Harga Diri Bangsa Tempe Kedele

Social Add comments

Salah satu kegagalan pemerintah dalam menguatkan mata uang negeri ini membuat persoalan baru, masyarakat yang mau tinggal diem dengan mengandalkan makan-pangan-papan seadanya mungkin bisa bertahan di dalam negeri di rumah dan masa depan yang penting tentrem aja (makmur nanti dulu). Masyarakat lain yang beruntung bisa bekerja dengan penghasilan gedongan pun dipermalukan saban kali ke luar negeri segala sesuatu selalu itung-itungan pake kalkulator (sekarang lebih keren pake HP ngitung kurs). Masyarakat papan bawah yang lost hope pun nekat bonek mau nyekem bangsa lain dengan memvolunteerkan diri menjadi TKI.

TKI persoalan serius. Karena mata uang negeri ini yang busuk, TKI menjadi seperti harapan buat sebagian orang untuk merubah nasib. At worse scenario, pembantu memperoleh 700 dollar sebulan ~ equal 7 juta rupiah dibawa ke kampung halaman. Bayangkan mimpi siang bolong apa orang desa bisa memperoleh 7 juta rupiah sebulan dengan pendidikan yang tidak sempat dinikmati (karena mahalnya pendidikan dan minimnya kesempatan — saya bukan penganut bahwa orang ga bisa pintar. semua orang bisa pintar, minimal dipintarkan apabila dikasih kesempatan).

Empat tahun yang lalu saya sempat salah gaya, naik Air Asia pertama kali bersama beberapa eksekutif disini dalam perjalan dinas ke Malaysia. Pakean udah stel yakin ganteng pake jas. Ciloko, ternyata isinya para TKI semua, bwakakaka… jadi deh serasa cukong mbawa para TKI ke Malaysia 😀 Even worse, begitu turun pun seperti “anak-anak kehilangan induk” mereka “digiring” khusus oleh para cukong beneran yang sudah menunggu di bandara dan nge pool mereka. Dooh. Bener-bener ngenes liatnya. Ngenes liat perlakuan para petugas bandara luar memperlakukan mereka seperti tidak ada maruah (harga diri, cakap Malaysia). Damn!

Coba perhatikan, kebalikannya trip dari Malaysia ke Indonesia pasti di set super subuh, alias biar penumpang lain dari mancanegara lain tidak merasa terganggu. Dooh. Lebih parah lagi kadang kita selaku pembawa paspor berkebangsaan Indonesia pun dipandang sebelah mata, dipandang rendah dan diperlakukan seperti TKI.

Tulisan ini bukan merendahkan TKI. Tapi saya justru 100% dibalik nasib para TKI ini. Mereka adalah contoh masyarakat negeri ini yang mencari dan mengupayakan sendiri solusi atas masalah ekonomi mereka. Tapi pemerintah kelihatannya gagal memperhatikan syarat-syarat agar para TKI jebolan Indonesia ini lebih dianggap dan dihormati ketimbang TKI jebolan Philipine misalnya.

TKI kita tidak diajarkan untuk tampil lebih berkelas. Kemampuan bahasa Inggris. Kemampuan dasar untuk menjadi pembantu pun tidak dibekali dengan baik. Coba perhatikan beberapa TKI dari negeri lain, Philipine misalnya, punya “jatah” liburan hari Sabtu. Itu kebijaksanaan dan nilai tawar dari pemerintah Philipine. Jadi buat anda yang demen kelayapan di Orchard Road, Singapore, ati-ati kalo ke Lucky Plasa, jangan main toel aja, banyak TKI Philipine nya disono bo’. Masyarakat Indonesia di sana juga punya tempat kumpul-kumpul, misalnya di City Plasa.

