Logika Bagong (Berhitung Soal BBM dan BLT)

Social Add comments

Congratulations. Hari ini Dr. Sri Mulyani mengumumkan kenaikan BBM 28.7%, berarti harga Premium naik dari 4.500 rupiah per liter menjadi sekitar 5.800 rupiah per liter.

Hari ini juga demo mahasiswa dimana-mana mengingatkan kejadian 10 tahun yang lalu. Buat saya pribadi 10 tahun yang lalu adalah masa-masa kelam karena pada masa itu masih bekerja dan tinggal di Jakarta.

Salah satu pengamat muda di TV tadi (sorry lupa namanya), menyatakan dari hasil survey bahwa seorang jomblo hidup sendiri membutuhkan biaya hidup perbulan 753 ribu rupiah per bulan, sedangkan yang sudah berkeluarga/ngontrak/harus mengandalkan transportasi membutuhkan 1.800 ribu per bulan. Ajaibnya UMR sekarang dalam kisaran 900 ribu rupiah per bulan, nah yang saya ga ngerti “What the hell the government thinking kalo 50% lebih penduduk adalah pekerja disebut SUBSIDI SELAMA INI DINIKMATI OLEH ORANG KAYA”. Ajaib banget. Berarti 50% lebih penduduk Indonesia mungkin dianggap sudah mampu menghidupi dirinya sendiri (dan dijamin ga bakal terkena imbas karena kenaikan harga-harga barang, transportasi, dan lain-sebagainya sebagai efek domino kenaikan BBM).

Yang lebih ajaib adalah pemerintah dengan menyatakan dengan mantra ajaibnya bahwa SUBSIDI, TIDAK TEPAT SASARAN, dan jargon-keren itu, mengalihkan “so called subsidi” itu ke Bantuan Langsung Tunai. Yang gua ga habis pikir, sebenarnya nilai yang disubsidi itu berapa? Dan apa setara dengan nilai Bantuan Langsung Tunai yang akan pemerintah berikan ke masyarakat miskin? Kalo setara = neraca tetep defisit dong boss? Kalo gitu = basa-basi doang BLT nya dong (boleh dong gua asumsi gitu). Lagian bukannya “Fakir miskin, anak yatim, dan orang-orang terlantar dipelihara oleh Negara?” Terakhir gua cek waktu gua SD ya gitu tuh bunyi UUD’45.

Emang pemerintahan ini keblinger semua. Mungkin lebih tepat gua cuma bisa deskripsikan “Yang Jadi Pejabat Kelamaan Jadi Orang Gedongan, Ga Pernah Ngerasain Jadi Rakyat!! Sekem semua…”.

Udah deh lah kita cuma rakyat cuma bisa nerima. Yang ruling negara kan mereka-mereka eksekutif. Yang problem itu sebenarnya bahwa nilai rupiah ini sekem sekali dan tidak mungkin memenuhi kebutuhan hidup orang banyak.

Lah wong kita aja pengusaha swallow (swasta loyow) masih ga ada tai-tainya penghasilannya sama kacung kerah putih di luar negeri. Lah Presiden gajinya aja masih ngiri sama Direktur BUMN. Presiden gajinya 65 juta, Direktur BUMN bisa 300jt lebih belum tunjangan ini itu. Nah problemnya gaji segitu sih terakhir gua liat sama dengan gaji engineer biasa di luar negeri. 🙁

Rupiah rupiah. Nasibmu kini.

38 Responses to “Logika Bagong (Berhitung Soal BBM dan BLT)”

  1. idarmadi Says:

    Yeah…. Pertamax (Rp.8.950/lt)!!!!

    Kalo kita perhatikan… tuh Bapak SBY kita yang tersayang kayaknya agak gemukan yah… 🙂

  2. adinoto Says:

    idarmadi Says:
    May 21st, 2008 at 6:56 pm e
    Yeah…. Pertamax (Rp.8.950/lt)!!!!

