Rame-Rame Bisnis Merk-an Lokal Indonesia

Social, Technology, Uncategorized Add comments

Topik ini mengulas bisnis merk-an (re-label) lokal elektronika di Indonesia. Sapa sekarang yang tidak kenal dengan merk VisiPro, dan Zyrex? VisiPro memang merupakan salah satu pionir pebisnis label lokal komponen elektronika (baca: Memory) di Indonesia. Pada saat saya kuliah pemain memory kuat masih didominasi oleh Kingston, sehingga kalo mau beli merk lokal masih mikir-mikir. Apalagi beberapa kejadian jaman SDRAM, merk lokal sering bermasalah di komputer branded (detect separuh ato hang) seperti PowerMac.

Lebih dari sepuluh tahun berlalu, dan merk lokalan ini bertahan dan malah exist di Indonesia. Kemudian diikuti oleh merk lain seperti NCPro (kemudian menjadi MCPro?), lantas perakit laptop lokal dengan merk Zyrex dan Axioo sebagai late comer. Contoh lain pemain segala aya adalah Simbadda, yang sudah masuk mulai dari penyedia casing, speaker, sampe keyboard dan mouse.

Pagi ini dalam rangka merakit Mac Pro ala CPP (Ciumbuleuit Protection Plan) yang nyaingin Apple Protection Plan 😛 saya agak kaget lagi, karena salah satu vendor graphic card juga kelihatannya merk-an lokal yaitu Digital Alliance.

Bagi saya bisnis re-label lokal ini merupakan pertanda baik sekaligus pertanda buruk, menunjukkan beberapa hal:

1. Berarti banyak orang kaya (pengusaha kaya) yang sanggup jadi buffer modal untuk market di Indonesia.
2. Berarti pasar Indonesia tumbuh.

Yang menyedihkan adalah:
1. Mengapa tidak tumbuhnya industri elektronika dasar di Indonesia sehingga semua pengusaha harus me-relabel doang industri elektronikanya?
2. Mengapa pemerintah gagal menumbuhkan iklim investasi perusahaan industri dasar itu di sini ya?

Saya kasih ide deh:
Pemerintah undang mereka-mereka yang bermodal itu untuk membicarakan sebenarnya masalahnya dimana. Dan bagaimana supaya investasi itu bisa hadir di sini. Lumayan pak mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia. Karena walaupun industri dasarnya adalah padat teknologi, tapi industri hulunya (seperti perakitan board, dll) kan bisa merupakan industri sentra rumahan ato small sampe large scale.

40 Responses to “Rame-Rame Bisnis Merk-an Lokal Indonesia”

  1. Yoyo Says:

    amankan posisi dulu…. 🙂 kahiji…. 🙂

  2. Adham Somantrie Says:

    jadi kapan merk MaxNoto menyerbu pasar lokal?

    * Kalo merk MacNoto, takut sued by Apple, Inc. wakakakaka…

  3. adinoto Says:

    # Adham Somantrie Says:
    June 16th, 2008 at 10:18 am e
    jadi kapan merk MaxNoto menyerbu pasar lokal?
    * Kalo merk MacNoto, takut sued by Apple, Inc. wakakakaka…

    => Wakakaka kita tunggu review dari penggunanya aja nanti di http://www.adhamsomantrie.com ? 😀 wakakaka MaxNoto bukan sekedar Mac jadi-jadian, tapi ada CPP nya (Ciumbuleuit Protection Plan) dan dipake di production level. 😀 Termasuk oleh CEO dan blogger kondang seperti blogger juara blog TelkomSpeedy kontes dengan Apple Cinema Display? 😀

    Makjang, request ngehacknya ngeri banget, sampe katham soal DVI-DVI an semalem :)) wakakaka Apple Cinema Display itu kecanggihan, cuma support sinyal Digital only 😀

  4. geblek Says:

    aduh kirain mau bahas macnoto 🙂

  5. adinoto Says:

    # geblek Says:
    June 16th, 2008 at 10:26 am e
    aduh kirain mau bahas macnoto 🙂

    => Wakaka merk lokal juga itu ya pak 😀

  6. sueng Says:

    mau dagang aja kok mesti mikir , capee deeh …. pameran teu bebeja !

  7. Adham Somantrie Says:

    Mugen, GTC… anyone?

