Karena masih banyak rekan-rekan di forum yang kelihatannya kurang jelas seputar permasalahan pemilihan processor, dan ada pendapat bahwa chip PowerPC lebih mahal daripada Intel, sehingga Apple memutuskan menggunakan Intel processor, saya merasa terpanggil untuk bisa menerangkan beberapa hal yang berkaitan dengan harga processor, cost produksi dan “chip budget”. Karena bahasan seputar “chip budget” ini tidak terikat pada produk-produk Apple saja, lebih luas lagi berlaku secara umum bagi processor-processor milik Intel atau AMD, maka forum di blog mungkin dapat memberikan dampak penyaluran informasi yang lebih luas. Sebelumnya dokumen ini dan seluruh blog saya ingatkan adalah macnoto-license (alias dapat dicopy dan dipergunakan untuk kepentingan publik, terutama untuk kepentingan sosial, apabila diposting dipublik harap menyertakan sumber informasinya dari mana dan apabila dipergunakan untuk kepentingan bisnis, mohon disumbangkan 30% untuk kepentingan sosial dan CSR. Kalo ga mau disekem ๐ ) kekekee…
Sebelumnya saya perlu menjelaskan seputar “chip budget”. Konsep “chip budget” ini pertama kali saya dengar dari buku “Inside the PowerPC Revolution” pada tahun 1994, ketika masa itu PowerPC diharapkan menjadi saingan berat Intel dipasaran desktop dan consumer market.
Chip budget ini artinya adalah: Setiap chip di desain dengan budget in mind. Jadi apabila seseorang/company mendesain sebuah chip untuk produksi massal maka dikepalanya yang terutama adalah “berapa budget produksi chip ini”, “berapa nilai jual akhir” dsb. Jadi setiap chip dan kompleksitas desainnya memiliki string dan keterikatan trade-off yang besar, yaitu COST.
Desain chip dengan arsitektur Intel x86 (yang hampir bisa dipastikan ada pergunakan di desktop anda hari ini), pada awalnya merupakan desain chip yang kompleks, membutuhkan biaya besar untuk produksi, dan mengandung ribuan instruksi low level yang sayangnya jarang dipergunakan semua (tidak efisien). Secara praktek, hanya ada sedikit instruksi low level yang sering dipanggil (system call), yaitu ADD, SUBSTRACT, BRANCH, PREDICT, dan ribuan instruksi tadi pada dasarnya bisa dibangun dari permutasi dan kombinasi dari 4 system calls diatas.
Desain chip yang lebih efisien, yang ditemukan kemudian disebut RISC (Reduced Instruction Set) dimana desain chip dibangun sesimple mungkin sehingga peningkatan kinerja dari penambahan clock semakin mudah dikerjakan (karena semakin kompleks desain chip maka processor akan semakin mudah panas pada saat ditambah clocknya), sehingga biaya produksinya semakin murah karena desain chip yang relatif sederhana.
Saya masih ingat dengan salah satu quote eksekutif IBM ketika PowerPC mencoba mengimbangi Intel dalam “perang platform desktop”. Karena chip x86 Intel lebih kompleks untuk diproduksi dan memiliki biaya produksi 10x lebih mahal dibanding “chip modern” dengan desain RISC seperti PowerPC, maka ketika Intel menurunkan harga jual 1/2 dari harga sebelumnya, eksekutif IBM dengan tenang mengatakan “Ok, kita turunin harga PowerPC juga separuhnya” ๐ Secara cost produksi PowerPC waktu itu hanya 1/10 dari harga cost produksi Intel Pentium.
Faktor lain yang menjadi konsiderasi harga dan cost produksi adalah ECONOMIES OF SCALE atau skala ekonomi. PowerPC pada saat itu mencoba peruntungan di pasar yang dibangun Intel bertahun-tahun dengan semboyan “Intel Inside”, dan membangun keterikatan dengan para pedagang retail dan manufaktur untuk membangun “bonding” (kalo ga mau disebut monopoly… monopoly kan kalo pake kekuatan pemerintah, nah kalo pake kekuatan bisnis apa bisa disebut monopoly? apa otomatis market leader disebut monopoly? ga kan?), dengan membundle produk-produknya agar berbasis produk keluaran Intel.