    Kalo kita perhatikan… tuh Bapak SBY kita yang tersayang kayaknya agak gemukan yah… 🙂

    => Kegemukan itu biasanya bisa 2 penyebabnya brur, satu busung lapar, satu lagi sindrom orang gedongan. Ga tau deh si Bapak masuk kategori mana.

  3. Rizki Afta Says:

    Seandainya saat dulu indonesia kebanjiran rupiah gara2 booming minyak tahun 70an trus bangun banyak refinery yg bagus yg bisa mengolah minyak bagus dari sumur indonesia, kan gak kayak gini kejadiannya.

    Net importir tapi juga eksportir besar minyak mentah kualitas bagus yg gak bisa diolah di Indonesia..

    Nasib.. nassib..

  4. idarmadi Says:

    wah kalo busung laper mah bukannya gemuk, tapi buncit. 🙂

    Lihat tidak di TV pada tanggal 20 Mei jam 19:00, puncak perayaan 100th hari kebangkitan nasional? dengan artis2 papan atas, dengan ribuan penari, dengan ribuan tentara nari poco2. Berapa biaya yang dikeluarkan? Lihat penontonya? Ada tidak diantara penonton itu masyarakat2 marginal seperti anak2 jalanan, pemulung2? (cmiww yah, soalnya gw engak melihat mereka). Yang gw lihat adalah orang2 kaya, saudagar2, dan para politisi tambun yang tertawa tertiwi. MIRIS TIDAK SIH, dimasa kita dianjurkan untuk ‘HEMAT’ (gw sih bilang ‘PRIHATIN’) BBM dan Listrik, dan banyak orang antri minyak tanah, gas dan bbm. Banyak orang stress karena ekonomi yang sulit. KOK BISA ADA HAJATAN KOLOSAL?

    Pemerintah memang sudah kehilangan nalar.

  5. adinoto Says:

    idarmadi said:

    wah kalo busung laper mah bukannya gemuk, tapi buncit. 🙂

    Lihat tidak di TV pada tanggal 20 Mei jam 19:00, puncak perayaan 100th hari kebangkitan nasional? dengan artis2 papan atas, dengan ribuan penari, dengan ribuan tentara nari poco2. Berapa biaya yang dikeluarkan? Lihat penontonya? Ada tidak diantara penonton itu masyarakat2 marginal seperti anak2 jalanan, pemulung2? (cmiww yah, soalnya gw engak melihat mereka). Yang gw lihat adalah orang2 kaya, saudagar2, dan para politisi tambun yang tertawa tertiwi. MIRIS TIDAK SIH, dimasa kita dianjurkan untuk ‘HEMAT’ (gw sih bilang ‘PRIHATIN’) BBM dan Listrik, dan banyak orang antri minyak tanah, gas dan bbm. Banyak orang stress karena ekonomi yang sulit. KOK BISA ADA HAJATAN KOLOSAL?

    Pemerintah memang sudah kehilangan nalar.

    => Yoi bro, syarat jadi orang tidak miskin di Indonesia. Sekolah yang tinggi, kalo perlu jadi DOKTOR, terus pinter ngomong, terus pake bahasa Inggris dikit, latih deh itu kepinteran ngomong,… soal rakyat? Ah sebodo teuing, tinggal ngomong…

    “Kita kasih rakyat itu makan, karena rakyat itu kalo ga makan ga bisa (BLT), baru kita kasih pancing, kita ajarin mancing.. nanti semua jalan bla bla bla”… Pakkkkk buuuu.. yang pinter-pinter sekolahnya, buru2 mo diajarin mancing, keburu mateee semua!

  6. sai Says:

    ” Bangkit itu sedih ” … mengutip deddy mizwar di tayangan teve ..