  8. adinoto Says:

    # sueng Says:
    June 16th, 2008 at 10:47 am e
    mau dagang aja kok mesti mikir, capee deeh …. pameran teu bebeja !

    => Wakakaka, yoi kalo ga keberatan cuma punya kompetensi negara pe-relabel. Hehehe orang2 kayak elu yg mau R&D dan fight swallow terus kan ga banyak pakde 😀

    Walah-walah iya soal pameran padahal mo ikutan juga ya? Waduh sorry lupa! Lain kali lah. Pameran rumah? 😀 Aku mo bikin perumahan nih 😀

  9. F4T80YS Says:

    hhhmmm…. bukannya bayak produsen elektonika yang malahan hengkang dari bumi pertiwi ?? sekarang ini memang lebih enak dagang dari pada produksi…. produk dari china hampir impossible dikalahkan… karena harga buruh mereka jauh lebih murah, trampil dan lebih bisa diatur… mungkin tekanan akan berkurang kalau mereka sudah pada maju dan buruh sadar akan hak2 pekerja disana…..

  10. adinoto Says:

    # Adham Somantrie Says:
    June 16th, 2008 at 10:48 am e
    Mugen, GTC… anyone?

    => Yoi, Mugen dulu waktu jaman gua kuliah sampe bikin kontes sapa yang bisa ngalahin komputer Mugen berhadiah BMW 520i (iklan tahun 1991-1992?), jadi penasaran ada yang tau itu bener-bener ada yang menang ga? Ato sekem juga? Walah-walah ternyata kalah senior kita soal persekeman 😀

  11. Riyogarta Says:

    Nah, saya adalah salah satu pecinta produk Axioo 🙂

  12. vicong Says:

    Kalau yang punya pabrik di Indonesia dan berani pakai merek sendiri mungkin diantaranya :
    – Advance (monitor, mp3player, PC)
    – Pointer (speaker)

    Pointer sendiri merupakan produk speaker produksi Sinar Baja Electric yang dikenal sebagai OEM speaker utk merk-merk kelas dunia (Yamaha, JVC, Kenwood, Pioneer, Clarion, Alpine, Boston Accoustic, MTX, Rockford, Harman Becker, Matsushita Group, Sharp, Aston Martin, VolksWagen (VW), KIA Motor, Honda Prospect Motor,Bentley).

  13. Oskar Syahbana Says:

    Byon sama Axioo merk lokal bukan ya? Walaupun masih dirakit di luar (kayaknya), tapi layanan purna jual sudah bisa menyamai merk branded lainnya kok hohoho. Maju terus produk dalam negeri!

  14. vicong Says:

    BYON –> barangnya Astrindo (terkenal sbg distributor Asus)

    Axioo –> barangnya Terra (terkenal sbg distributor Visipro, Seagate & Intel).

    kedua-duanya hasil relabel 🙂
    Untuk notebook relabel masih ada merk X-ware
    Kalau hardware relabel lain banyak sekali con: MVM (memory), Extreme(motherboard), Vgen (memory) dll.

  15. Yoyo Says:

    apakah re-label tidak mengarah kepada budaya jiplak/nyontek dan tidak membuat kita untuk improve new product ?

  16. rendy Says:

    bukannya apple di indonesia itu di relable sama elu ?

    *pura pura logout*

  17. Iman Says:

    Apa untungnya melakukan relabel ini ? Setahu saya di dunia semikonduktor, praktek yg ada adalah die (silikon yg sudah di desain) produsen tier-3 dipackage lalu diberi label dengan nama produsen tier-1 sehingga barang tier-3 ini laku (mendapat pengakuan) dari OEM/EDM dan di saat yg sama produsen tier-1 tak perlu keluar dana besar utk R&D, testing, dsb. Misalnya die mp3 merek unbranded ADIN dijual ke Intel dan diberi package berlabel Intel. Win-win solution, krn ADIN dapat invoice dari Intel dan Intel dpt solusi cepat. Disini tentu modal kepercayaan dan reliabilitas harus diutamakan agar kerjasama ini terus berjalan tanpa diketahui konsumen.

  18. SatriaK Says:

    Memberi label baru adalah langkah awal untuk membuka pasar. Setelah pasar untuk label tersebut terbuka, maka akan nantinya diproduksi di dalam negeri akan lebih mudah karena pasar sudah mengenal produk tersebut sebelumnya.

