9 Trilyun Dan Fatwa Haram Merokok

Social 24 Comments »

MUI lagi harot-harotnya menggodok kemungkinan menfatwakan rokok itu haram bagi masyarakat. Tentu persoalan ini tidak sederhana menyangkut banyak aspek terkait dan punya kepentingan disana. Pemerintah misalnya, menikmati 9 Trilyun uang dari hasil pita cukai rokok (2 besar disumbangkan oleh Philip Morris dan PT.Gudang Garam), yang nilai ini setara dengan “so called” subsidi minyak. Kota Kediri sendiri, walaupun PT.Gudang Garam menyumbangkan 4,21 Trilyun (4.210.000.000.000) *banyak bener ya nol nya, hanya menikmati PAD hanya 1,63 Miliar (patokan tahun 2000) dari hasil PBB pabrik tersebut karena seluruh hasil pita cukai dinikmati Pemerintah Pusat.

Yang jadi masalah adalah sebenarnya apakah rokok masih harus jadi primadona pemerintah dengan sekian banyak alasan bahwa sekian banyak orang tergantung dari pabrik rokok (yang sebenarnya jumlahnya tidak lebih dari 40rb orang untuk satu pabrik dengan nilai penghasilan minimal), tapi sekian ratus ribu pedagang rokok tetap bisa berjualan barang lain, apabila pemerintah menikmati sekian besar hasil jualan kertas print-printan.

Rokok bukan persoalan sederhana karena yang dilakukan perusahaan rokok saat ini bukan sekedar jualan asap, tapi berlomba-lomba melakukan riset untuk mempercepat penyerapan nikotin pada darah untuk meningkatkan ketergantungan pengguna. Seperti quote dari film The Insider “We’re not in cigarette business, we’re in nicotine delivery business”.

Apabila perusahaan rokok di luar didenda untuk membayar 10.1 Billion US dollar (100.100.000.000.000) banyak bener nolnya (100 Trilyun?) (1) untuk dikembalikan ke masyarakat, apa mungkin dilakukan disini? Seorang Dr. Wigand yang harus menjalani hidup dari seorang eksekutif rokok berpenghasilan 300,000 US dollar menjadi guru sekolah jepang dengan penghasilan hanya 30,000 US dollar, apa yang dapat kita lakukan?

Menilik angka-angka fantastis demikian, mungkin buat sebagian besar orang lebih memilih jadi pegawai perusahaan rokok atau cari mertua juragan rokok ketimbang mengiyakan fatwa bahwa bisnis rokok adalah bisnis candu nasional. *Kalo ada yang nyari ngikuttttttt ๐Ÿ˜› *ngacirrrr

Light Of The Day! Hasil Pantauan di BEC Bandung

Bandung, Social, Technology 21 Comments »

Kemaren habis berolahraga pukul memukul bola 300 yards, saya nyempetin muter-muter BEC (Bandung Electronic Center) sambil ngambil oprekan motherboard komputer buat proyek ngoprek lagi (ngoprek terusssss kapan duitnya ya? ๐Ÿ˜› ). Well, pulang dari ngobrol di salah satu toko temen setelah melirik MSI “Axioo” Wind turun ke lantai 2 dan 1 sambil ngelongok-longok tempat jualan handphone. Secara getooo sekarang toko handphone bertebaran Henpon-henpon merk “ling-ling” yang harganya bersaing mulai dari 200rb-an perak. Jadi pengen tau liat trend handphone 2-On (HP yang bisa dipasang 2 SIM card). Juga henpon-henpon yang berfasilitas TV built-in dan touch screen.

