Sebelas tahun yang lalu, cita-cita saya untuk memiliki laptop manstap yang akan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan komputasi saya terpenuhi. Sebuah IBM ThinkPad “Butterfly” 701C yang memiliki julukan tersebut karena kemampuan keyboardnya untuk dapat “mengembang-menutup” seperti butterfly. Notebook itu menggantikan laptop Taiwan saya yang tidak bertahan lama hanya dipakai ga lebih dari 2 tahun (1992), karena sesuai namanya Compal emang gampang “sompal” ๐
IBM ThinkPad 701C memiliki spesifikasi luar biasa pada jamannya, yaitu Intel 486DX-2 50MHz dengan MWave co-processor dan modem V.32terbo (19.200kbps melebihi standard kebanyakan masa itu 14.400kbps ato kemudian 28.800kbps). Salah satu yang membuat IBM ThinkPad 701C juga memperoleh julukan ThinkPad “Woooww” karena ketika diulas oleh PC Computing masa itu cukup membuat orang “Woooww”. Begitu dibuka keyboardnya langsung mengembang … “Woooww” ketika itu orang langsung melongo. Menilik layarnya langsung wooww karena notebook ini paling tipis pinggir layarnya pada masa itu (10.4″ TFT) dan mampu menampilkan millions colors (notebook kebanyakan masa itu masih memiliki frame/pinggir layar yang tebal dan kebanyakan masih DSTN = passive matrix screen yang cenderung tidak menarik). Begitu tahu harganya langsung wooowww… ngibrit ga beli. Kekekee (USD 7,000++ dollar pada masa itu dalam konfigurasi standard).
Berikut adalah gambar IBM “Butterfly” 701C:
Cakep kan? Salah satu alasan saya ingin memiliki laptop ini adalah karena Wooowww faktor tadi ๐ (Woww factor boso londo ne). Tapi bukan berarti saya anak orang kaya dan banyak duit loh. Secara masa itu sudah jadi kuli korporat dari umur 19 tahun, dan secara juga sudah keluar generasi laptop Pentium pertama, dan saya sudah ngincer Toshiba Portege 610CT, laptop kecil manis 9″. Tapi begitu ke toko liat si Butterfly hati gua langsung godek. Halah… dikira manis kok jauh sama Butterfly hahaha… Secara biar kata specnya lebih rendah (486DX-2 50MHz vs Pentium 60MHz) tetep aja gua putuskan milih si Butterfly. Dan itulah awal kecintaan saya pada portable IBM sampai ditahun-tahun berikutnya. (ThinkPad 560Z pun termasuk laptop paling tipis dijamannya yang paling bikin gua ngacai ๐ kekekeke). Karena speknya lebih rendah dari harapan kepemilikan sebelumnya, akhirnya gua niatin polin itu memory. Dari bawaan 4MB gua minta toko tambahin 16MB lagi jadi total 20MB! Spek yang termasuk gila-gilaan pada jamannya. Laptop kebanyakan masa itu memory standardnya 4MB dan hanya sebagian kecil sekali orang yang mengupgrade menjadi 8MB. Pihak toko pun sempet ngotot “Buat apa memory banyak-banyak pak??” Saya jawab “Buat saya!”. Secara mereka ga tau kali sistem jauh lebih responsive dengan RAM besar dibandingkan dengan RAM pas pas-an. So jadilah gua upgrade ke Windows 95 dan running Eudora Lite 3.0 untuk emailing on the road dengan manisnya, menggantikan fungsi PowerMac dan LC475 di rumah. Pokoknya maknyusss.
Sebelas tahun kemudian, hari ini, gua ganti laptop lagi dan merenung perjalanan bagaimana evolusi teknologi informasi dan kebutuhan komputasi kita. Hari ini gua baru membuka laptop baru dan memutuskan menggunakan MacBook Pro “Santa Rosa” Intel Core 2 Duo 2.2GHz dengan konfigurasi memory full 4GB jleb! menggantikan MacBook Pro 2.16GHz sebelumnya (sebelum arsitektur chipset “Santa Rosa”) yang memiliki keterbatasan tidak dapat dipasang memory sampai dengan 4GB.
Dengan tipis manis najis! seperti IBM ThinkPad 560Z (1″ thick coyyy) namun dengan drive optikal dual layer DVD writer, MacBook Pro emang kagak ada matinye. Biar kata MacBook (kelas konsumer) “Santa Rosa” sudah gua oprek satu malem dari tadi malem, MacBook Pro ini emang ga bisa ga bikin iler keluar terus!!
Karena ini adalah batch shipping terakhir MacBook Pro yang bawaannya masih Mac OS X 10.4 (Tiger), dalam posisi RAM 4GB ini gua jalanin “top” command di terminal UNIX nya mac dengan skrinsut berikut:
Melihat free memory 2.60GB kagak rela rasanya mau ganti ke Leopard (Ucing Garong) bwakakaka… so gua putusin keep mesin ini dengan konfigurasi Tiger, paling tidak dalam masa yang gua cukup produktif untuk cari uang.
Sebelas tahun berlalu mesin 50MHz dan 20MB RAM tergantikan oleh 2.2GHz dan 4GB RAM. It’s 200 times fold! Sebelas tahun dari sekarang mungkin semua sudah mengharuskan minimal konfigurasi maknyusss itu 128GB RAM ato bahkan! 1TB RAM for portable machine. Time will tell ™ (Oy banget ™ nya bwakakaka).
Pesan moral saya adalah:
- Kalo ada duit cukup, jangan lupa tambahin memory sampe sepuasnya 1 ato 2GB adalah konfigurasi yang bikin Mac ato laptop Windows anda terasa nyamannnnn (untuk Sistem operasi terbaru malah mungkin 1GB masih biasa-biasa aja).
- Jangan percaya dengan free memory dalam Task Manager ato top utility dalam kondisi ratusan megabyte free, apalagi puluhan mega. Itu artinya sebenarnya mesin/laptop anda sudah melakukan swapping ke hard disk yang secara umum melambatkan kinerja komputer secara significant.
- Ingat bahwa yang “free” tadi kan baru memory yang dipakai oleh sistem operasi. Bukan memory yang direserved untuk aplikasi. Jadi aplikasi juga masih butuh nafas memory!
- Kalo urusan memory udah beres di polin, investasi berikutnya jangan lupa ngurus batere laptop (halah ini mah pesan sponsor) hahahaa… maksudnya bisnis anda akan sangat berarti dan lancar jaya kalo urusan laptop baterenya top, kalo kagak lancar mah baterenya sama dengan ngegotong brick atuh bos. Bisnis anda nilainya jauh lebih berharga dibandingkan sekeping batere.
- Kalo urusan batere dan memory udah beres, naah baru konsentrasi cari duit yang banyak! Untuk anak istri dan tabungan hari tua (termasuk beli laptop lagi). Jangan bolak balik kerjanya liat web aja ada perubahan spek kecil kecil baru. Halah! Anda toh bukan hamba teknologi kan. Sana kerja yang produktif!
- Kalo udah kaya jangan lupa ajak-ajak kita ngobrolin ini 11 tahun kemudian. ๐
Recent Comments