Pentingnya Menjaga Pola Makan Yang Sehat

Social 28 Comments »

Setelah sekian lama menunda-nunda general check up karena kesibukan, saya akhirnya menyesal sekali. Salah satu general check up yang saya sempet missed adalah vaksin Hepatitis B! Dooh…. for the last 17 years saya hidup dalam tali kenur tanpa perlindungan vaksin hepatitis. Serem banget! Lulus SMU rasanya baru denger soal rame-rame Hepatitis B (salah seorang rekan terkena), dan ever since, ga sempet aja mo vaksin! Bodohnya. Memang vaksin selain itu (Polio, BCG, etc) sudah di cover oleh perusahaan tempat ayah saya bekerja. Bagaimana dengan kondisi krisis sekarang ya? Anak-anak Indonesia apa masih memperoleh vaksinasi lagi (dulu jaman Pak Harto suka ada Posyandu dll), sekarang mungkin mo vaksin harus ke Partai kali ya? Secara lebih banyak Pos Partai daripada Posyandu.

Jadi meluncurlah saya ke Prodia, Wastukencana, Bandung. Damn! Salah bisnis kita boss… Prodia yang dulu tempat GCU waktu saya mau pertama kali jadi pegawe di Sidola th 94 sudah berubah jadi gedung mewah seperti itu! Dan dengan 104 cabang weleh-weleh, mantep juga nih bisnis begonoan ๐Ÿ˜€ *hus ga penting banget. ๐Ÿ˜€ ya sut akhirnya saya test semua, GOT, GPT, Gamma GT, Glukosa Puasa, Cholesterol Total, Cholesterol HDL, Trigliserida, Rasio Cholesterol Total, Urea N, Kreatinin, Asam Urat, dan yang penting test Immune Hepatitis (Antibody Hepatitis) ada ato ga.

Setelah ambil darah siang, hasilnya dapat diambil jam 4 sore. Hmm hasilnya ternyata serem juga. Soal GOT, GPT, Gamma GT, Cholesterol sih ga ada yang parah-parah amat, Semua dalam range lebih dikit tapi aman, hanya hasil Anti-HBs nya NEGATIF. Deng… adooh. Serem juga. Mengingat Gamma GT nya agak tinggi 113 (normal 11-49). GPT 130 (normal < 50), GOT 68 (normal < 33). Ya elah, bodohnya kok ga di test sekalian apakah kena Hepatitis ato ga? Jadi aja bayar lagi dan nunggu lagi hasilnya jam 8 malam, untuk test apa kena Hepatitis B ato ga. Simbak disana yang saya minta bantu bacain hasilnya juga dag-dig-dug liat hasil test saya, Secara ga ada antibody tapi hasil test livernya kurang bagus.

Alhamdulillah jam 8 malam hasil test Hepatitis B nya negatif. Fiuuuhhhhh… 17 tahun menunda-nunda tanpa vaksin serem juga ya. Hmm so akhirnya ke dokter internist dan cek batuk yang ga sembuh-sembuh. Setelah itu diatur kapan mo vaksinasi.

Analisa dokter adalah: Kurangi berat badan. Halah. Jadi saya diet 10 kilo ๐Ÿ˜€ hmmmm yang saya tangkap dari hasil diskusi dan fact-finding adalah:

1. Kurangi makanan dengan bahan pengawet seperti Indomie dan kawan-kawan. Karena makanan dengan bahan pengawet dijamin bisa meningkatkan Gamma GT nya. Fiuuhhhh serem juga ya.