Sampai kapan pemerintah mau menegakkan harga diri bangsa tempe kedele ini ato emang perlu sekali-kali Presiden dan Wapres naik pesawat non exec bareng TKI? Rasanya ga perlu kalo semua jajaran bangsa ini perlu ada penekanan disiplin yang keras. Jangan kayak sekarang, semua ribut saling menjatuhkan. Presiden takut dijatuhkan DPR. Lah DPR pun lebih ga pake otak, Gubernur BI disikat. Kalo Gubernur BI (a.k.a The Fed nya Indonesia) udah dimasukkan hotel Prodeo, investor mana lagi yang berani investasi disini.

Negeri ini emang negeri Mob. Semua dipegang dengan kekuasaan gerombolan orang-orang yang sudah lupa mandatnya bahwa mereka adalah pemegang amanat rakyat. Kalo sudah begini, apa arti Reformasi? Mungkin sudah saatnya diperlukan adanya kudeta militer? Ah mana siap rakyat. Kalo dikudeta nanti dibilang semena-mena pula. Gitu deh nasib apabila pendidikan tidak terperhatikan.

21 Responses to “Harga Diri Bangsa Tempe Kedele”

  1. Vitra Says:

    Pemerintah sulit sekali memberikan keterampilan yang layak dan memadai untuk TKI sehingga mereka tidak bisa mendapatkan pekrjaan yg layak.ketika mereka sdh di overseas, gak ada perlindungan terhadap mereka,yang ada juga di peras terus (kasus mantan kedubes malaysia) bahkan di lecehkan.
    pernah saya satu flight ke hongkong dengan TKI,mereka lugu2 sekali.Di atas pesawat nge-lucu. Paling umum adalah salah tempat duduk, ada yang pencet2 memainkan monitor di belakang headrest, ada kemudian ada yang pake balsem gitu, weks menyengat sekali. dan yang lebih tolol adalah berak di lavatory namun tak di-flush—-spertinya tak tahu cara pakai nya

  2. adinoto Says:

    1. Vitra Says:
    February 4th, 2008 at 11:24 am e

    Pemerintah sulit sekali memberikan keterampilan yang layak dan memadai untuk TKI sehingga mereka tidak bisa mendapatkan pekrjaan yg layak.ketika mereka sdh di overseas, gak ada perlindungan terhadap mereka,yang ada juga di peras terus (kasus mantan kedubes malaysia) bahkan di lecehkan.
    pernah saya satu flight ke hongkong dengan TKI,mereka lugu2 sekali.Di atas pesawat nge-lucu. Paling umum adalah salah tempat duduk, ada yang pencet2 memainkan monitor di belakang headrest, ada kemudian ada yang pake balsem gitu, weks menyengat sekali. dan yang lebih tolol adalah berak di lavatory namun tak di-flush—-spertinya tak tahu cara pakai nya

    => Waduh sampe segitunya ya boss. Sampeyan blum pernah ketuker sama TKI kan? 😀 Gua sih paling sering dicegat orang Imigrasi Singapore… ditanyain ngapain… dudulz juga, muke gue muke cukong kale ye… terpaksa pake cas cis cus bilang sekem dulu biar ngeper mereka. 😀

  3. Ade Says:

    Entah kenapa ya, pemerintah kita ga bisa berupaya *ato emang ga niat?* naikin bargain position SDM-nya.. Bahkan dengan bangsa “serumpun” aja kek gitu.

  4. christiono Says:

    mari kita galang kekuatan bangsa ini pak 🙂

  5. Adham Somantrie Says:

    “..ketimbang TKI jebolan Philipine misalnya….”

    “Singapore, ati-ati kalo ke Lucky Plasa, jangan main toel aja, banyak TKI Philipine nya disono bo’.”

    TKI Philipine? TKP kalee… Tenaga Kerja Pilipin… 😀

  6. didats Says:

    duh, ngomongin tki, gw jadi miris.
    harga diri bangsa indonesia sudah habis, bahkan secara ekstrim, mungkin gag ada lagi di negara2 tempat para tki berada. apalagi di negara arab.

