Iklan-iklan Para Politisi Di TV (Mari Berlomba-Lomba Jadi Presiden)

Social 31 Comments »

Belakangan ini marak para politisi beriklan dengan segala mantra nya di televisi. Fenomena ini menyesakkan dada. Dengan spot iklan TV yang ratusan juta per sekian menit tayang, saya ga habis pikir beberapa hal:

1. Partai duitnya dari mana ya bisa konsisten ngiklan, lah secara bukan badan usaha?
2. Kalo hidup adalah perbuatan, apakah ga lebih baik diganti ke perbuatan dana iklannya dialihkan jadi bikin sekolah gratis, bantuan buku gratis, ato bantu masyarakat bisa mandiri sayur-mayur, lauk pauk bisa swasembada pak?

Dengan jumlah pemilihan daerah ada 300 lebih mungkin kalo setiap kepala daerah ngiklan di TV juga (yang udah mulai rame trendnya) per 30 menit, kayaknya TV Indonesia semua bakal penuh dengan iklan TV politisi dan sinetron + iklan 10 besar barang komoditi harian.

Buat stasiun televisi, selamat! Minimal anda ga bakal bangkrut menuju 2009. Banyak order bung! Buat rakyat, selamat anda sudah disajikan dagelan paling besar abad ini ๐Ÿ˜€

*Mending kembali ke desa lagi ah…

Logika Bagong (Berhitung Soal BBM dan BLT)

Social 38 Comments »

Congratulations. Hari ini Dr. Sri Mulyani mengumumkan kenaikan BBM 28.7%, berarti harga Premium naik dari 4.500 rupiah per liter menjadi sekitar 5.800 rupiah per liter.

Hari ini juga demo mahasiswa dimana-mana mengingatkan kejadian 10 tahun yang lalu. Buat saya pribadi 10 tahun yang lalu adalah masa-masa kelam karena pada masa itu masih bekerja dan tinggal di Jakarta.

Salah satu pengamat muda di TV tadi (sorry lupa namanya), menyatakan dari hasil survey bahwa seorang jomblo hidup sendiri membutuhkan biaya hidup perbulan 753 ribu rupiah per bulan, sedangkan yang sudah berkeluarga/ngontrak/harus mengandalkan transportasi membutuhkan 1.800 ribu per bulan. Ajaibnya UMR sekarang dalam kisaran 900 ribu rupiah per bulan, nah yang saya ga ngerti “What the hell the government thinking kalo 50% lebih penduduk adalah pekerja disebut SUBSIDI SELAMA INI DINIKMATI OLEH ORANG KAYA”. Ajaib banget. Berarti 50% lebih penduduk Indonesia mungkin dianggap sudah mampu menghidupi dirinya sendiri (dan dijamin ga bakal terkena imbas karena kenaikan harga-harga barang, transportasi, dan lain-sebagainya sebagai efek domino kenaikan BBM).

Yang lebih ajaib adalah pemerintah dengan menyatakan dengan mantra ajaibnya bahwa SUBSIDI, TIDAK TEPAT SASARAN, dan jargon-keren itu, mengalihkan “so called subsidi” itu ke Bantuan Langsung Tunai. Yang gua ga habis pikir, sebenarnya nilai yang disubsidi itu berapa? Dan apa setara dengan nilai Bantuan Langsung Tunai yang akan pemerintah berikan ke masyarakat miskin? Kalo setara = neraca tetep defisit dong boss? Kalo gitu = basa-basi doang BLT nya dong (boleh dong gua asumsi gitu). Lagian bukannya “Fakir miskin, anak yatim, dan orang-orang terlantar dipelihara oleh Negara?” Terakhir gua cek waktu gua SD ya gitu tuh bunyi UUD’45.

Emang pemerintahan ini keblinger semua. Mungkin lebih tepat gua cuma bisa deskripsikan “Yang Jadi Pejabat Kelamaan Jadi Orang Gedongan, Ga Pernah Ngerasain Jadi Rakyat!! Sekem semua…”.

Udah deh lah kita cuma rakyat cuma bisa nerima. Yang ruling negara kan mereka-mereka eksekutif. Yang problem itu sebenarnya bahwa nilai rupiah ini sekem sekali dan tidak mungkin memenuhi kebutuhan hidup orang banyak.

Lah wong kita aja pengusaha swallow (swasta loyow) masih ga ada tai-tainya penghasilannya sama kacung kerah putih di luar negeri. Lah Presiden gajinya aja masih ngiri sama Direktur BUMN. Presiden gajinya 65 juta, Direktur BUMN bisa 300jt lebih belum tunjangan ini itu. Nah problemnya gaji segitu sih terakhir gua liat sama dengan gaji engineer biasa di luar negeri. ๐Ÿ™

Rupiah rupiah. Nasibmu kini.