Hasil muter-muter ma temen akhirnya ngeloyor juga karena dari beberapa hasil observasi ternyata:
1. Henpon 2On juga ga ada yang murah paling murah 1,4-1,5jt jadi percuma gua gadai-in 2 henpon yang ada juga pasti nomboknya bisa beli 3 henpon lagi ๐Ÿ˜›
2. Indonesia ini negara aneh jangan-jangan nanti keluar produk 8On kata temen saya karena kalo mau berkomunikasi murah harus sesama operator. Ada 8 Operator harus ada 8 nomor. Paling praktis pake henpon 8On.
3. Apalagi henponnya ada otomatis penghitung pulsa yang bisa auto insert model kalkulasi operator yang njlimet itu. Kalo cuma 2On kayaknya cuma bisa buat satu operator. XL untuk SMS ato XL untuk bicara wakakaka ๐Ÿ˜›
4. Jangan cari henpon yang nginstallnya aja butuh 7 jam ๐Ÿ˜› *iPhone hahahaa.. ini mo pake henpon apa mo buat gaya-gayaan ๐Ÿ˜€

Jadi kesimpulannya apa? Biar kata orang kita susah duit tapi handphone berjut-jut laku aja disini. Yah jadi menurut saya henpon terbaik adalah:
1. Pilihan henpon terbaik adalah henpon yang begitu diidupin langsung dapet orderan. Syukur-syukur orderan sekian M ;)) Nah itu jauh lebih baik daripada petantang-petenteng bawa henpon ukuran massive cuma buat penampilan.
2. Henpon yang tau diri. Henpon yang begitu liat customer service cantik langsung tau diri minta diservis :))
3. Kalo mau murah beli lakban aja plesterin dua henpon anda jadi henpon 2On.

Olah raga dulu ahh sembari mo liat besok pilwalkot gmana tuh hasilnya.

Catatan Kaki Debat Calon Walikota Bandung di TVOne

Bandung, Social 34 Comments »

Pada saat ini sedang berlangsung debat live Debat Calon Walikota Bandung di TVOne menjelang pemilihan walikota pada tanggal 10 Agustus 2008 nanti. Beberapa catatan yang saya tangkap dari acara ini (saya nonton ditengah baru pulang dari kerjaan) *mohon ditambahkan di komentar bagi rekan-rekan yang menonton.

1. Pak Dada Rosada (Diusung Golkar-PDI)
Tidak banyak yang saya kenal soal keberadaan Pak Dada sebelum ini karena beliau jarang muncul di publik secara live (TV), baru kali ini saya melihat langsung performance beliau di TV. Ga banyak komen karena baru nonton ditengah.

2. Pak Taufikkurahman (Diusung PKS)
Beberapa catatan kaki bahwa beliau menyatakan janji politik akan menjabat hanya sekali dan memberikan kepada generasi yang lebih muda dan pernyataan bahwa beliau menjanjikan kenaikan PAD Bandung dari 2.1 trilyun menjadi 3-4x lipat yang saya pikir mustahil karena tidak terpapar bentuk realisasinya.

3. Pak Hudaya (Independen)
Kelewatan udah lewat ternyata. Ada yang mo nambahin gmana performance nya tadi?

Secara umum saya lihat banyak rayuan-rayuan politik saja, secara pribadi saya ucapkan menyatakan terima kasih kepada pihak TVOne yang menyediakan ajang ini buat pendewasaan politik rakyat. Buat para calon, saya ucapkan selamat memegang amanah rakyat. Hidup ini cukup singkat boss, tolong jangan korupsi!

(Koran SINDO 2) Energi Untuk Masyarakat

Social, Technology 13 Comments »

Adinoto di Koran SINDO 30 Juli 2008

Berikut adalah tulisan saya kedua di Koran SINDO… Semoga bermanfaat.

Tuesday, 29 July 2008
Salah satu cara menyikapi cara hidup hemat dan ringan biaya di negeri ini adalah dengan mengupayakan sendiri sedapat mungkin beberapa hal yang berkaitan dengan kebutuhan dasar rumah tangga, yaitu kebutuhan listrik,air,dan transportasi.

Kebutuhan ini apabila kita teliti secara mendasar, pada hakikatnya adalah kebutuhan hakiki tentang hidup manusia,yaitu kebutuhan terhadap penerangan,api (memasak), dan air. Bagaimana kita menyikapi cara yang efektif dan paling efisien untuk mengurangi ketergantungan pada dua hal tersebut?

