Solusi Pengentasan Kemiskinan: Kembalikan Jajanan Rakyat

Social 41 Comments »

Salah satu solusi pengentasan kemiskinan seperti yang bolak-balik saya sering ulas adalah mengembalikan jajanan rakyat. Karena dengan mengembalikan jajanan rakyat (1) Menyediakan tempat-tempat jajanan publik yang terjangkau dan bersih. (2) Mempertahankan nilai mata uang. (3) Melatih masyarakat biasa memutar uang. Maka peruntukan uang untuk hidup bagi sebagian besar masyarakat akan terselesaikan (terkecuali buat masyarakat yang memang malas).

Apabila alokasi pengeluaran uang dapat dikontrol maka kita pada akhirnya akan mencapai suatu kondisi yang dapat disebut stabil. Sekian persen untuk makan, sekian persen untuk pendidikan anak, sekian persen untuk rumah tangga, sekian persen untuk tabungan. Sisanya baru menumbuhkan industri kecil/besar berbasis masyarakat yang pada akhirnya mampu memproduksi barang dengan harga murah (affordable) bagi seluruh lapisan masyarakat, seperti halnya Cina. Jangan seperti sekarang dasar mental calo, segala barang bisanya beli di Cina. Mau merk-an dikit beli merk lain (padahal buatan Cina juga). Parahnya mental ini melanda sampe seluruh jajaran pemerintah dan pengambil keputusan di negeri ini. Masyarakat dilarang pintar (baca: Sekolah Mahal), lah kapan mo pengentasan kemiskinan. Naikin aja sekalian BBM 9 ribu perak karena harga di pasar internasional demikian (Apa segitu bodohnya ya kita disuruh nelan omongan para menteri keminter ini, lah kita ini PRODUSEN BOSS, bilang aja ga rela jual murah buat rakyat sendiri — karena bisa jual mahal di luar).

Salah satu pengalaman yang mencengangkan kemaren adalah ketika setelah hujan es, gua sempetin nepi mesen bandrek dan rebus-rebusan di kawasan Soekarno Hatta, Bandung. Pesen 6 bungkus makanan rebusan (ubi singkong + isi pisang 2, ubi singkong + gula merah, sama makanan apa tuh yang separuhnya pisang tapi bahannya ubi + ada kelapanya, sorry keburu abis ๐Ÿ˜€ )… + banrek 1. Berapa mang tanya saya. “Empat ribu perak kang”. Hah? 4 ribu perak untuk makanan sebanyak itu? Hmm let me count. 6 buah makanan + 1 minuman = 4 ribu?? Hm mungkin makanannya 500 perak-an dan minuman seribu perak. Yaiks. Terasa duit di kantong berharga sekali dan lama kempesnya. ๐Ÿ˜€

Bayangkan apabila kita memberdayakan makanan tersebut terjangkau di tempat-tempat yang menarik dan bersih seperti Paris Van Java dan banyak tempat di sepanjang jalan. Food court yang terjangkau lokasinya dan bersih. Lah ini negara boro-boro mikirin foodcourt wong cikal bakal masyarakat pintarnya (baca: Mahasiswa!) aja mau makan dimana sebodo teuing. Banjir becek ga ada ojek bokek juga sebodo teuing! Doooh. Negara sekem emang.

Bayangkan makanan tersebut lebih enak kan daripada latte di caffe biar gaya nongkrong 150rb sekali gesek (Mana penghasilan pas-pasan lagi, dijamin anda cuma hidup buat hari ini! Ga punya tabungan. Hayoo ngaku! ) Beberapa rekan yang saya kenal hobby punya penyakit metropolis gini (sorry kalo bukan anda), tiap hari harus nongkrong di caffee, buka laptop, chatting ga jelas, keluar duit tiap hari, lah kapan cari duitnya???? Mbingungi.

Ya gitu deh silahkan cerna sendiri. What we need is a competent tyrant, not a democracy! Berikut gua kasih gambar makanan buat bikin ngiler di ujan-ujan gini. Sorry fotonya tinggal 1, abis keembat ga inget elu elu pada sih ๐Ÿ˜€ Doooh ๐Ÿ˜€

jajanan_rakyat.jpg

Aa Nata for Walikota Bandung? Kenapa tidak ๐Ÿ˜€

Hujan Badai Di Bandung

Social 5 Comments »

Wah hujan belakangan ga abis-abisnya menjadi mengerikan di Bandung. Setelah kemaren hujan es, hari ini hujan badai ๐Ÿ™

hujanbadai.jpg

hujanbadai.mov

Negeri Kaya Rempah-Rempah

Social 24 Comments »

Sudah jadi rahasia umum (katanya) kalo negeri ini memang kaya dengan segala rempah-rempah. Rempah-rempah inilah yang bisa bikin makanan anda sejuta rasanya. Biarpun tidak sebleng karee (baca: kari) nya pakcik India, tapi justru masakan Indonesia itu paling pas di lidah. Ada yang biasa dengan satu lidah aja, sampe ga mau nyoba rasa lain, kata saya sih sekem aja (beberapa rekan dari Sumatera — tempat lahir gua, udah ga mau makan pake sayur, biasa berkental-kental kari doang halah, sedangkan Kang Jay malah hobby nyeruput daun lalapan kalo lagi makan bakar-bakaran *awas Jay bisi rebutan jeng embek ๐Ÿ˜€ ).