    Gua sedih ngeliat acara itu kemarin … sepertinya penyakit Orde Baru kambuh lagi .. serba bangga dengan jargon “yang ter-” … gigantisme … hura2 cingcing …
    hiks … sampe ngelayat ke almarhumah SK Trimurti yang notabene termasuk pahlawan bangsa ditunda sampe saat terakhir …
    Ikut berduka pula untuk Bang Ali Sadikin … secara gua lama tinggal di jakarta dan masih kerja di jakarta bo’ …

  7. adinoto Says:

    sai:
    Ikut berduka pula untuk Bang Ali Sadikin … secara gua lama tinggal di jakarta dan masih kerja di jakarta bo’ …

    => Pelajaran buat politisi daerah sekarang yang hobby bawa-bawa issue kedaerahan. Bang Ali ini kelahiran Sumedang! Terus apa masih diragukan kearifan, pemahaman akan masalah, dan dedikasinya buat Jakarta?

  8. Bi[G] Says:

    trus kenapa berhenti mencalonkan diri jadi walikota kang? – kangkung….:D

  9. Arvino Mudjiarto Says:

    Di dalam suatu negara, yang namanya “rakyat suatu negara” itu ya SEMUA orang yang tinggal di wilayah negara yang dimaksud. Dalam konteks itu, pemerintah suatu negara wajib memperhatikan harkat hidup seluruh rakyatnya: tidak pilih-pilih miskin, kaya, sedang, apa lagi kalau pakai tolok ukur yang belum “terkalibrasi sempurna”.

    Wong, rakyat yang milih presidennya semuanya, kok yang dijadikan alasan harus diperhatikan pemerintahnya “cuma” yang sangat miskin aja.

    Kenapa tidak begini: Majukan yang kaya, agar yang kaya bantu yang miskin, pandaikan yang miskin agar bisa bantu yang kaya. Kaya atau miskin bukan alasan bagi pemerintah untuk “pilih kasih” dalam kebijakannya. Wong semua nya rakyat kok.

    Menyuapi rakyat itu sama dengan membuat mereka semakin bodoh. Tidur-tiduran saja kok dikasih uang. Yang harus di dukung pemerintah itu bukan soal “kaya atau miskinnya”, tapi dampak suatu policy baru itu produktif bagi rakyatnya yang mau bekerja atau tidak.

    Rakyat yang tidak mau kerja ya harus di-“marahi” agar mau kerja. Rakyat yang mau kerja ya harus di-dukung terus. Jangan yang tidak mau kerja (lantas menjadi miskin) lantas terus-terusan dikasih subsidi ini itu, sementara yang kerja kerjas dihukum nista seenaknya melulu.

    Penilaian objektifnya harus terhadap “upaya dan manfaat” dari upaya setiap rakyat tadi untuk memajukan bangsanya. (Misal si “kaya” diberi insentif ya tidak apa-apa, asalkan insentif pemerintah tadi misalnya akan digunakan si “kaya” tadi untuk bisa tumbuh besar dan mempekerjana 15,000 orang pekerja misalnya). Di Amerika, apa salah kalau ada banyak company “kaya” yang tumbuh besar? Microsoft yang kaya, Google yang kaya, Yahoo yang kaya, YouTube yang kaya, IBM yang kaya, Ford yang kaya .. malah menciptakan lapangan kerja dan memajukan bangsanya kok.

    Di India juga sama: Infosys, dan banyak perusahaan “kaya” lainnya ya justru mengangkat harkat martabat bangsanya semua.

    Di Jepang: Sony, Matshushita, Honda, Toyota, ini semua contoh-contoh perusahaan miskin yang karena kerja keras pendirinya menjadi kaya, tapi menunjukkan bahwa kekayaan mereka ternyata bukan menjadi “hal yang salah”. Justru karena mereka “semakin kaya”, bangsa dan rakyatnya (yang kaya dan yang miskin) malah bisa semakin maju.

    Kaya bukanlah suatu kesalahan. Miskin juga bukan suatu kekeliruan. Suatu pemerintahan tidak berhak sebenarnya untuk “pilih kasih” untuk si kaya atau pun si miskin. Semua warga adalah “RAKYAT suatu negara” yang memiliki HAK SAMA.

    Yang harus diberantas sebenarnya adalah “kebodohan”, “kemalasan”, “ketidakjujuran”, “kecurangan”, … hal-hal yang membuat bangsa ini semakin bodoh dan ketinggalan.