  19. Eep Says:

    sekalian bikin CCD: Cimbuluit Cinema Display, 24″ wide
    jangan lupa.. cinta seni indonesia.., bodinya LCD pake kayu..
    😀

  20. idarmadi Says:

    Bagaimana mau tumbuh iklim investasi yang bagus di Indonesia? Tidak ada jaminan hukum dan keamanan, tidak ada tax insentif, tidak ada jaminan aman dari ‘oknum’ birokrat. Tau engak sih berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengurus ijin usaha? Yes, kita mau usaha dan mau minta ijin saja birokrasinya terbelit2.

    Lagian apa untungnya bikin, misalnya pabrik di Indonesia? Tenaga kerja tidak terlalu produktif, plus rentan demo. Apalagi barang fastmoving kayak perangkat komputer. Kalo banyak brand Amrik (HP, IBM, dan Apple) saja pesan barang di Cina, apa daya serap Indonesia cukup signifikan untuk bikin pabrik?

    Jangankan pabrik elektronik, saya kenal sebuah pabrik tas wanita yang sudah ganti jadi importir dengan 2 alasan utama : 1. tidak pusing dengan masalah karyawan. 2. tidak pusing dengan barang mati.

  21. Eep Says:

    sy setuju dengan pak idarmadi,
    iklim investasi di indonesia kurang kondusif. buruh bentar-bentar demo, dll.
    di cina, pemerintah andilnya besar sekali dalam menarik investor. istilah kasarnya: “lu bikin deh pabrik di sini, tanah dan tenaga kerja kita siapkan, kalau tenaga kerja macem-macem, kita yang tembak”
    hehehehhe

    kabarnya di cina sana, banyak perusahaan yang mengejar restitusi pajak jika bisa produksi barang sekian banyak. makanya barang-barangnya murah.. karena pajak bisa jadi nol persen kalau produksinya banyak..

    itu katanya.. ga tau blm pernah ke sana sih..
    😀

  22. adinoto Says:

    # vicong Says:
    June 16th, 2008 at 11:10 am
    Kalau yang punya pabrik di Indonesia dan berani pakai merek sendiri mungkin diantaranya :
    – Advance (monitor, mp3player, PC)
    – Pointer (speaker)

    Pointer sendiri merupakan produk speaker produksi Sinar Baja Electric yang dikenal sebagai OEM speaker utk merk-merk kelas dunia (Yamaha, JVC, Kenwood, Pioneer, Clarion, Alpine, Boston Accoustic, MTX, Rockford, Harman Becker, Matsushita Group, Sharp, Aston Martin, VolksWagen (VW), KIA Motor, Honda Prospect Motor,Bentley).

    => Yoi boss, selain Advance, ada juga merk Intel. Sinar ini bukannya produsen kabel handal juga? Yang biasa dipake montir-montir untuk bikin kabel harness Mercedes?

  23. adinoto Says:

    # Yoyo Says:
    June 16th, 2008 at 2:55 pm
    apakah re-label tidak mengarah kepada budaya jiplak/nyontek dan tidak membuat kita untuk improve new product ?

    => Relabel ga ada masalah kalo diliat dari kacamata rekan Sueng misalnya. As long as there’s money lies there, mereka akan bisnis itu. Bisnis “buffer” branding dan marketing, dan coba peruntungan disana.

    Bisa juga improving seperti design di disini (kesempatan baik buat anak-anak desain produk), lalu manufakturing disana. Hanya yang jadi masalah adalah sedihnya:

    1. Berarti Indonesia ga competitive untuk jadi sentra industri lokal padat teknologi dan/atau padat karya demikian. (Hint: Salut pada merk Maspion yang menciptakan produk-produk yang mulai dari low-requirement dari implementasi teknologinya, tapi tepat guna). Pak Markus termasuk salah satu yang nasionalismenya tidak diragukan!

    2. Berarti Indonesia cuma jadi primary dan secondary market bisnis demikian? Hmm membuang devisa negara?

    3. Ya investasi berarti ga melirik Indonesia. Minimal dari kacamata industri padat teknologi ini.

  24. adinoto Says:

    # Oskar Syahbana Says:
    June 16th, 2008 at 11:35 am
    Byon sama Axioo merk lokal bukan ya? Walaupun masih dirakit di luar (kayaknya), tapi layanan purna jual sudah bisa menyamai merk branded lainnya kok hohoho. Maju terus produk dalam negeri!