Terlebih dengan adanya krisis energi saat ini,ketersediaan air bersih yang tidak memadai, dan sarana transportasi publik yang belum memuaskan. Karena itu penting menyiasati kondisi ini sehingga menghasilkan suatu ketenangan hidup dan kualitas hidup yang lebih baik. Berikut beberapa tips seputar teknologi yang mungkin bermanfaat buat kita semua dalam menyikapi kondisi sosial masyarakat dan krisis energi saat ini.

(1) Penerangan
Penemuan teknologi lampu pijar oleh Thomas Alva Edison pada tahun 1879 merupakan salah satu teknologi paling primitif yang mungkin masih kita kenal dan pergunakan. Setelah lebih dari seratus tahun penemuan tersebut, masih banyak teknologi lain dan yang lebih layak dan ramah energi serta lingkungan yang masih sering luput dari perhatian kita.Antara lain penggunaan lampu LED. Apabila lampu pijar membutuhkan daya 25 watt,40 watt,60 watt,dan 100 watt,maka lampu berbasis LED hanya membutuhkan energi sebesar 1รขโ‚ฌโ€œ1,5 watt saja.

Walaupun belum sepopuler lampu neon yang sudah mencapai tahap komersialisasi saat ini,lampu-lampu hemat energi yang berbasis LED akan menjanjikan mengubah cara anda mengonsumsi energi untuk penerangan. LED, yang didesain pada awalnya bukan sebagai lampu penerangan, dibangun secara array untuk membentuk suatu kumpulan lampu dan mengandalkan pada reflektor-reflektor modern,seperti prinsip reflektor-reflektor lampu halogen pada mobil. Dengan mengandalkan refleksi yang baik, lampu berbasis LED menghasilkan cahaya yang lebih terang dan memiliki daya tahan hingga 80.000 jam.

(2) Penggunaan Peralatan Listrik dan Elektronika
Beberapa peralatan listrik dan elektronika yang ada di rumah tangga perlu dicermati, penggunaan dispenser pemanas akan jauh lebih boros dibandingkan dispenser pendingin. Itu karena ada filamen yang dipanaskan.Semua perangkat yang menggunakan prinsip filamen yang dipanaskan, akan mengonsumsi daya yang jauh lebih besar dibandingkan peralatan elektronika yang butuh pendinginan. Hair dyer tertentu misalnya,mengonsumsi daya sampai dengan 1.000 watt.

Hal ini perlu Anda cermati ketika memutuskan untuk membeli peralatan tersebut.Peralatan komputer di rumah tangga mungkin perlu Anda cermati.Sebagian peralatan komputer mengonsumsi daya yang jauh lebih besar dibandingkan dengan peralatan yang lain. Komputer dengan spek Pentium 4 mungkin bukan pilihan yang baik karena membutuhkan energi yang jauh lebih besar dan tidak lebih bertenaga dibandingkan dengan komputer yang murah berbasis Pentium Dual Core.

Layar TV maupun perangkat monitor lainnya yang menggunakan tabung (CRT) akan jelas jauh lebih boros dibandingkan perangkat layar yang berbasis LCD karena pada perangkat tabung ada komponen yang harus dipanaskan untuk menghasilkan loncatan elektron.Teknologi tabung juga merupakan salah satu teknologi elektronika paling tua yang dikenal dan masih dipergunakan luas oleh masyarakat.

(3) Filtrasi Air dan Membangun Sumur-Sumur Resapan di Sekitar Kita
Walaupun terkesan sederhana, pembangunan sumur-sumur kecil untuk resapan air bagi kebutuhan rumah tangga maupun perkantoran merupakan hal yang paling efektif dan berguna bagi kebutuhan rumah tangga. Sumur resapan pada prinsipnya adalah membangun suatu kantong- kantong tempat penyimpanan air hujan kecil dan banyak, dengan menggunakan baik itu paralon maupun kolamkolam kecil,yang bersifat menahan air dari mengalami penguapan secara langsung ke udara.