    *pusing ah*

  7. Iman Says:

    Marwah (pride), adalah istilah yg paling tepat, sesuatu yg hilang dalam kamus TKI kita. Mungkin krn sudah dipersulit dan dilecehkan oleh bangsa sendiri (baca: oknum aparat) sejak sebelum mereka berangkat ke luar negeri. Akibatnya, di luar negeri pun TKI merasa sudah “biasa” utk dilecehkan dan diletakkan pada status yg kurang baik di pasaran buruh manca negara.

    Pinoy (atau TKP) itu terorganisir, misalnya OVF (Overseas Filippine Workers).
    Pinoy itu berpendidikan lebih baik, mengingat tujuan mereka ke LN adalah utk cari pengalaman, memperlancar bahasa, dan bukan semata uang. Banyak pinoy yg lulus dari smU/Diploma/sarjana dan pergi ke luar negeri dengan bekal bahasa Inggris yg cukup dan punya “survival pack” yg mumpuni utk tinggal di kota2 modern (tahu bergaul dgn infrastruktur modern)
    Pinoy diberikan kesempatan kerja yg luas oleh depnaker filipina sendiri dan bukan dipersulit.
    Pinoy memiliki kerjasama yg rapat, satu pinoy akan memanggil pinoy lain utk bekerja bersama di saat ada peluang atau lowongan kerja yg lebih baik di tempatnya.
    Nah bagaimana utk memperbaiki kondisi TKI kita ?

  8. andriansah Says:

    emang miris liat nasib para TKI

  9. ricky Says:

    gw siy… walaupun perang dunia ketiga meletus, dan para TKI pada lieur, gw siy tetep dukung persib… itu juga kalo gak ketiban batu,
    vote aa noto for ketua persib…
    *ngaleos*

  10. Dedy Says:

    Asyik… jd TKI aja ahh… gaji lebih besar daripada jd profesional IT di negeri ini… + gw juga kan bisa melatih B. Inggris gw biar sesuai dengan kriteria TKI nya macnoto… hehe… Mau jadi bandar TKI g kang?

  11. Sandal Says:

    Emang banyak TKP (Tenaga Kerja Pilipin) yang bayut ya? 😀

  12. adinoto Says:

    # ricky Says:
    February 4th, 2008 at 2:18 pm e
    gw siy… walaupun perang dunia ketiga meletus, dan para TKI pada lieur, gw siy tetep dukung persib… itu juga kalo gak ketiban batu,
    vote aa noto for ketua persib…
    *ngaleos*

    => Bwakakakaaa hidup babotoh 😀 iyeuh babotoh pada rek jadi TKI teu? *ngacirrrr 😛

  13. adinoto Says:

    # didats Says:
    February 4th, 2008 at 1:23 pm e

    duh, ngomongin tki, gw jadi miris.
    harga diri bangsa indonesia sudah habis, bahkan secara ekstrim, mungkin gag ada lagi di negara2 tempat para tki berada. apalagi di negara arab.

    *pusing ah*

    => Lu kan bukan TKI dats, ngaku lu kan selalu orang Malaysia kekekeke *ngacirrr 😛

  14. Firman Says:

    Itu di Malaysia, A Noto. Kalau di Jepun, lebih bagus orang Indonesia, kalau orang Filipina dianggap negatif (berkaitan dengan perempuan). Pemerintah Jepang juga cerdas ngakalin spy dapat buruh murah, istilahnya magang sambil kursus Bahasa Jepang. Win-win solution lah.

  15. IMW Says:

    Kalo gua naik pesawat terutama ke Eropa selalu pakai jas. Bukan karena pengen keren tapi buat nge-scam bawaan. Lumayan di tiap kantong jas bisa gua taruh text book, coklat dll. Total di jas bisa sampe 4-5 kg hehehe Mirip inspektur gadget lah.

    Maklum cabin-bag sekarang sering ditimbang max 8 kg, jadi 4 kg di jas itu berarti banget boss.

    Salah satu hobby gua di airport LN adalah marahi petugas yg suka semena-mena ama TKI. Enak aja memperlakukan orang Indonesia sembarangan.