Update (3): Status Para Calon Independen Walikota Bandung (Dan Kondisi Real Masyarakat Di Pedesaan/ Di Sekeliling Kita)

Bandung, Social 19 Comments »

Pada tanggal 15 Mei 2008 kemaren saya menghadiri undangan Penjelasan Teknis Tata Cara Pencalonan Walikota Dan Wakil Walikota Bandung di Grand Pasundan Hotel Pukul 19:00.

grand_pasundan.jpg

Acara dihadiri pula oleh ketua KPU Bapak Prof. Dr. H. Abdul Hafiz Anshary Az, yang dalam sambutannya menyatakan bahwa Pemilihan Walikota Bandung kali ini adalah sesuatu yang sangat istimewa karena merupakan contoh pertama dimana Pilwalkot/Pilkada yang mengakomodasi Calon Independen.

Beliau juga dalam gurauannya berkata, bahwa dengan kondisi Calon Independen yang berjumlah 28 pasang, apabila semua memperebutkan 80rb suara makan seluruh suara di Bandung akan habis oleh calon independen ๐Ÿ˜› (Bandung dengan jumlah penduduk 2.230.000 dan pemilih sekitar 1.500.000 jiwa).

Berikutnya acara teknis disampaikan dengan detail, bersemangat dengan penguasaan yang tinggi oleh Bapak I Gusti Putu Artha, Sp, M.Si. (Pak, kalo kapan-kapan sampeyan butuh ceramah soal Industrial Acumen IT boleh saya sanggup menjelaskan sedetail anda menjelaskan proses pemilu ๐Ÿ˜› ), menunjukkan totalitas beliau selaku pelaksana yang diberikan amanah oleh pemerintah (dan rakyat) selaku pelaksana pesta demokrasi di negeri ini.

Sesi tanya jawab pun dimulai dari beberapa calon independen, beberapa calon independen dengan concern yang tinggi mempertanyakan soal batasan waktu pengumpulan bukti dukungan ke PPS setempat yang serba belum pasti (Revisi Ke-2 Undang-Undang Pilkada) ini pun baru disahkan sekarang dan disosialisasikan saat ini, salah satunya berbunyi bukti dukungan sudah harus dikumpulkan ke PPS setempat selambat-lambatnya 21 hari sebelum pendaftaran yang berakhir tanggal 17 Juni 2008 dalam kasus Pilwalkot Bandung, sehingga pengumpulan dukungannya seharusnya sampai dengan 28 Mei (sedangkan di jadwal tertera 16 Mei).

Beberapa pertanyaan lain sehubungan dengan politik uang yang (katanya) dipergunakan oleh beberapa calon lain dalam mengumpulkan dukungan suara. Baik oleh Calon Independen maupun Calon Non-Independen. Hal ini merupakan preseden buruk bagi berlangsungnya demokrasi di Indonesia. Apabila prosesnya juga sudah dikotori oleh praktek-praktek tidak baik, besar kemungkinan hasil yang diperoleh juga tidak lebih bersih dari awalan prosesnya.

Dalam cerita yang lain, 2 minggu belakangan ini waktu saya dikonsumsi dengan beredar ke kawasan pinggiran Bandung, Cimahi, dan Cicalengka untuk banyak bercengkrama, berdialog, dan sekedar refreshing dengan warga setempat. Menemukan rekan-rekan baru yang mungkin lebih memberikan sudut pandang baru dibandingkan dengan homogenitas dan monotonitas kegiatan diperkotaan sehari-hari.

Alangkah mengagetkan kadang-kadang, betapa masyarakat pinggiran, yang notabene tidak jauh dari domisili di Bandung, masih dikisaran dibawah 30-45 menit transportasi, ternyata jauh sekali dari akses informasi dan pendidikan. Masyakarat ini hidup apabila boleh saya sampaikan dalam ungkapan “dunianya sendiri” alias terputus dari jalur informasi, pendidikan, kesehatan, apalagi perpolitikan. Mereka mengupayakan sendiri kebutuhan harian akan konsumsi pangan (makan dari sawah sendiri, lauk sayur sendiri, dan sambal), namun akses ekonominya terputus. Kadang saya tak habis berpikir bagaimana sedemikian banyaknya seminar-seminar dan rapat-rapat yang membahas peningkatan kesejahteraannya oleh para akademisi, dan politisi di daerahnya masing-masing tapi tidak pernah bener turun ke lapangan untuk menerapkan ilmu yang diperolehnya di bangku pendidikan tinggi. Semua terlalu sibuk dengan urusan perut masing-masing? Semua sibuk mengejar karir masing-masing? Semua sibuk dengan kehidupan kota yang dijalaninya?

Alangkah disayangkan bahwa sedemikain besar potensi alam dan kekayaan tanah air ini yang hanya butuh sedikit bantuan dan perhatian teknologi tepat guna, namun minim sekali perhatian kita terhadap lingkungan kita. Salah satu pertanyaan yang bikin hati terhenyak bahwa hampir kebanyakan mereka dilingkungan tersebut yang hanya menyelesaikan pendidikan SD. Saya lontarkan pertanyaan mengapa tidak melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi? Apakah uang jadi motif utama? Namun alasan utama adalah katanya karena tidak perlu. Hm.