Dari sumur-sumur resapan ini dapat dialirkan ke sumur utama dan penggunaan perangkat filtrasi air maupun teknologi yang lebih maju seperti Reverse Osmosis (RO) akan menghasilkan air yang lebih rendah kadar mineralnya, bahkan apabila dibandingkan dengan minuman air dalam kemasan sekalipun. Dengan memiliki perangkat RO bagi rumah tangga, kebutuhan konsumsi air dalam kemasan dapat ditekan secara maksimal dan lebih menguntungkan dalam jangka panjang.

Untuk transportasi, sebenarnya ini merupakan tanggung jawab bersama antara masyarakat dan pemerintah selaku penyelenggara kehidupan bernegara di negeri ini. Penyediaan transportasi publik yang memadai sudah selayaknya menjadi tanggung jawab pemerintah dalam menyediakan sarana hidup yang sudah selayaknya bagi masyarakat. Secara umum,kota dengan jumlah penduduk lebih dari 2 juta orang sudah wajib memiliki sarana transportasi sendiri.Ketiadaan sarana transportasi publik yang memadai mengakibatkan penduduk mengupayakan sendiri transportasinya dengan berkendaraan roda dua secara massal.

Keberadaan sarana roda dua yang berlebihan bukan merupakan solusi untuk transportasi yang hemat energi. Malah secara umum,akan menyebabkan pemborosan energi buat negara, dan menciptakan problem dan keruwetan lain pada masa depan. Namun,solusi berbagi dari rekan-rekan seperti nebeng bareng ke kantor yang diperkenalkan www.nebeng.com merupakan contoh kepedulian masyarakat atas kebutuhan akan adanya transportasi murah dan menyikapi cara hidup yang lebih efisien di negeri ini.(*)

Oleh :
ADINOTO KADIR
Konsultan dan praktisi teknologi informasi.
Menulis di www.adinoto.org, dapat dihubungi di: adinoto_at_adinoto_dot_com

(Koran SINDO) Faster, Cheaper, Better

Social, Technology 21 Comments »

Beberapa waktu yang lalu saya diminta menulis untuk rubik teknologi di Koran SINDO. Berikut adalah tulisan pertama saya di Koran Sindo tanggal 22 Juli 2008. Tulisan ini di re-posting di blog ini atas seijin pihak Koran SINDO (Seputar Indonesia). Walaupun gaya menulisnya agak berbeda dengan gaya blog sekemer kita, yahh tapi semoga bisa bermanfaat buat audience yang lebih luas ๐Ÿ˜› *ngacirrr ๐Ÿ˜€ *btw, besok (Rabu 27 Juli 30 Juli 2008 ada tulisan saya yang lain di sana, beli dong SINDO nya! ๐Ÿ˜€ *wakakaka sponsor abeeesss ๐Ÿ˜› *ngumpet!

Tuesday, 22 July 2008
SALAH satu kelemahan negara ini adalah melihat bahwa industri elektronika merupakan salah satu komoditas yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan negara, sekaligus meningkatkan nilai jual dan nilai kompetisi kita dibanding negara lain di dunia.

Ada dua jenis industri elektronika yang pada dasarnya akan menguasai dunia. Pertama adalah industri komersialisasi komponen elektronika seperti yang dilakukan home industry di China dan Taiwan. Sementara yang lain adalah industri dasar elektronika seperti mikroelektronika seperti yang dilakukan Intel dan AMD.

Hampir setiap rumah tangga di dunia termasuk di Indonesia, telah menjadi korban komoditas dari perusahaan penentu masa depan elektronika seperti Intel dan AMD. Intel sebagai pemegang pasar terbesar industri mikroprosesor dengan market share lebih dari 80 persen, menikmati posisi empuk ini dengan meluncurkan segala jenis mikroprosesor dengan varian-variannya, dengan segala bentuk harga di setiap pasar.

Mulai pasar entry level seperti Pentium Dual Core maupun pasar mainstream seperti Core 2 Duo, dan pasar high-end seperti Xeon. Kelemahan pemerintah dalam menyikapi pentingnya penguasaan industri hulu ini, minimal penyebaran informasi yang baik dan tepat guna bagi masyarakat negeri ini telah memberikan dampak beberapa hal yang cukup vital, antara lain:

(1) Korban Teknologi.
Hampir sebagian masyarakat pengguna teknologi informasi pada dasarnya buta terhadap pemilihan komputer yang tepat bagi kebutuhan rumah tangga atau perkantorannya. Penguasaan atas iklan dan disinformasi membutakan sekian banyak mata untuk melihat komputer apa yang paling tepat bagi kebutuhan yang dibutuhkan.

