boom IPO dari nilai offering 30 dollar a share, first day trading langsung meledak 239 dollar pada hari yang sama! Boom! Tapi untuk mampus hanya 2 dollar a share 6 bulan kemudian tutup kekekee… *well that’s the internet bubble things man!

Tahun 1999-2000 itu gatel banget gua rasanya mo beli saham Red Hat (susah man ternyata, karena kayak inside trading aja hanya pegawe dan orang-orang dalam yang dapat akses punya saham initial offering itu), terus yang repot lagi sumber capital. Karena baru startup tahun segitu kebayang ingin mengumpulkan uang yang significan untuk ngeboom IPO company-company ini. Gua propose ke rekan-rekan, mantan-mantan pacar *halah standard cari financing itu kan bukan Bank – teori sekolahan ga kepake ๐Ÿ˜€ , tapi ga ada yang percaya *maklum gaptek apa kita yang terlalu geeky ya ๐Ÿ˜€ sehingga ga jadi deh kepegang capital untuk beli beberapa company yang gua pikir bakal meledak. Termasuk di dalam rencana “unknown” business gua itu adalah ya beli saham VALinux! nasib coy belum ditakdirkan jadi orang kaya deh ga jadi menikmati uang sekem-sekeman IPO amerika tahun itu ๐Ÿ˜€ , salah satu company yang gua naksir juga ya Apple, tahun itu sahamnya juga cuma 16 dollar (1996-1997) karena jaman Om Gil Amelio saham Apple melorot abis dan nyaris bangkrut, sampai dengan Steve Jobs came along dan membawa company stocks ke 80an dollar, stock splits lagi, terus naik lagi ke 80an, stock splits lagi, sampe hari ini 165 dollar a share (ampun dejeeee itu = berapa kali lipat ya kalo naruh duit 10 tahun yang lalu ๐Ÿ˜€ …. 16->80 dah 5x lipat, terus split naik lagi ke 80 dah 10x lipat, terus ke 165 dah 40x lipat dah hahaha naruh 100 juta dah jadi 4 miliar perak beuhhh ๐Ÿ™ nasib belum hoki ๐Ÿ˜€ ).

Nah yang paling edun bin najong ya saham Google. Era Google share mah gua udah ga terlalu tune in, karena realistis, toh ga pernah dapat capital untuk main-main ginian dalam volume yang menyenangkan. Tapi masih tune ngikutin kemana nih Larry Page dan Sergey Brin mo bawa ini company. Yang jelas Google sudah membawa company dari ukuran 3,000 pegawe ke 13,000 pegawe dalam 3 tahun saja! dan it took Microsoft 20 years ++ to do the same thing, sampe Ballmer marah-marah (malah keliatan ga mutunya dari ngamuknya hahaha…) Nah haree ini Google dari 400 dollar a share a pop *dengernya aja udah gemeter gua waktu berapa bulan yang lalu, dah 400 dollar masih sempet naik coy ke 617 dollar a pop! Dang!!

Berikut skrinsut saham Google pagi ini, tadi gua liat sih sempet 617 dollar a pop, dan Apple juga not bad 167 dollar masih naik terus kale *apalagi ya boom buat ngepop saham Apple, iPhone dah lewat, Leopard? Hmm rasanya sentimen pasar ga bakal banyak kalo cuma software, gua sih ngarep Apple keluarin 12″ MacBook Pro Nano bwakakakka *ngarep. Nah saham Telkom juga top juga ternyata (TLK) bisa 53 dollar a share. Dang! ga ngira juga. Nah berhubung Pak Dirutnya bekas orang securitas (ex Bahana Securitas) nah tau pastinya strat ke depan soal naikin saham TLK. Nah kalo butuh sekemer2 buat naikin perspective pasar dan publik boleh undang-undang kita pak. Secara kita professionalnya gitu loh ๐Ÿ˜€ *ngarep.com ๐Ÿ˜€