    Wong, kalau si A menjadi “kaya” karena dia bekerja keras untuk bangsanya kok si A ini harus “dihukum terus” sekedar karena si B (yang super malas) menjadi “miskin” (karena tidak mau kerja) ??? Ini policy model “pilih kasih” yang mungkin tidak 100% tepat guna bagi kemajuan bangsa.

    Dukung si kaya atau pun si miskin yang mau bekerja keras berpikir, bertindak jujur dan berupaya tulus sepenuhnya untuk kemajuan bersama, dan bangsa seutuhnya. Policy seharusnya di arahkan untuk mendukung produktivitas dan pertumbuhan mereka (baik si kaya mau pun si miskin). Bukan di “pilih kasih pilih kasih” dalam konteks statistik yang tidak tepat guna.

    Memangnya kalau seorang orang tua memiliki 3 anak, boleh pilih kasih sayang sama anak ke 3 saja (karena dia lebih malas dan tidur melulu — sehingga menjadi “miskin”) sementara anak ke 1 (yang sekolah, bekerja keras terus, dan kaya) dan ke 2 (yang sekolah, bekerja keras terus, dan “hampir miskin”) diabaikan saja, bahkan “dihukum” terus disuruh “push up” dan “angkat beban” yang lebih berat tiap hari, hanya karena mereka tidak masuk dalam kategori “miskin” yang dibuat sendiri oleh orang tuanya.

    Wong punya anaknya 3 kok yang diperhatikan 1 saja. Orang tua manapun – seharusnya — selalu bertanggung jawab untuk SEMUA anaknya, tentunya.

    Model “pilih kasih” ini, setahu saya belum pernah terbukti efektif di dalam tatanan suatu negara. Jika salah-salah diimplementasikan, tujuan yang semula “baik” ini malah menjadikan si “malas” semakin malas, dan di “kerja keras” dihambat kemajuannya.

    Visi, dan cita-cita pemerintahan suatu negara adalah untuk memajukan seluruh rakyatnya. Prinsip adil itu seharusnyta sama bagi SELURUH rakyat. Bukan dipilah-pilah. Wong waktu milih presidennya, prinsip dasarnya 1-man-1-vote juga kok. Kok bisa waktu berupaya maju nya, 80% dari pemilih tadi “ngga dianggap” kehadirannya, malah terus menerus dihukum paksa??!

  10. woelank Says:

    coba bisa request, kurangi subsidi buat anggota dewan, udah mulai keenakan tuh dengan segala tunjangan, “studi banding”, dan tetek bengek lainnya. sebenarnya jumlah para dewan itu berapa banyak yah? kok yg kelihatan itu2 aja, sisanya pada ngapain?

  11. Rafki RS Says:

    Semua bentuk subsidi baik berupa subsidi BBM ataupun Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan subsidi lainnya, pada hakikatnya kurang baik bagi rakyat itu sendiri.

    Subsidi adalah bentuk langkah-langkah politik pemerintah untuk menarik simpati masyarakat. Tapi tanpa disadari subisidi adalah racun di dalam anggur yang sangat nikmat. Kelihatan begitu membantu masyarakat tapi sebenarnya membunuh masyarakat secara perlahan-lahan.

    Untuk itu, sudah sewajarnya segala bentuk subsidi itu perlahan-lahan dihapuskan agar bangsa ini betul-betul bangkit dan masyarakatnya bisa mandiri.

  12. leah Says:

    Seperti kalo kaum hawa( adam juga kali yah ) liyat barang yang di diskon, matanya langsung jadi $$.

    Rakyat kalo dah dengar BLT ato subsidi jadi $$ juga.

    Padahal itu hanya permainan aja…

    salam kenal pak.

  13. riff Says:

    HENTIKAN KETERGANTUNGAN PADA US$ !!! BERALIHLAH KE EURO !!!