Si Uni Riry misalnya biar jauh dimato tapi masakannya moiii banget kayaknya *Ni jangan lupo ciek buat saya ya kalo pulkam nan jaoh dimato ๐Ÿ˜€

Namun kota membuat paparan rempah-rempah ini dapat dinikmati dengan pandangan indah di supermarket-supermarket (walaupun dipajang dengan harga sekem dari hasil nyekem petani tea). Nah buat anda yang ga hobby ke dapur, coba inget-inget rempah-rempah apa yang ga ngerasa kenal? Kalo ga jangan ngaku orang Indonesia kalo ke luar negeri. Malu sama tampang! ๐Ÿ˜€

temulawak.jpg

(Sumpah seumur hidup baru liat ini tampang asli Temulawak. Minuman yang hanya gua jumpai jaman kecil kalo lagi pulkam ke Jawa. Dan suka ga mau pulang kalo blon dapet minuman ini. Pantes jadi bongsor ya ๐Ÿ˜€ )

kloak.jpg

Rempah ajaib ini yang bikin warna hitam buat anda penggemar rawon. Suwer gua juga baru nemu ini di bentuk fisiknya. Maklum Kloak lebih ngetop di daerah Jawa (terutama Jawa Timur) buat bahan bikin Rawon.

jahemerah.jpg

Nah kalo ini hilang akal deh khasiatnya apa Jahe Merah. Ada yang tahu? ๐Ÿ˜€

cengkeh1.jpg

Nah ini sangking manis sekemnya diperebutkan oleh banyak orang untuk bikin bisnis bagus dari mulai jaman BPPC (Badan Penyangga Cengkeh?) karena terkait dengan kebutuhan rokok di seluruh konsumsi rokok kretek negeri ini. Nasibnya sekarang ga tau, apa masih primadona apa ga, yang jelas menghasilkan rasa semeriwing khas pedes-pedes gitu dan makyuss. Ada yang tahu biasa dimasak buat apa tambahan apa nih cengkeh?

Sabang sampe Marauke negeriku, pasti banyak rempah-rempah khas daerah yang ga ada di daerah lain. Ada yang mau sumbang info buat khasanah pemahaman bersama ato ada link yang bermanfaat yang bisa di share?

Hujan Es Di Bandung

Social 43 Comments »

Siang ini tepat pukul 13:45 saya sedang berada di Jalan Soekarno Hatta sehabis mengunjungi seorang rekan. Hujan mulai pada pukul 13:35-13:40. Namun 5 menit kemudian terasa ada yang aneh. Butiran-butiran es mulai menghantam mobil. Lebih parah lagi butiran-butiran itu kemudian menjadi semakin besar sehingga segde kuku/satu ruas jari tangan. Jeder-jeder kaca, kap mobil semua dihantam. Ga kebayang bagi pengendara motor bisa babak belur dihantam butiran es segede gaban itu.

Bandung beberapa kali dilanda hujan es. Namun ini termasuk yang saya ingat paling besar seingat sepengalaman saya.

Beberapa saya sempat abadikan dengan kamera HP busuk. ๐Ÿ˜€

hujanes_dikaca.jpg

(gumpalan es batu di kaca mobil)

hujanes_dikap.jpg

(gumpalan es batu di kap mobil)

hujanes_dirumput.jpg

(gumpalan es batu di rumput)

Perang Tarif Telpon Selular Tidak Dibarengi Dengan Capacity Planning?

Social, Technology 35 Comments »

Satu yang gua perhatiin dengan jar jor banting-bantingan tarif telpon selular di sini adalah SEMAKIN SUSAHNYA nelpon keluar untuk operator tertentu, dan jam-jam tertentu. Hayah, mo banting-bantingan kok ga ada perhitungan sih massss… Katrok bener. Ini misalnya gua lagi nelpon pake 0855 (Hayoo Indosat kemana aja lo!) boro-boro bisa panggilan keluar, selalu tulisannya “Network Busy”. Kampret!

Perlakuan 0855 bagi pihak Indosat emang keterlaluan. Sudah dianaktirikan bertahun-tahun (Tidak mampu memergerkan dengan Satelindo yang justru hasil buy-out nya), kelihatan dari perlakuan operator yang berbeda (SYSTEM BILLING NYA AJA MASIH BEDA). Kalo keluar negeri juga beda. Kapasitas Bandwidth juga beda. Bertahun-tahun gua sabar sebagai pelanggan premium, tapi kok ya sampe bertahun-tahun (5 taon lebih) ga kelar-kelar migrasinya.

Jualan Indomie aja sana gih kalo ga mampu berbisnis selular yang sehat! Pret bener.

WP Theme & Icons by N.Design Studio
Entries RSS Comments RSS Log in