Saya mungkin tidak akan meneruskan ke putaran ke-2 Pemilihan Calon Walikota jalur independen ini, karena masalah dukungan administrasi, dan mungkin hampir seluruh calon independen yang ada akan rontok pada putara ke-2 ini, namun tergiang ucapan seorang rekan, Arvino pada komen di Manifes saya tempohari, bahwa:

“Institusi pemerintahan bukan satu-satunya tempat berkarya. Menumbuhkan institusi bisnis yang maju pesat yang nantinya berkontribusi ke masyarakat adalah alternatif lainnya.”

…memberikan saya keteguhan hati bahwa saya harus menyalurkan kelebihan energi saya untuk memikirkan masyarakat di pedesaan. Masyarakat pedesaan yang membutuhkan perhatian kita, bantuan dan uluran informasi dari kita, merupakan masyarakat yang tepat dan masih memberikan kepuasan batin tersendiri bagi kita. Dan menariknya, masyarakat pedesaan adalah pencitraan masyarakat Indonesia seutuhnya, karena hampir 90 persen penduduk kita tinggal sebagai petani dan di pedesaan. Masyarakat desa juga masyarakat yang cenderung menerima dengan tangan terbuka, tidak perpreseden, tidak sok pinter, tidak sibuk berdebat, dan mereka adalah asal muasal kita.

Sudahkah anda tergerak kembali membangun desa?

bandung_indahnya.jpg

(Diatas adalah salah satu potret pemandangan air terjun yang terdapat di kawasan sekitar Bandung. Sebuah kawasan yang dijamin memberikan ketenangan batin tersendiri bagi kita semua. Dengan bantuan uluran tangan kita semua kawasan ini dapat dibangun untuk kesejahteraan penduduk dan rakyat semua).

Pelajaran Moral dari Sebuah Film Berjudul Dave (1993) – Kevin Kline, Sigourney Weaver

Bandung, Social 24 Comments »

Bosen serius-serius, kelihatannya saya perlu merekomendasikan anda sebuah film ringan, komedi romantis, namun bermuatan pesan moral besar sekali seperti Dave (1993)

dave_1993.jpg

Dave, seperti pernah saya utarakan sepintas di posting sebelum ini, bercerita tentang seorang pegawai penyalur tenaga kerja, bernama Dave yang kebetulan memiliki paras muka sama dengan sang Presiden (Bill Mitchell), keduanya diperankan oleh Kevin Kline.

Sang Presiden yang melupakan perjuangannya dan kemudian menjadi korup, pada suatu ketika harus digantikan oleh Dave sebagai stuntman Presiden. Sebagai seorang stuntman Presiden, Dave hanyalah boneka ciptaan Bob Alexander sang Joint Chief Of Staff Gedung Putih, sehingga tidak dapat membuat keputusan apapun.

Pada suatu ketika, sang Ibu Negara (diperankan oleh Sigourney Weaver), yang notabene sudah “tidak cocok” dari Sang Presiden, mengemukakan program Rumah Bagi Anak Jalanan, namun ternyata setelah disetujui oleh “Sang Presiden” Dave, ditolak mentah-mentah oleh sang Joint Chief Of Staff yang merupakan penguasa sebenarnya.

Dave tidak kehilangan akal, kepolosannya dan perhatiannya terhadap kemanusiaan, –mungkin nature asli manusia yang belum terkontaminasi dengan perpolitikan, mengundang rekannya Sang Accountant, Murray Blum (Charles Grodin) untuk belajar kursus accounting kilat satu hari, bagaimana mengatasi pemotongan budget di budget meeting para menteri.

Singkat cerita Sang Presiden jadi-jadian bermanuver dengan melakukan Keputusan Penting yang memotong semua anggaran di pos masing-masing departemen demi mengumpulkan anggaran demi keberlangsungan program Rumah Bagi Anak Jalanan.

Film ini menarik, gabungan dari film ringan untuk tontonan sekeluarga, memberikan pesan moral yang mendalam, sekaligus sebuah film komedi romantis bagi anda yang sedang mencari bahan untuk menonton sebuah film bermutu bagi pasangan/calon pasangan anda.

Semoga referensi saya ini berguna untuk mengisi waktu senggang anda, dan mungkin dapat kembali menggugah rasa kemanusian kita bersama.

Today’s Dialogue di MetroTV

Social 37 Comments »

Bagi siapa yang menonton acara ini hari Selasa 13 Mei 2008, beruntunglah anda. Acara dihadiri debat terbuka oleh Pak Amien Rais, Prof. Habibie, Jusuf Kalla, Dr. Kwik Kian Gie, Hendro Priyono, .. membahas masalah BBM, Privatisasi BUMN, dan masalah sosial lainnya.

Selamat buat Pihak Metro atas kontribusinya. Sayang sekali tidak dihadiri oleh Presiden SBY, dan Mantan Presiden Megawati, maupun Gus Dur. Karena mereka sebagian dari pelaku dan penanggungjawab atas apa yang terjadi dengan rakyat dan negara ini.

Bagi pihak MetroTV kalo ada boleh ada linknya file digitalnya kenapa tidak dishare disini (ato link dimana) buat kemajuan kontribusi pembelajaran buat rakyat.

WP Theme & Icons by N.Design Studio
Entries RSS Comments RSS Log in