2. Makanlah dengan pola makanan sehat. Kurangi santan-santan dan makanan yang cuma enak doang. Jadi saya pagi hari coba cuma makan Apple doang. An Apple A Day Woulds Keeps A Doctor Away kata orang kan ๐Ÿ˜€ Bener kok link bacaan bermanfaat. Sapi aja banyak yang makan Apple di peternakan di luar negeri ga ada yang sakit butuh dokter kan ๐Ÿ˜› *ngacirrr

3. Saran buat rekan-rekan ya coba sempetin GCU (General Check Up) sesibuk apapun ga ada ruginya anda menyempatkan diri cek Anti HB nya ada ga? *terakhir saya cek up tahun lalu, tapi bener-bener kenapa saya bisa nunda terus cek Anti HB ๐Ÿ™

Hepatitis B termasuk penyakit paling berbahaya dan menular dari bersinggungan dengan penderita, bayangin kondisi hidup di Indonesia ini yang jelek, kotor, dari menggunakan alat makan bersama (sendok dll), saliva = ludah, handuk, makanya hati-hati deh jangan jorok dan mengundang orang menginap sembarangan. Serem!

Update:
Oh ya, kalo mau GCU di tempat-tempat swasta gitu emang mahal, buat anda yang pengen mendapatkan layanan murah berkualitas, coba ke dinas kesehatan, di Bandung itu ada di daerah jalan Sampurna deket belakang RS. Hasan Sadikin. Gluck ya.

Sri Mulyani: Tanggapan Terhadap Saham BUMI (Resources)

Social 31 Comments »

Tanggapan saya cuma satu. Setuju. Tidak ada ekslusivitas atas satu pihak sehingga melupakan kepentingan masyarakat luas. Salut buat Jeng Sri!

Sri Mulyani: “Saya perlu garisbawahi Harga BBM di asia, di Indonesia masih paling murah!”

Social 54 Comments »

He? *bengong, kalo kata seorang rekan di Brunei itu Pertamax Plus aja sekitar 3,800 perak… lah beliau dapet data dari mana ya?

Lah terus, apa jeng Sri lupa kalo UMR (upah minimum regional) di Indonesia juga paling menyedihkan? 900.000 rupiah dibandingkan dengan 10 jutaan untuk di negara asia lainnya?

Ya gua sih ga tau apa gaji Menteri Koordinator seperti beliau bisa disamain dengan pejabat teras negara lainnya, tapi pastinya buat beliau ga sulit mengeluarkan biaya 5,500 perak seliter tidak seperti puluhan juta penduduk Indonesia yang masih berjuang untuk makan setiap harinya.

Ya soal subsidi BBM sih cerita lama. Tapi itu semua ga lebih dari cerita sebuah pemerintahan yang melakukan pengiritan 10 trilyun rupiah dari total expenditure 1000 trilyun rupiah dengan mengatasnamakan kenaikan harga yang tidak dapat disubsidi lagi. Setiap pemerintahan boleh melakukan pilihan mau berpihak ke rakyat atau biarkan rakyat cari nafas sendiri.

Setelah kita berani mengeksekusi Amrozi Cs, apa sudah saatnya para koruptor juga ditembak mati agar masyarakat bisa sedikit sejahtera karena duit-duit negara tidak disikat masuk kantong pribadi. How’s that Sir SBY?

To Protect And To Serve??

Social 25 Comments »

Beberapa hari yang lalu saya sedang di bengkel memperhatikan lalu lalang kendaraan, sampai suatu keadaan terdengar suatu ledakan dan benturan dasyat… booom! Terlihat jelas sebuah sepeda motor menabrak sisi pintu kanan sebuah mobil BMW yang menyeberang dari seberang kiri jalan (bengkel oli) langsung ingin menuju sebelah kanan jalan (bengkel mobil) tanpa mau bersusah-susah memutar terlebih dahulu.

Ajaibnya, jelas-jelas pemilik mobil tersebut salah karena “menyeberangkan” kendaraannya hampir vertikal, dikawasan padat lalu lintas, dan pengendara sepeda motor manapun pasti sulit mengendalikan kendaraan yang tiba-tiba ada “Objek Melintas Tidak Semestinya” sehingga membenturkan dengan sukses pintu supir kanan kendaraan tersebut, tetap saja keadaan jadi berbalik. Si pengendara mobil balik menuntut pengendara motor tersebut, dengan ganti rugi tertentu. Malang sekali nasibmu pengendara motor, sudah pincang harus mengganti pula ๐Ÿ˜›

Sang pengendara mobil kemudian diketahui adalah aparat muda TNI dengan menggunakan baju dinas tugasnya. Oalah. Gini toh kejadiaan. Pas pula yang menabrak adalah warga keturunan. Kumplit deh.