ร‚ย 


Bermasalah Dengan Hosting

Social, Technology 26 Comments »

Hosting beberapa tahun belakangan ini walaupun tidak sesulit urusan last mile connection (baca: Fakir Benwit, ato Highlander WiFi) tetep masih merupakan masalah buat kebanyakan orang Indonesia. Tujuh tahun yang lalu saya sempat berdialog dengan Bapak Menkominfo waktu itu, Bapak Syamsul Mua’rif, dan menyampaikan bahwa apabila pemerintah tidak perduli dengan last mile connection (mode bacaaan orang awam: Koneksi internet di rumah-rumah), ya orang-orang Indonesia cuma jadi dua tipe, satu bekerja di Multinasional (MNC) — liat aja apa isinya orang-orang Microsoft, IBM, Oracle, adalah orang-orang luar? Mereka putera-puteri Indonesia juga, (DAN) yang lain berhenti di warnet. Mengapa, ya karena mereka sibuk (dan keasyikan) mengupayakan benwit.

Nah ini problem klasik. Kang Onno dengan Opa sudah banyak mendedikasikan hidupnya dengan berkoar-koar dan ngasong wajan, tapi pan ini problem adalah problem nasional (setelah pemerintah memberesin urusan pangan, air bersih, pendidikan, dan kesehatan tentunya), yang hanya mampu mengubah ini adalah Pemerintah dan perusahaan yang bergerak di sektor telcos.

Lebih kurang sepuluh tahun yang lalu ketika saya pertama kali register domain adinoto.com di Network Soluti0ns, biaya membeli domain sekitar 32 dollar pertahun saja sudah merupakan sesuatu yang tidak murah (dan sulit? Ada yang ingat problem ketika Netsol mempersulit unregistrasi karena seluruh kartu kredit Indonesia di blocked? bahkan PT. Telkom pun hampir kehilangan domainnya karena sulit memperpanjang domain di Netsol). Tapi biaya hosting merupakan sesuatu yang lebih mengerikan lagi, dahulu hosting berkisar 200-300 dollar/tahun walaupun tidak segila awal perkembangan internet (biaya bikin web static = 2,5jt perak halaman pertama, dan additional 500rb per halaman statik), nah dengan 200-300 dollar setahun jadi siapa yang bisa afford web pada masa itu? Tentu tidak banyak.

Peta perinternetan hari ini sudah berubah jauh. Layanan webpage dan blog gratisan banyak bertebaran dimana-mana, bahkan ada yang masih sempet berkelana dengan membuat hampir semua account di seluruh layanan web tersebut. *Saya sendiri kehilangan acccount adinoto di yahoo.com gara2 email circular, alias geocities dibeli yahoo, lantas gua kelupaan password geocities, jadi kelar deh ga bisa retrieve kemana-mana. Rekanrekan pengusaha hosting pun saat ini sudah banyak yang menawarkan jasa layanan yang affordable dan bersaing. Nah masalahnya gua udah kadung subscribe ke layanan premium untuk 5 tahun untuk domain adinoto.org ini, nah tapi belakangan webnya susah diakses. Waduh karena tulisan semua bahasa Indonesia makanya pengunjung datengnya dari Indonesia? Sudah saatnya pindahin trafik ke lokalan, dan endorse IIX? *Hayah hilang deh mimpi blog gua dibaca Steve Jobs bwakakkakaa *ah percuma baturan nteu bisa sunda bwakakaka…. *ngacirrrr

Berikut hasil skrinsut hosting adinoto.org beberapa bulan terakhir, kelihatan peningkatan trafik beberapa waktu terakhir. Apakah segitu masih normal atau karena overhit? Ada yang rekomendasikan benwit lokalan yang top bgt? Nah ini dia ga ngarti deh, ditunggu promosinya ๐Ÿ˜€

WP Theme & Icons by N.Design Studio
Entries RSS Comments RSS Log in