Satuan Mata Uang Rupiah Baru: 100 Jutaan

Social 40 Comments »

Kemaren sore gua sedang menuju ke rumah salah seorang rekan di kawasan Bandung Selatan. Istana Kawaluyaan. Deket Metro, Soekarno-Hatta. Bukan cari dukungan pencalonan 😛 cuma jalan suntuk aja liat warga (halah sarua wae :P). Muter-muter Istana Kawaluyaan, ada beberapa hal yang saya perhatikan — sesuai dengan posting warga di Pikiran Rakyat, banyak pemilik yang komplain karena komplek terlantar tidak sesuai dengan elusan kasih sayang developer dan janji surga sekem ketika kompleks baru dibangun. Jalanan bolong-bolong, banjir dimana-mana. Bagaimana nih Istana Group? Dah BEP ya? BEP ngacir? 😛

Gua perhatikan banyak banget rumah-rumah penuh tempelan para pedagang rumah seken terorganisir, Ini Realty itu lah itulah… halah mana gua hafal. Gua perhatikan juga banyak tanah kosong. Iseng-iseng gua coba telpon tanya pasaran tanah dan rumah disana sesuai dengan nomor telpon yang tercantum. “Haloo pak, iklanin tanah kosong di Istana Kawaluyaan?.. berapa ya pak kira-kira semeter?”… “hmm ya pak… 1,8jt semeter.” “Oh ok…” “Bisa nego kok pak. Pasaran ga segitu?”… “Eh? (bingung)… ” tinggi atuh bukanya kekekeke… yuk yak yuk…

Penasaran lagi liat rumah kecil mungil… “Bu iklan rumah ya? Ukurannya berapa ya?” “Ukurannya 180m2 Pak, rumah 1,5 lantai…” “Kira-kira mintanya berapa bu?”… “7,5 pak. (TUJUH SETENGAH)”. “Hmm maksudnya tujuh setengah itu apa ya? (bingung)”…. “(DENGAN KETUS).. Ya tujuh ratus lima puluh juta dong pak, masa tujuh ratus lima puluh ribu.” Glek. Itu ga salah gitu pake ketus? Langsung refleks jutex tea gua bales “Ya tapi jangan pake gitu banget dong ngomongnya… sorry (sambil meletakkan telpon kesel)”.

So what’s the point here:

1. Ekonomi negeri ini sudah morat-marit, salah satu upaya masyarakat demi mengentaskan kemiskinan adalah berlomba-lomba menjual property nya dengan harga tinggi. Hmm kenaikan harga rumah di negeri ini memang sudah tidak masuk akal. Rumah awal 2000 cuma 160jt-an sekarang 400-600jtan. :(  Nah dengan UMR 900 ribu bagaimana cara masyarakat bisa memiliki Papan yang layak? Ini bener-bener mencengangkan.

2. Ada satuan mata uang baru 100 juta-an. Apa buat masyarakat demikian uang demikian ga berharganya sampe nyebut satuan “Tujuh Ratus Lima Puluh Juta” ato “Tujuh Ratus Lima Puluh” tidak lebih terhormat daripada “Tujuh Setengah”. Gua ga tau deh. Tapi SD gua biar di kampung taunya diajarin dulu adanya satuan Ratus, Ribu, Juta, Miliar.

3. Menurut kacamata Aa, rumah demikian pantasnya dihargain 120 juta,  dan masyarakat diberi kesempatan untuk memiliki rumah yang layak dan melalui cicilan. Tugas pemerintah adalah menciptakan public utility yang baik, seperti akses jalan, dll. Kita harusnya kembaliin lagi namanya jadi PELAYAN RAKYAT. Jangan PEMERINTAH.

4. Terus kalo kita aja yang swallow (swasta loyow) denger harga Tujuh Setengah aja gelagapan,  gimana dengan masyarakat buruh dan pekerja yang UMR nya cuma Rp.900rb. Sampe mencret juga gimana mereka bisa memiliki rumah yang layak? Kalo ga kembali ke gang dan tinggal dibawah standar sanitasi yang baik. Ini problem juga buat pemerintah kota.

Penasaran Dengan Sejarah? Cek Kick Andy! Metro Tgl 8 Feb (Habibie), 15 Feb (Wiranto)

Social 13 Comments »

Bener saya sendiri penasaran sebenarnya, ada apa sebenarnya yang terjadi di lingkar kekuasaan masa itu. Apa ada rivalry antara Habibie-Prabowo-Wiranto, ada apa dengan cerita dibalik suksesi. Kenapa Pak Harto jadi jutek sama Habibie? Semua kalo jaman dahulu era kegelapan jadi gelap. Sekarang era informasi gini paling ga penasarannya jadi ilang bisa denger langsung dari orangnya. Mau bener mau ga analisa sendiri paling ga kan jadi ga penasaran dibawa sampe mati. Dianya penasaran ga ada pembelaan, rakyat penasaran cuma disekem ga ngerti apa yang terjadi. Bisa-bisa makan indomie maning son.

Kudos Metro! Semoga ulasannya menarik.