    Tp berani ga yah pemerintah?? bisa2 jadi Iraq jilid 3 🙁

  14. Bukan SBY Says:

    Yang gua ga habis pikir, sebenarnya nilai yang disubsidi itu berapa? Dan apa setara dengan nilai Bantuan Langsung Tunai yang akan pemerintah berikan ke masyarakat miskin? Kalo setara = neraca tetep defisit dong boss? Kalo gitu = basa-basi doang BLT nya dong (boleh dong gua asumsi gitu).

    Pertanyaan yang bagus!

    Ada gosip yg lagi hot dikalangan tertentu, bahwa Pemerintah (SBY!), memanfaatkan momentum ini justru untuk memenangkan Pemilu 2009. Kira2 skenarionya begini. Selain BLT ada dana sekitar Rp 64 Triliun yang disiapkan untuk membantu sekitar 64.000 desa, masing2 desa dapet Rp 1 Milyar. Cuma dana ini tidak terlalu transparan Pemerintah ngomonginnya. Mari kita sama2 cek bener tidak gosip ini, karena kalao bener dana Rp 64 T itu sama saja dengan dana ‘kampanye SBY secara tidak langsung’!

    Inilah salah satu agenda tersebunyi (hidden agenda) Pemerintah untuk memenangkan Pemilu 2009!

  15. Yoyo Says:

    kok pada pesimis sih, sebuah kebijakan tidak akan pernah memuaskan semua pihak, berfikir jadi orang biasa saja, tetap semangat bekerja, rejeki Alloh yang ngatur, kami dukung Pak SBY ! Hidup semua Pakar Balsem !

  16. adinoto Says:

    # Yoyo Says:
    May 22nd, 2008 at 9:36 am e

    kok pada pesimis sih, sebuah kebijakan tidak akan pernah memuaskan semua pihak, berfikir jadi orang biasa saja, tetap semangat bekerja, rejeki Alloh yang ngatur, kami dukung Pak SBY ! Hidup semua Pakar Balsem !

    => Semua tetep semangat bekerja dan hidup yang normal kok Pak. 😀 Blog ini juga dari dulu memberikan kritikan kepedulian tanpa harus menjadi yes man. 🙂

    Rejeki Alloh yang ngatur? Wah, kalo BBM kayaknya pemerintah yang ngatur pak :D… hehehe kalimat diatas itu bukan ajakan diskusi tapi end-point. 🙂

    Salam dan sukses semua. Selamat menjelang kenaikan barang dan get used to it.

    Cheers,

  17. Anusapati Says:

    Ketahuan kan siapa sponsor utama pertentangan antar kelas (miskin vs kaya)? Ternyata bukan NGO tapi….penguasa

  18. ario saja Says:

    waduh rakyat sing kere tambah kere…

  19. vicong Says:

    IMHO sayang sekali pemerintah saat ini terlalu sering membuang-buang uang untuk kegiatan seremonial & promosi nggak jelas (malah sering ditumpangin jadi ajang narsis pejabat alias nebeng kampanye). Con:

    * Kemarin hari kebangkitan nasional diperingati pemerintah dengan hura-hura & seremonial dgn istilah cuma 100 th sekali, daripada acara milyaran tsb nasionalisme rakyat bisa lebih bangkit ketika menonton Thomas & Uber Cup…sayangnya kalah euy kemaren.

    * Acara seremonial penurunan bendera di Istana Negara (Gelar Senja) dgn memblokir beberapa jalan protokol sekitar istana saat jam pulang kerja sukses menciptakan kemacetan & penderitaan rakyat yang sial melewati area sekitar Monas & Gambir saat itu… bukannya jadi lebih nasionalis..sumpah serapahlah yang keluar dari mulut mereka.

    * Iklan anjuran membayar pajak ada dimana-mana.. padahal mana ada sih karena iklan tsb ada orang yang sukarela mau membayar pajak (termasuk aparat pajak sendiri) Jangan mimpi di negara maju seperti Eropa & AS saja orang membayar pajak karena terpaksa & dipaksa.. Uang iklan pajak itu lebih baik digunakan untuk hal-hal lain saja yg penting… bila sistem bagus & penggunaan uang pajaknya jelas, negara punya alat & alasan yang tepat untuk memungut pajak..