  16. Dedhi Says:

    Sebagai seorang majikan TKI di Singkapur, saya perlu memberikan sedikit koreksi supaya mereka tidak dipandang dengan salah :
    1. Kaum TKI yang jadi maid, income bersih per bulan biasanya cuman 280-300 SGD. Sisanya yg diklaim 700 dole itu masuk ke kantong gahmen seperti Singkapur. Katanya sebagai maid levy.
    2. Dari gajih 280-300 dole itu, 8 bulan gaji pertama gak diterima karena kudu bayar utang ongkos ongkos mengirim TKI ke luar negeri. Bandingkan dengan Pinoy OFW yg rata rata cukup mengutang 3 bulan gaji. Emang koplok pisan ya orang orang Indo itu, terbang dari Jakarta ke Batam naik Air Asia/Adam Air lalu nyebrang ferry aja ongkosnya lebih mahal dari terbang 4.5 jam dari Manila naik Singapore Airlines yang pakai ciduk ciduk 60 filem+ratusan muzik dan service mempuaskan pakai makan kenyang dan ice cream. Dasar orang Indon emang koplok, maunya digoblokin cukong.
    3. Pinoy OFW bisa dapat libur hari Minggu karena kudu ke gereja….bagus tuh ibadah. Sementara TKI kudu masak babi dan gak libur. Beruntung kalo dapat majikan berkerudung, sementara yg lain kudu tanda tangan BERSEDIA MASAK BABI.
    4. Berhubung ane pernah beruntung punya budak Pinoy … eh salah Pinoy OFW, dan tinggal di negara Pinoy selama 3 tahun, perlu dijelaskan sejelas jelasnya kalau Pinoy itu lari dari negaranya bukan mau cari pengalaman. Tapi emang di sana juga kepepet. Jadi dokter aja cuman dibayar US$300 sebulan. Ya minggat lah. Tapi emang Sinkapur jadi pijakan pertama biasanya. Jadi lutju deh, di CV para budak….eh Pinoy OFW itu ada yg IT Engineeer, bersedia bersih bersih asalkan jam tertentu. Lucu juga. Habis kontrak, kabur deh ke Ozzie atau ngAmrik
    5. Pinoy OFW emang biasanya tampangnya lebih manis daripada TKI, makanya yang ke Jepang emang biasanya targetnya jadi lonte. Itu pengalaman dari maen maen ke striptease bar di Cubao, Angeles dan Makati, hampir semua yang OK OK pada kursus Jepun atau pernah dari Jepun. Mereka laku sekitar 50.000 Yen ST, itu sekitar US$500. Sementara yang di Singkapur jadi makanan buruh buruh Bangla/India dengan ongkos sekitar US$20 ST.

    Nah sekian sedikit pembahasan. Biar vulgar, tapi biar bikin mata tetep melek. Biar tahu apa rasa hati ini kalo lihat para TKI itu pulang tapi masih dikuya kuya sama orang di bandara.

  17. rendy Says:

    lu lagi di malay yah ?

  18. devari Says:

    sekedar info dikit. saya (dan 80an orang Indonesia lainnya) juga TKI di Karibia. rata2 penghasilan 10 jt – 25 jt sebulan, tergantung job description. diperlakukan baik kok. malah kita disebut expatriat.dikasi akomodasi sekelas hotel bintang 3 juga makan lunch dan dinner. kerja 6 hari seminggu. ada asuransi kesehatan dan tiket dibayarin pulang pergi. 🙂

  19. adinoto Says:

    To Pak Iman, Kang Dedhi:
    Thanks atas sharing infonya kang! Bagus banget.