Ttd,

Rakyat.

Rakyat Ngurusin Pemimpin, Ga Kebalik Tuh?

Social 30 Comments »

Negara ini sudah hancur lebur. Para pemimpinnya seperti berulangkali saya sentil sudah menunjukkan gejala belum pantes jadi pemimpin. Serah terima jabatan Presiden pada mangkir (ga terima kalah boss??), Acara 17 Agustusan pada ga pernah mau hadir. Benar-benar menggelikan. Sekarang malah hobby saling menjatuhkan. “Dulu kok ga pilih aku?”. Hayah. Lah dulu udah pernah dipilih hasilnya mana? Sarua wae pan.

Secara langsung ada beberapa point yang generasi muda sekarang harus belajar dari pengalaman panjang masa lalu sejarah bangsa ini.

1. Negara ini tidak cocok dipimpin dengan sistem kepartaian. Partai hanya menghasilkan mob, semakin banyak partai berarti semakin banyak kompromi, dan komporomi-kompromi terus hanya membuang-buang anggaran negara tanpa hasil nyata (Pemilu, Rapat-rapat Anggota Dewan), dll.

2. Sistem pengkaderan sebagian besar partai masih busuk. Karena undang-undang mempersyaratkan keberadaan partai diseluruh penjuru negeri ini, maka kadang perolehan suara melebihi kader partai di daerah tersebut, sehingga sapapun tanpa seleksi kualitas dan kepantasan akan menjadi bagian dari anggota dewan. Baca kembali poin 1, mob.

3. Kalo negarawan pada ga legowo dan sibuk minta diurusin rakyat, kelaut aja deh. Kita pernah ngalamin jaman Gus Dur yang terlalu nyeleneh sehingga hampir setiap hari rakyat nonton berita di TV untuk melihat apa lagi berita heboh hari ini. Sekarang, pemimpin berikutnya malah menunjukkan sikap seperti ibu rumpi, sibuk ngejatuhin lawan politik dengan safari dan statement-statement yang tidak berkelas, semakin menunjukkan bagaimana kelas anda selaku pemimpin. Pak SBY sama aja, pak bole saya cek anda ini dari militer ato sipil sih?

4. Sejarah menunjukkan kita pernah dipimpin oleh orator, pernah dipimpin oleh pekerja, pernah dipimpin dengan sistem Demokrasi Terpimpin, pernah dipimpin oleh model demokrasi tangan besi, mana yang lebih baik, sekarang you semua pake otak deh. Apa saatnya kita ngurusin demokrasi, apa kita seharusnya ngurusin rakyat yang udah kelaparan?

5. Kita butuh pemimpin yang kuat yang bisa berdiri diatas kepentingan rakyat, bukan diatas kepentingan partai, orang-orang seperti Ahmadinejad (Iran), ato Hugo Chavez (Venezuela), ato siapapun contoh pemimpin-pemimpin berhaluan tegas dan berpihak bagi kepentingan rakyat. Demokrasi cumalah sekem-sekeman barat saja, Biar bangsa ini hancur lebur. Mau liat contoh demokrasi? USSR (Republik Soviet Union), kemana sekarang? Emang anak-anak muda sekarang kebanyakan nonton sinetron suka lupa sejarah. Ato lebih tau clubbing daripada mikirin tetangganya yang kelaparan?

6. Contoh sudah pernah diberikan. Tapi kita kelihatannya seneng mengalami sindrom short memory loss semua. Kebanyakan Taurin kena sekem Extra Joss, ato Krangtingdaeng? Langkah pertama, amankan negara ini. Ambil alih oleh pemimpin yang kuat (negara ini mungkin masih butuh pemimpin kuat dari militer), dan berangus tuh TV-TV ga mutu. Itu clue nya. Seterusnya gimana? Lah yang jadi pemimpin situ sampeyan ato saya? Dooh!

Harga Diri Bangsa Tempe Kedele

Social 21 Comments »

Salah satu kegagalan pemerintah dalam menguatkan mata uang negeri ini membuat persoalan baru, masyarakat yang mau tinggal diem dengan mengandalkan makan-pangan-papan seadanya mungkin bisa bertahan di dalam negeri di rumah dan masa depan yang penting tentrem aja (makmur nanti dulu). Masyarakat lain yang beruntung bisa bekerja dengan penghasilan gedongan pun dipermalukan saban kali ke luar negeri segala sesuatu selalu itung-itungan pake kalkulator (sekarang lebih keren pake HP ngitung kurs). Masyarakat papan bawah yang lost hope pun nekat bonek mau nyekem bangsa lain dengan memvolunteerkan diri menjadi TKI.

TKI persoalan serius. Karena mata uang negeri ini yang busuk, TKI menjadi seperti harapan buat sebagian orang untuk merubah nasib. At worse scenario, pembantu memperoleh 700 dollar sebulan ~ equal 7 juta rupiah dibawa ke kampung halaman. Bayangkan mimpi siang bolong apa orang desa bisa memperoleh 7 juta rupiah sebulan dengan pendidikan yang tidak sempat dinikmati (karena mahalnya pendidikan dan minimnya kesempatan — saya bukan penganut bahwa orang ga bisa pintar. semua orang bisa pintar, minimal dipintarkan apabila dikasih kesempatan).