  20. bowie Says:

    guys…harga minyak kamis ini sudah menyentuh $US135/barrel…siap2x BBM naik lagi 🙂

  21. Usamah Says:

    Pemrintahan yang gelap mata dan hanya menerima usulan/nasehat ekonmi dari orang asing yg hanya tinggal seminggu-dua minggu di hotel sahid atau apalah. 🙂

    Pemerintahan yang sudah dikuasai dari balik layar oleh pemodal besar(kapitalis).

  22. kliwon Says:

    indonesia..dung..dung..dung..dung…

  23. darma Says:

    Bos Adinoto, BLT ada bagusnya biar duit orang kaya sekali sekali muter ke orang miskin sehingga duit yang berputar di orang miskin tambah banyak ( walaupun sementara ). Kondisi sekarang kan duit orang kaya muter muter di sesama orang kaya, coba yang mampu beli barang barang situ siapa, orang kaya kan? Hasil jualan duitnya situ puter lagi di properti, yang jual properti yang situ beli orang kaya juga kan? Berapa banyak yg situ keluarkan untuk jajan di warung dibanding yang situ belanjakan untuk membeli barang dari orang kaya silahkan itung sendiri….

    Nah memang perlu adanya kekuatan yang memaksa agar duit itu juga muter, kalau diserahkan ke kapitalis nggak akan muter itu duit karena memang orang kaya dan masyarakat kebanyakan hidup di dunia yang terpisah, orang kaya bergaul dengan orang kaya dan belanja sama orang kaya juga sehingga otomatis duitnya muter dikalangkan mereka aja demikian juga orang miskin belanja sama orang miskin jadi kalau orang miskin dikasih duit otomatis dia akan belanja sama orang miskin juga misal di kaki lima dan warteg apa tidak bagus itu, uang yang beredar dikalangan orang miskin tambah banyak?

  24. Yoyo Says:

    Boz Adinoto, saya termasuk penggemar opini-opini yang anda sampaikan di blog ini. Walaupun saya tidak setuju seratus persen dengan yang anda sampaikan, Namun saya sangat menghargai keberagaman pendapat. Yang perlu menjadi catatan disini adalah kiranya Boz Adinoto mau merubah gaya bahasanya menjadi lebih enak dibaca, kritik disampaikan tidak harus dengan bahasa yang kasar lowh. Benang merah seorang pemimpin yang sukses tentunya harus tetap menjaga lisan/tulisannya. Klo disampaikan dengan bahasa yang tidak berapi-api. boleh jadi apa yang disampaikan dapat didengar dengar oleh yang bersangkutan. Salam hormat..

  25. adinoto Says:

    Yoyo Says:
    May 22nd, 2008 at 10:45 pm e
    Boz Adinoto, saya termasuk penggemar opini-opini yang anda sampaikan di blog ini. Walaupun saya tidak setuju seratus persen dengan yang anda sampaikan, Namun saya sangat menghargai keberagaman pendapat. Yang perlu menjadi catatan disini adalah kiranya Boz Adinoto mau merubah gaya bahasanya menjadi lebih enak dibaca, kritik disampaikan tidak harus dengan bahasa yang kasar lowh. Benang merah seorang pemimpin yang sukses tentunya harus tetap menjaga lisan/tulisannya. Klo disampaikan dengan bahasa yang tidak berapi-api. boleh jadi apa yang disampaikan dapat didengar dengar oleh yang bersangkutan. Salam hormat..

    -> Terima kasih pak. Rasanya gaya bahasa saya masih dalam ukuran biasa-biasa aja. Dibalik apinya terpancar kesejukan yang dalam, karena niatnya untuk keperdulian rakyat semua maupun pemimpin itu sendiri.

    Latihan jadi seorang pemimpin itu emang berat pak, karena latihannya harus dimulai dari latihan baca/dengar dengan kuping tebal, ga gampang tersinggung dan berkuping tipis.