Setiap chip itu pada dasarnya diproduksi setelah melalui certain “BLACK BOX”. Silicon wafer di proses, menghasilkan chip yang dapat bekerja dengan clock tertentu (dalam range tertentu), misal dahulu kala, ketika setelah melewati proses produksi X… chip yang dihasilkan adalah yang bekerja dalam clock 16MHz, 20MHz, 25MHz, 33MHz… Bagi produsen Chip RISC (Seperti MIPS dan Sun), chip hanya dijual dalam clock yang diinginkan, jadi apabila mereka ingin menjual chipnya dengan clock 33MHz maka tidak perduli 90% hasil produksinya adalah chip dibawah 33MHz semua akan dibuang! Sehingga mengakibatkan harga jual produknya harus mengkompensasi produk yang dibuang. Berbeda dengan Intel, Intel yang dahulunya perusahaan produsen Memory (kalah melulu, baca: blog saya), beralih ke bisnis Microprocessor, Intel memutuskan menjual semua konfigurasi hasil produksinya, misal 16MHz dijual, 20MHz dijual juga, 25MHz dijual juga, 33MHz dijual juga (ada yang ingat 386SX-16 anyone? ๐ ).
Tiga belas tahun setelah usaha revolusi PowerPC di desktop (yang gagal, namun PowerPC berhasil sukses di produk-produk console — seluruh major game console menggunakan produk PowerPC, Nintendo GameCube, Sega DreamCast, Microsoft XBOX, Sony PS3 = total bisnis 20 juta chip setahun dan increasing), paradigma CISC dan RISC tidak lagi terlalu relevan di sisi pengguna akhir. Mengapa? Karena chip Pentium dan iterasinya (Core 2 Duo) atau AMD Athlon XP dan iterasinya merupakan chip yang sudah “mirip RISC”… memiliki vector unit untuk pemrosesan vector (baca: FPU = Floating Point Unit), walaupun chip-chip CISC konvensional tidak memiliki pemrosesan vector yang hebat seperti halnya chip-chip RISC (Mengapa dahulu 3D hanya bisa dijalankan dengan baik di Workstation UNIX). Saat ini cost produksi chip lebih ditentukan oleh CRITICAL MASSES dan ECONOMIES OF SCALE tadi. Mengapa?
Karena biaya memproduksi chip itu tidak lebih dari 10-15 dollar per chip. ๐ Produk yang sama dengan variant yang berbeda dapat dijual dengan range harga 70-an dollar (untuk Celeron) dan 250-an dollar untuk Core 2 Duo kelas midrange, 1000-an dollar untuk Intel Core 2 Extreme atau sampai dengan 10,000-an dollar per chip untuk XEON server pada produk-produk midrange server produk branded!! Bayangkan. Menjawab kenapa Intel saat ini merupakan perusahaan yang paling menikmati keuntungan hasil branding image “Intel Inside” yang ditanamkan dan dibina lebih dari 20 tahun terakhir.
Jadi pertanyaannya kemanakah semua cost produksi itu? Cost produksi terkait dengan “Manufacturing Process”. Apabila anda perhatikan maka setiap proses manufakturing yang lebih canggih akan membutuhkan pabrik-pabrik yang baru. Apabila anda perhatikan box processor Intel anda maka anda akan memperoleh tulisan 90nm (90 nanometer), atau 65nm, atau proses berikutnya nanti 45nm. Setiap proses manufakturing itu menelan biaya pembangunan pabrik dengan nilai miliaran dollar. Nah pabrik-pabrik tadi akan “dibiayai” dengan setiap chip yang terjual. Dan setiap chip ini memiliki “pasar” tertentu, misalnya para gamer yang cenderung memilih chip dengan clock yang lebih tinggi dipasaran (tentunya dengan harga jual yang lebih mahal), dan pasar mainstream (pengguna biasa) yang cenderung price sensitif (memilih processor dengan harga yang paling pas dikantong), dan pasar korporat (yang cenderung tidak price sensitif dan membeli chip XEON dengan harga yang jauh lebih mahal pun tidak masalah). Setiap chip yang terjual tadi sebagai faktor pengali, dan biaya promosi marketing akan menjadi nilai titik balik biaya produksi produsen chip tersebut.
Jadi pertanyaannya berapakah harga produksi chip Core 2 Duo 1.66GHz, 1.83GHz, 2.0GHz, 2.16GHz, 2.33GHz, atau so called “Santa Rosa” 2.4GHz? Ya sama aja. ๐ hahahahaa….
Capek ngaso dulu ah… buat anda mikir dulu, nanti saya terusin lagi ya ๐
*Kata Made heran ya dengan masyarakat atau pelaku bisnis, “Mentang-mentang dosen, dikira ga pengalaman berbisnis. Lah sama saya bukan dosen dianggap nanti ga lebih tau dari dosen” Hehehe nasib hidup di masyarakat yang terlalu lama dibungkam informasi.
Vote Macnoto for Walikota Bandung!
<a href=”http://www.lintasberita.com/submit.php?phase=2&url=http://adinoto.org/?p=452″>
<img src=”http://www.lintasberita.com/buttons_lb/lb_80x15_d.gif” />
</a>
Recent Comments