  20. ekSi Says:

    Hi Mas Adinoto, Salam Kenal.. 🙂

    Mau komentar aja sih, kebetulan saya lagi tinggal di KL, Malaysia. Sempet ngobrol sama TKI asal Surabaya yang jadi mbak-mbak laundry dan setrika baju di condo tempat saya tinggal. Dia cerita, sebelum dia dikirim kesini, dia sekolah dulu lhoo.. Setahun kalau gak salah. Di sekolah itu, disiplin banget, mirip pesantren. Pagi2x dibangunin subuh, olahraga, mandi, belajar, beresin kamar, dll. Sampai diajarin bahasa Inggris segala. Lumayan pinter sih. Pas ngobrol juga enak. Dia malah sering ngobrol bahasa Inggris sama tenant lainnya 🙂 Hehehehe

    Gaji dia per bulan, dipotong untuk uang “sekolah” sebelum dia dikirim kesini. Tapi yah emang gitu, gak ada hari libur sama sekali. Trus setelah 2 tahun, baru boleh pulang ke Indo. Padahal dia punya keluarga, anaknya 2. Kebayang gak sih, gimana kangennya 🙂

    Well, saya sih salut sama orang-orang seperti itu. Demi kehidupan yang lebih baik, mereka rela berkorban. Dua tahun gak boleh pulang tuh, rasanya terpenjara sekali lhooo.. Saya sih kira-kira bisa ngerti perasaan dia 😛 Hehehe

    Jadi tuh kalau rakyat Indonesia tiba-tiba marah-marah kalau lagi ada konflik sama Malaysia, menurut saya jatohnya jadi “Tong kosong nyaring bunyinya”. Wong dirinya sendiri gak bisa menghargai rakyatnya sendiri (sampai mereka harus pergi jadi TKI karena negaranya gak memikirkan nasib mereka), gimana negara lain mau menghargai Indonesia. Ya gak?? 😉

    Anyway, in my stupid opinion sih 😀 hehehe

  21. agus nurhadi Says:

    wah mikir tki ya??
    semua lagi mikir negeri sendiri alias perut masing-masing,puayah deh nurutku.
    perut pejabat tambah tebel perut rakyatnya sering kosong.
    yach lari ke negeri kaya eh jadi penjara.
    wah…wah…jadi tontonan tv se tanah air.

    apa yang sebenarnya terjadi yach????
    nasib rakyat indonesia jadi budak,budak romusha seperti zaman dulu.
    budak zaman modern kayak gini wah….sudah gilaaa…..

    besok (masa depan) budak apa lagi yang lebih modern ya?

    ini di sebut neraka di dunia nanti bila mati mudah-mudahan masuk surga.

    coba ingat mantan presiden soeharto.
    dia berkuasa melawan politik terutama mahasiswa,berkuasa amat lama.
    akhirnya lengser dan mati.
    siapa yang sebenarnya berkuasa lebih lama?jelas itu tuhan.

    luar negri memang mau jadi tuhan dan kita budaknya.
    sudah tau siapa yang berkuasa yang sebenarnya?

    luar negeri memang ga sadar tuh?
    apalagi pejabat negeri sendiri?

    sadarlah……
    sadar……

    bukan masalah indonesia ini masalah kekuasaan duniawi yang penuh fana(sebentar),penuh tipu daya.seperti dalam al Qur”an.

    menurutku ya gitu.

    kebenaran terletak pada al Qur”an(yang memberi peringatan)bukan manusia,negara,dll.

    manusia biasa tak kan mampu melihat tuhan langsung,
    lihat saja seorang nabi saja melalui perantara malaikat kecuali nabi musa.

    gimana dengan manusia?
    manusia pengen liat,wahhh…..
    bayangan yang paling sulit di jangkau untuk manusia yang masih hidup.

    kita memang manusia lemah.
    tergoda setan dengan mudah.

    peringatan apalagi……..
    ini membuktikan kebenaran isi al Qur”an.

    kalo kristen jelas sudah melihat tuhan.kalo islam jelas tidak yakin itu tuhan manusia.

    dunia ini penuh kepalsuan seperti yang di katakan al Qur”an.
    aku yakin kebenaran kebanyakan di salahkan.

    gimana menurut kalian??

Leave a Reply

WP Theme & Icons by N.Design Studio
Entries RSS Comments RSS Log in