    Santun tidak selalu harus ditampilkan dengan mengangguk-ngangguk tanda selalu setuju kan pak. Saya cinta pemimpin negeri ini, tanpa mereka kita bukan sapa-sapa, tapi saya lebih cinta lagi rakyat. Pemimpin yang selalu mencintai rakyatnya itulah yang paling kita cintai.

    Semoga menjadi maklum. Salam hormat kembali Pak.
    Regards,

    Adinoto/

  26. Oskar Syahbana Says:

    Let’s see…

    Harga minyak tembus $125 per barrel (asumsi APBN $80). Ga cuma itu, harga komoditas pun naik juga, beberapa sampai 100% lebih.

    Di satu sisi pemerintah harus mencari cara untuk menutupi anggaran APBN supaya engga defisit. Kalau defisit = harus ngutang. Kalau ngutang, bisa2 kejadian taun 1997-1998 terulang lagi. Di sisi lain mereka juga harus tetep membuat kebijakan populis, pemilu 2009 sebentar lagi.

    If you’re in their position, what will you do? Pointing problems are easy, creating a solution is another matter.

  27. adinoto Says:

    # Oskar Syahbana Says:
    May 23rd, 2008 at 4:13 am e

    Let’s see…

    Harga minyak tembus $125 per barrel (asumsi APBN $80). Ga cuma itu, harga komoditas pun naik juga, beberapa sampai 100% lebih.

    Di satu sisi pemerintah harus mencari cara untuk menutupi anggaran APBN supaya engga defisit. Kalau defisit = harus ngutang. Kalau ngutang, bisa2 kejadian taun 1997-1998 terulang lagi. Di sisi lain mereka juga harus tetep membuat kebijakan populis, pemilu 2009 sebentar lagi.

    If you’re in their position, what will you do? Pointing problems are easy, creating a solution is another matter.

    => Kalo anda posting ini kemaren tanggal 23 May, salah. 23 May tembus 135 dollar per barel.

    Anggaran APBN ini mainan ukuran Trilyunan. Negara seperti ngurus budgetin perusahaan ato rumah tangga, tapi nilainya 700-900 trilyun. 135T untuk PLN, sekian untuk publik works (PU), sekian puluh T untuk Diknas, dll. Ini semua masalah mau merelokasi kebutuhan pengeluaran anggaran rumah tangganya ato ga? Satu lebih penting daripada yang lain. Kalo ibarat rumah bisa dipilih, lauknya mo dikurangi ato ga, menu dikurangi ato ga.

    Semua masalah budget mana yang harus mengalah dibanding budget yang lain. Tidak gampang dalam posisi demokrasi (yang harus memenangkan lagi game ini per 5 taonan yang berarti taon depan) dan tidak memiliki absolusitas dalam pengambilan keputusan (walaupun keputusan itu berpihak pada rakyat). Belum lagi efektifnesan program karena cuma menjabat 5 taonan. Mustahil. Intinya rakyat (SIAPAPUN PRESIDENnya) sulit mendapatkan hasil optimal dengan model demokrasi seperti ini. Kita pernah mengalami nya padahal taon 50an. Kenapa musti terulang lagi.

    Oscar said: If you’re in their position, what will you do? Pointing problems are easy, creating a solution is another matter.

    => Pointing the problems is 50 percents of the works, creating solutions is another 50 percents of the jobs. I’ve done my part and not trying to do what should be theirs.

    What have you done? Pointing on other people F fingers?

  28. Oskar Syahbana Says:

    #27: No, pointing the problem is probably less than 1% of the work. Even a junior high school graduate can do that. The other 99% is about execution, about solving the problem (not that I say I can solve the problem though…). If pointing a problem is only 50% of the work, I’ll be filthy rich by now because I’m so good at it.