Empat tahun yang lalu saya sempat salah gaya, naik Air Asia pertama kali bersama beberapa eksekutif disini dalam perjalan dinas ke Malaysia. Pakean udah stel yakin ganteng pake jas. Ciloko, ternyata isinya para TKI semua, bwakakaka… jadi deh serasa cukong mbawa para TKI ke Malaysia 😀 Even worse, begitu turun pun seperti “anak-anak kehilangan induk” mereka “digiring” khusus oleh para cukong beneran yang sudah menunggu di bandara dan nge pool mereka. Dooh. Bener-bener ngenes liatnya. Ngenes liat perlakuan para petugas bandara luar memperlakukan mereka seperti tidak ada maruah (harga diri, cakap Malaysia). Damn!

Coba perhatikan, kebalikannya trip dari Malaysia ke Indonesia pasti di set super subuh, alias biar penumpang lain dari mancanegara lain tidak merasa terganggu. Dooh. Lebih parah lagi kadang kita selaku pembawa paspor berkebangsaan Indonesia pun dipandang sebelah mata, dipandang rendah dan diperlakukan seperti TKI.

Tulisan ini bukan merendahkan TKI. Tapi saya justru 100% dibalik nasib para TKI ini. Mereka adalah contoh masyarakat negeri ini yang mencari dan mengupayakan sendiri solusi atas masalah ekonomi mereka. Tapi pemerintah kelihatannya gagal memperhatikan syarat-syarat agar para TKI jebolan Indonesia ini lebih dianggap dan dihormati ketimbang TKI jebolan Philipine misalnya.

TKI kita tidak diajarkan untuk tampil lebih berkelas. Kemampuan bahasa Inggris. Kemampuan dasar untuk menjadi pembantu pun tidak dibekali dengan baik. Coba perhatikan beberapa TKI dari negeri lain, Philipine misalnya, punya “jatah” liburan hari Sabtu. Itu kebijaksanaan dan nilai tawar dari pemerintah Philipine. Jadi buat anda yang demen kelayapan di Orchard Road, Singapore, ati-ati kalo ke Lucky Plasa, jangan main toel aja, banyak TKI Philipine nya disono bo’. Masyarakat Indonesia di sana juga punya tempat kumpul-kumpul, misalnya di City Plasa.

Sampai kapan pemerintah mau menegakkan harga diri bangsa tempe kedele ini ato emang perlu sekali-kali Presiden dan Wapres naik pesawat non exec bareng TKI? Rasanya ga perlu kalo semua jajaran bangsa ini perlu ada penekanan disiplin yang keras. Jangan kayak sekarang, semua ribut saling menjatuhkan. Presiden takut dijatuhkan DPR. Lah DPR pun lebih ga pake otak, Gubernur BI disikat. Kalo Gubernur BI (a.k.a The Fed nya Indonesia) udah dimasukkan hotel Prodeo, investor mana lagi yang berani investasi disini.

Negeri ini emang negeri Mob. Semua dipegang dengan kekuasaan gerombolan orang-orang yang sudah lupa mandatnya bahwa mereka adalah pemegang amanat rakyat. Kalo sudah begini, apa arti Reformasi? Mungkin sudah saatnya diperlukan adanya kudeta militer? Ah mana siap rakyat. Kalo dikudeta nanti dibilang semena-mena pula. Gitu deh nasib apabila pendidikan tidak terperhatikan.

Kelangkaan Gas

Social 22 Comments »

Tell me kuper, tapi emang gua beli gas sekian bulan (malah kadang 1 taon) sekali. Maklum sebagai anak kos, gas dipake paling banter untuk masak indomie doang (secara gua bukan coffee drinker), ato sekali-kali bikin resep kuliner. Kemaren lagi kagok pengen makan + lalapan rebus, walah tuh gas ngadat alias abis bis. Doooh! Jadi aja absen, malem makan seadanya. Pagi ini gua cari gas dimana-mana di Bandung sekem semua rupanya. Alias langka! Yoalah. Pantes bokap nyokap bulan lalu pernah cerita nyari gas sampe harus ke distributornya. Gua puterin seciumbuleuit sarua keneh. Yaiks. Sampe akhirnya harus ngelencer ke jalan Sederhana tempat Limas Raga Inti, distributor gas di jawa barat. Tutup.

Yaelah pemerintah emang sekem abis. Udah rakyat dikasih susah makan, beras naik, kedele naik, mo masak pake kayu ato minyak tanah ga bole malah disuruh pake gas, eh sekarang Gas nya pun menguap seperti sifat gas. Wus wus…

Public utility man.. public utility!! Kalo ga bisa ngurus public utility mo jadi apa masyarakat disini? Sekalian nanti listrik dibikin byar pet lagi. Biar kita kembali ke jaman Cave Man… horee… makan tuh gas!

WP Theme & Icons by N.Design Studio
Entries RSS Comments RSS Log in