    => You don’t get the picture do you? Read the above paragraf. Ini bukan masalah maju tidak majunya produk dalam negeri.

  25. adinoto Says:

    # vicong Says:
    June 16th, 2008 at 1:48 pm
    BYON –> barangnya Astrindo (terkenal sbg distributor Asus)
    Axioo –> barangnya Terra (terkenal sbg distributor Visipro, Seagate & Intel).

    kedua-duanya hasil relabel 🙂
    Untuk notebook relabel masih ada merk X-ware
    Kalau hardware relabel lain banyak sekali con: MVM (memory), Extreme(motherboard), Vgen (memory) dll.

    => Betul boss, thanks untuk updatenya. Extreme dan MVM blum pernah denger. Diluar ada juga yang mulai main ODM ini seperti motherboard Enlight yang katanya diproduksi ECS.

  26. adinoto Says:

    # rendy Says:
    June 16th, 2008 at 3:21 pm
    bukannya apple di indonesia itu di relable sama elu ?
    *pura pura logout*

    => Hahaha sekem 😀

  27. adinoto Says:

    # Iman Says:
    June 16th, 2008 at 3:22 pm
    Apa untungnya melakukan relabel ini ? Setahu saya di dunia semikonduktor, praktek yg ada adalah die (silikon yg sudah di desain) produsen tier-3 dipackage lalu diberi label dengan nama produsen tier-1 sehingga barang tier-3 ini laku (mendapat pengakuan) dari OEM/EDM dan di saat yg sama produsen tier-1 tak perlu keluar dana besar utk R&D, testing, dsb. Misalnya die mp3 merek unbranded ADIN dijual ke Intel dan diberi package berlabel Intel. Win-win solution, krn ADIN dapat invoice dari Intel dan Intel dpt solusi cepat. Disini tentu modal kepercayaan dan reliabilitas harus diutamakan agar kerjasama ini terus berjalan tanpa diketahui konsumen.

    => Agak beda model bisnisnya pak. Bisnis yang dibahas ini cenderung bisnis retail yang menikmati margin dari hasil bulk buying product (OEM) lalu invest di marketing/branding, dan coba bangun peruntungan disana.

    Yang di”keluh”kan oleh tulisan ini adalah kalo industri tier-1 nya ga pernah ada di Indonesia, berarti Indonesia cuma jadi pasar dong? Bisnisnya diluar bulk buying begini juga, bisa beli bandar-bandaran untuk produk yang cyclenya cepat dan dipackage dan dijual lagi (misal: gejala bisnis motherboard value yang selalu menggunakan chipset lawas, karena komponen harga paling mahal dalam motherboard adalah chipset itu sendiri, dengan keluar chipset baru maka chipset lama harganya jatuh, dan di package ulang dengan South Bridge chipset yang bisa menghandle processor dengan spec FSB yang lebih tinggi).

  28. adinoto Says:

    # SatriaK Says:
    June 16th, 2008 at 3:42 pm
    Memberi label baru adalah langkah awal untuk membuka pasar. Setelah pasar untuk label tersebut terbuka, maka akan nantinya diproduksi di dalam negeri akan lebih mudah karena pasar sudah mengenal produk tersebut sebelumnya.

    => Dari sisi marketing iya Pak, yang dicomplainin ini adalah dari sisi manufakturing dan iklim investasi di negeri ini.

  29. adinoto Says:

    # Eep Says:
    June 16th, 2008 at 5:33 pm
    sekalian bikin CCD: Cimbuluit Cinema Display, 24″ wide
    jangan lupa.. cinta seni indonesia.., bodinya LCD pake kayu..
    😀

    => Udah liat USB flash disk yang dibikin pake enclosure kayu asli (bukan moulding plastik) laku dijual diluaran 69 dollaran?

  30. adinoto Says:

    # idarmadi Says:
    June 16th, 2008 at 6:46 pm
    Bagaimana mau tumbuh iklim investasi yang bagus di Indonesia? Tidak ada jaminan hukum dan keamanan, tidak ada tax insentif, tidak ada jaminan aman dari ‘oknum’ birokrat. Tau engak sih berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengurus ijin usaha? Yes, kita mau usaha dan mau minta ijin saja birokrasinya terbelit2.