Pada dasarnya, setiap komputer yang dibeli di pasaran, dapat dipastikan merupakan barang obsolete (kuno), karena pihak produsen, dalam hal ini Intel dan AMD, selalu menemukan hal baru di laboratorium mereka yang siap dipasarkan dan dijadikan komoditas.

Jadi patutkan kita membeli prosesor terbaru dengan harga premium USD130 (Rp1,2 juta) hingga USD300 (Rp2,7 juta), apabila kita tahu bahwa barang yang kita beli sudah merupakan komoditas yang akan digantikan setiap masa,dan tersedia dalam varian yang lebih murah seperti Intel Pentium Dual Core dalam range harga USD70 (Rp640.000), dimana beda performansi yang dihasilkan sangat marginal sekali,dan ongkos produksi keduanya adalah sama.

Anda mungkin membutuhkan lebih banyak memory dan VGA yang lebih cepat untuk memberikan pengalaman berkomputasi lebih menyenangkan dibandingkan membeli produk processor yang lebih baru dan lebih mahal. Ada pepatah dalam industri mikroelektronika bahwa selagi kita berurusan dengan Bit dan Bytes (ukuran penyimpanan data dalam istilah komputer) maka akan selalu dikenal jargon: faster, cheaper, better.

Mungkin Anda masih ingat betapa komputer 60MHz yang dahulu Anda beli sudah menghabiskan sekian juta rupiah dan relatif tidak dapat dipergunakan untuk apa-apa bagi kebutuhan komputasi hari ini, karena konspirasi perusahaan mikroelektronika dan perangkat lunak yang selalu memproduksi software yang lebih besar, lambat, dan mahal.

(2) Korban Krisis Energi.
Setiap punggawa negeri ini harusnya mengerti betapa besar daya yang dibutuhkan oleh komputer pada hari ini relatif lebih tinggi dibandingkan komputer 10 tahun yang lalu. Komputer Pentium 4 misalnya membutuhkan daya lebih dari 230 Watt dan Pentium Core 2 Duo yang lebih efisien pun masih membutuhkan daya 65 Watt.

Belum lagi apabila kita menghitung konsumsi layar tabung kita (CRT) yang mencapai 100 Watt. Bayangkan sekian banyak perkantorannya dan rumah tangga menggunakan komputer dan mengonsumsi sekian megawatt hanya untuk kebutuhan berinternet maupun menulis dan game. Padahal, teknologi lain yang tersedia dari alternatif produsen lain lebih memfokuskan diri pada teknologi yang hemat daya seperti mikroprosesor hemat daya yang hanya mengonsumsi kurang dari 3 Watt.

Sekian banyak energi yang dihabiskan hanya untuk melakukan pekerjaan yang seharusnya tidak membutuhkan konsumsi energi yang sedemikian besar, namun karena kurangnya pemahaman pejabat negara dan yang berwenang, kita sekarang ikut menikmati hasil panetrasi dan komoditas dari dua raksasa dunia tersebut dengan bonus menikmati hari-hari penggiliran jatah listrik.

Bayangkan berapa banyak rumah tangga di desa yang seharusnya dapat menikmati penerangan dari satu unit komputer yang kita konsumsi karena kekurangpahaman dan lemahnya sosialisasi yang ada. Bagaimana kita harus menyikapinya? Saya akan lanjutkan di bagian kedua soal pembahasan teknologi bagi kepentingan kita semua,pekan depan.(*)

Oleh : ADINOTO KADIR
Konsultan dan praktisi teknologi informasi. Menulis di www.adinoto.org, dapat dihubungi di: adinoto_at_adinoto_dot_com

WP Theme & Icons by N.Design Studio
Entries RSS Comments RSS Log in