    Loh iya memang masalah merelokasi dana. Dari hal-hal yg mubazir (subsidi, pengeluaran hanya 1 kali, ga ada investasi buat ke depan, bensin sekali dipake abis) ke hal-hal yg bermanfaat ke depannya (pendidikan, pengembangan energi alternatif, etc). Apakah gw setuju dengan pencabutan subsidi? Hell no, yg pertama kali kegencet justru rakyat kecil (even mereka ga menikmati BBM-nya, mereka juga merasakan inflasinya). But what other choice does the government have? You still haven’t answered my question, what will YOU do if you’re in their shoes? Relokasi anggaran? Pft… easier said than done.

    What have I done? Gw masukin devisa buat negara ini (come on… you know what I do for a living… it’s like transferring money from US to Indonesia really…). Artinya, no matter how small my part is, kesenjangan nilai tukar rupiah terhadap dollar bisa ditekan (again… not significant, but still). Now what have YOU done? (mau dilanjutin? Ga usah lah… maen pamer-pamer nanti ini ujungnya)

    PS: secara dialektika pernyataan gw bener… 135 <== tembus 125 kan?

  29. adinoto Says:

    Oskar Syahbana Says:
    May 23rd, 2008 at 4:46 pm e

    #27: No, pointing the problem is probably less than 1% of the work. Even a junior high school graduate can do that. The other 99% is about execution, about solving the problem (not that I say I can solve the problem though…). If pointing a problem is only 50% of the work, I’ll be filthy rich by now because I’m so good at it.

    => Yeah rite, it’s only 1% and junior high school can do that.

  30. Oskar Syahbana Says:

    Oh iya tambahan mas: pernyataan SBY dulu yang berjanji tidak akan menaikkan BBM bener2 BLUNDER BESAR. Bakalan diserang terus sama lawan-lawan politiknya untuk bahan kampanye. Dan apa2an pula sih si JK… kayak ga pernah belajar Economy 101 aja… “Subsidi dinikmati hanya oleh orang kaya…” Pft… my ass

  31. Oskar Syahbana Says:

    #29: Oh hey lagi online toh wokwokwok, eh YM lo apaan sih? Gw ganti YM nih… hwahahaha. Ah debatnya udah ah jangan dilanjutin lagi 🙂

    We clearly have a different point of view yg menurut gw bakalan susah buat disamain. Daripada berlanjut ke debat kusir dan akhirnya menuh2in comment di blog elo (kyk dulu wakakakakak).

    PS: add gw di YM donks… alamatnya sama kyk email yg gw kasih di posting ini

  32. 3dcom Says:

    untuk APBN tahun depan kita harus berasumsi bahwa harga BBM dunia akan mencapai 500US /barel.
    sanggupkah?
    Ayo para pakar ekonomi buat simulasinya dari sekarang, sebelum terjadi…biar kita udah siap-siap.

  33. 3rr0rists Says:

    THE GOVERNMENT TOTALLY SUCKS

  34. Vitra Says:

    pemberian dana BLT merupakan cuci dosa pemerintah untuk tahun 2009. Duit 15 Triliun itu merupakn post anggaran untuk bayar bunga utang negara…gelo’…
    kalu saya mah, mending 15 Triliun itu dipake untuk beli Saham Mac or Telkomsel, dan setelah itu benefit nya bisa di subsidikan ke negara…

  35. Teguh Aditya Says:

    BLT.. banyak yang ngomongin BLT ampe ampe kampus UNAS (Universitas Nasional) diserbu ama aparat kepolisian… (eh karna BBM) buka karna BLT

  36. Jauhari Says:

    Semangat.. tetap semangat dan majukan negeri…

  37. Adhitya Respati Says:

    Pemerintah kita sungguh manusia yang amanah.

    Dalam UUD Fakir miskin, anak yatim dan orang-orang terlantar dipelihara oleh negara.

    Dan saat ini semakin banyak ketiga golongan diatas

    Karena arti singkat memelihara adalah menjaga, merawat dan MEMPERBANYAK-nya

  38. Adhitya Respati Says:

    CONGRATULATIONS

    FOR

    SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
    and the partner
    JUSUF KALLA

    You are WON

    GREAT EVILS OF THE YEAR AWARD

Leave a Reply

WP Theme & Icons by N.Design Studio
Entries RSS Comments RSS Log in