    Lagian apa untungnya bikin, misalnya pabrik di Indonesia? Tenaga kerja tidak terlalu produktif, plus rentan demo. Apalagi barang fastmoving kayak perangkat komputer. Kalo banyak brand Amrik (HP, IBM, dan Apple) saja pesan barang di Cina, apa daya serap Indonesia cukup signifikan untuk bikin pabrik?

    Jangankan pabrik elektronik, saya kenal sebuah pabrik tas wanita yang sudah ganti jadi importir dengan 2 alasan utama : 1. tidak pusing dengan masalah karyawan. 2. tidak pusing dengan barang mati.

    => Hahahaa, gua paling demen sama idarmadi ini. Paling bisa baca pikiran gua. Boss, kalo gua jadi Presiden, lu pasti dapet posisi di kabinet. Biar kata ngeres, otak lu encer juga ternyata wakakaka *ngacirr 😀

  31. pasarsapi Says:

    kalo adinoto jelas merk lokal dan bukan re-label. Asli kendal. :))

  32. Rafki RS Says:

    Menurut saya, memang sudah saatnya pemerintah mulai memilah-milah investasi yang masuk ke Indonesia. Bukan seperti sekarang semua investasi diundang masuk, walaupun investasi itu cuma untuk mencari untung sesaat yang tidak berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

  33. iman Says:

    om,..safariku kok ga bisa buka yahoo mail ya? carany piye si? hehehe maklum gaptek

  34. Remo Harsono Says:

    Boss, pemerintah sebenernya ya tau masalahnya koq… cuman males ngurus… abis butuh waktu lama… sementara “jam kerja” pemerintah cuman 5 taon…jelas gak balik modal kampanye atuhh 🙂

  35. ebong Says:

    Bos sekalian mantab nih topiknya. salam kenal Ebong.

    Relabel cuma menguntungkan sebagian pihak.
    Konsumen mah pasti rugi.
    Bisnis di negara ini bisnis konco isme Bos.

    Ngusrus ijin aja setengan modar mau cepet ya biasa pakai uang tip.

    Contoh kasus untuk setipa tipe HP yang masuk perusahaan harus membuat ijin di dirjen haki.

    Kalau ikutin prosedur baru selesai 2 bln.

    Kalau pakai duit pelicin bisa 5 hari.

    Negara dagelan, dan pemerintah cuma bisa melakukan proses pembodohan yang akhirnya warganya bodoh beneran.

    wakakakakak nasib nasib

  36. adinoto Says:

    # Remo Harsono Says:
    June 17th, 2008 at 10:17 pm e

    Boss, pemerintah sebenernya ya tau masalahnya koq… cuman males ngurus… abis butuh waktu lama… sementara “jam kerja” pemerintah cuman 5 taon…jelas gak balik modal kampanye atuhh 🙂

    => Wakakak bener-bener-bener. Demen nih aku komentarnya mas 😀 wakakaka… Mangkanya apa kita masih layak pro demokrasi? Kalo pemerintahan putus sambung putus sambung gini yang ada duit rakyat abis buat pilkada dan pemilu terus 😀

  37. bintang Says:

    Emang bener lah pemerintah ini mis management, sampe sekarang keliatanya belum ada yang bner2 melek nih di Government, semua masih berupa wacana perubahan, belum jalan di track yang bener nih, dan percepatannya juga gak signifikan. trus gimana any solusi?? dari sekedar menyalahkan sistim yang memang udah salah? Kang adi yang dengan niat (insyaAlloh tulus yah kang) jadi walkot dengan visinya, banyak hambatan dari birok juga dari preman, punten menurut saya sekrang yg pnting ngedidik masarakat dari yang muda sampe yang uzur supaya bisa mencerna kalo perlu pake istkharah untuk milih wakilnya, dididik diberi wacana dan wawasan untuk gak milih hanya berdasar warna aja, baju atau indomie lima bks, makasih banget ntuk semua yang udah menularkan wawasannya ke masyarakat, terutama ekonomi kelas bawah yang biasanya mudah banget dibeli dan dibiaskan oleh pujangga pujangga partai, So Pendidikan buat rakyat must be free.

  38. masenchipz Says:

    yuk mari… mari om…. hiks…hiks…

  39. Hedwigâ„¢ Says:

    ow ternyata merek local, dikirain impor dari Taywan

  40. rumah Says:

    Bagus… hidup merk local… tapi jangan lupa kualitasnya yah

Leave a Reply

WP Theme & Icons by N.Design Studio
Entries RSS Comments RSS Log in