Kadang saya bertanya-tanya, di Indonesia itu apakah masih ada nurani dan mentalitas jabatan seorang pejabat negara (ato lebih layak disebut abdi rakyat). Mereka semua yang hidup dengan menggunakan uang rakyat tapi kok tidak mencerminkan bahwa berpihak untuk kepentingan rakyat. Di Indonesia, saya merasa, orang lebih sering merasa sedapat mungkin tidak ingin berurusan dengan aparat, apabila tidak mau cari masalah. Bagaimana dengan pengalaman anda?

Lampu Lalu Lintas Simpang Gandok Ciumbuleuit Yang Rusak 3 Bulan Tetap Terlupakan

Bandung, Social 20 Comments »

Apabila anda menggunakan jalur Siliwangi-Cihampelas-Ciumbuleuit anda akan menemukan pertigaan lampu merah yang menanjak dari arah Jalan Siliwangi (dari arah ITB). Pertigaan tersebut terhitung sakti, sakti karena hobby banget berubah-rubah aturannya (seperti hampir semua jalanan di Bandung yang di routing berubah-ubah dari satu arah menjadi 2 arah, menjadi satu arah lagi, menjadi satu arah lagi berlawanan, seperti Braga). Dalam kasus pertigaan Gandok, yang berubah adalah keharusan bagi pengguna jalan untuk tidak boleh langsung belok kanan ke Ciumbuleuit dari arah Siliwangi kecuali setelah jam 18:00 ke atas atau hari libur. Jadi pengendara diwajibkan memutar ke arah Cihampelas terus belok ke jalan Lamping (arah SPBU Cipaganti) kemudian menikmati kemacetan di pertigaan Cipaganti-Setiabudi yang ga ada matinye gara2 FO (Factory Outlet) Rumah Mode dan muter lagi ke arah Setiabudi (dan menikmati lagi kemacetan 2 bulan karena pembongkaran jembatan yang lama banget pengerjaannya) sebelum akhirnya menikmati lagi kemacetan simpang Gandok karena angkot ngetem seenak perutnya, sebelum akhirnya bisa naik ke Ciumbuleuit. Jarak 200 meter dari Simpang Gandok bisa memakan waktu 10-25 menit kalo lagi hoki. Dalam keadaan transportasi normal jarak memutar tersebut bisa dilalui dalam ukuran 3-4 menit, tapi jarak belokan langsung seharusnya dapat ditempuh kurang dari 1 menit.

Masalah mulai timbul sekitar 3 bulan yang lalu, ketika lampu merah lalu lintas dari arah Siliwangi mengalami kerusakan. Tidak ada tanda-tanda bahwa lampu hidup menunjukkan warna merah ato hijau (boleh jalan), sehingga para pengendara dari arah Siliwangi yang mau belok ke Ciumbuleuit (setelah jam 18:00 atau pada hari libur) hanya bisa menduga-duga apakah lampu sudah hijau atau belum. Tiga bulan yang lalu adalah menjelang pemilihan walikota Bandung dan dapat saya maklumi kesibukan tersebut seandainya membuat focus perhatian pemkot Bandung agak distracted. Tapi 3 bulan sudah berjalan, masih saja belum diadakan perbaikan sama sekali nah ini yang ajaib. Lebih ajaib lagi karena dipertigaan tersebut ada Pos Polisi yang cukup aneh untuk dianggap tidak aware adanya kerusakan lampu lalu lintas di pos penjagaannya tersebut.

Bagaimana Pak Dada, bisa tolong dibantu anakbuahnya untuk bisa bekerja lebih baik? Sentil dikit deh boss, pagi-pagi demen tuh liat anak buah kerja ga beres disemprot dikit.

WP Theme & Icons by N.Design Studio
Entries RSS Comments RSS Log in