Guru, Pendidik, Pengajar, dan Menelurkan Generasi Yang Bermutu

Social Add comments

Terkenang dengan ucapan Kaisar Hirohito ketika negerinya dibom pada perang dunia ke-2, bukannya bertanya “Berapa banyak rakyat kita yang meninggal?” malah menanyakan “Berapa banyak guru kita yang tersisa?” menunjukkan kearifan seorang pemimpin kelas dunia yang percaya bahwa bangsanya dapat dibangun kembali dengan adanya para guru.

Tergelitik dengan tulisan Mas Jockie Suryopranoto soal negeri ini hanya mampu menghasilkan export babu. Acungan jempol bagi rekan-rekan seperti Made Wiryana yang komit di sektor pendidikan tanpa henti dan tanpa pamrih. Terkesan dengan seorang anak muda berumur 13 tahun yang sudah bisa menghasilkan kualitas tulisan bermutu, Iyo. Apresiasi bagi rekan-rekan penulis serius seperti Kang Jay, Pak Pri, Eko Juniarto, dan Ronny Harjanto yang sudah menghasilkan suatu link aggregat paling bermanfaat bagi startup page, Planet Terasi. Terinspirasi oleh tulisan-tulisan budaya Pakde Tyo yang sering menggelitik aspek kemanusiaan kita, dan tulisan Mas Budi Rahardjo tentang inspirasi menulis bagi siswa-siswa Konsep Teknologi dilingkungan akademisnya. Tentunya ribuan para blogger Indonesia yang saya tidak sempat sebutkan namanya satu persatu disini.

Seberapa pentingnya kah kepedulian sosial menelurkan suatu kebiasaan belajar akan menghasilkan suatu generasi bermutu bagi kelangsungan bangsa ini? Seberapa pentingnya kah kita semua bisa berperan dalam mengubah nasib bangsa ini dan meningkatkan taraf kehidupan rakyat agar tidak selalu terpuruk dalam jurang kemiskinan? Seberapa pentingnya kah kita berpikir hidup ini hanya sebentar? Seberapa perdulinyakah kita pada lingkungan disekitar kita? Seberapa pentingnya kan kita perlu berpikir positif? Seberapa perlunya kah kita menerapkan disiplin diri? Puluhan pertanyaan tanpa akhir yang perlu kita telusuri.

Seberapa perhatiannya kah pemerintah dalam menghasilkan suatu kualitas pendidikan yang bermutu? Gus Dur sudah berjasa meningkatkan kesejahteraan para guru dengan menaikkan gaji para guru, Pe-eR berikutnya bagaimana membangun sistem agar para pendidik ini memang bekerja sesuai dengan standard yang digariskan. Tugas mendidik memang bukan hanya diserahkan pada para pendidik, namun terletak pada masing-masing keluarga. Kepala rumah tangga, misalnya, dapat menelurkan kebiasaan senang belajar dan membaca bagi anak-anaknya. Pertanyaannya apakah mungkin apabila untuk makan saja masih susah?

Pe-eR besar bagi kita semua saudara-saudara. Mari membangun negeri ini. Malu atuh jadi bangsa tempe terus. Mulailah dari lingkungan terkecil anda semua.

Pesan “Gerakan Moral Himbauan Kembali Membangun Daerah Oleh Aa Nata”.  Kalo anda yang sudah pintar-pintar ga perduli, SIAPA LAGI?

26 Responses to “Guru, Pendidik, Pengajar, dan Menelurkan Generasi Yang Bermutu”

  1. Amir Karimuddin Says:

    Okay, mulai langkah konkret gimana yak Aa’ Nata? Program2 kerja?
    Vote for Mayor! 😉

  2. adinoto Says:

    Amir Karimuddin Says:
    September 2nd, 2007 at 10:07 am
    Okay, mulai langkah konkret gimana yak Aa’ Nata? Program2 kerja?
    Vote for Mayor! 😉

    -> Siap brother, saya sudah berapa bulan ini mo nulis sub blog khusus soal program kerja “open”. Warga bisa kontrib disana dan komen. Wiki style. Gimana? Dukung ya. Insya Allah deh kita ubah ini kota lebih baik.

  3. Adham Somantrie Says:

    rebuilding indonesia with adinoto!

    adinoto, bapak pembangunan kembali indonesia… hehehe 😀

  4. rendy Says:

    benar benar saksi sejarah yang hidup,

    “Terkenang dengan ucapan Kaisar Hirohito ketika negerinya dibom pada perang dunia ke-2”

  5. didats Says:

    aa noto for president!

  6. Jay Says:

    Kata seorang teman, “Jay, lu sebenernya cocok jadi guru!”

    Dan saya tak mengambil profesi itu hingga saat ini.

  7. matahati Says:

    Kami dukung deh Aa…asal jangan hangat-hangat *** ayam, biasanya neeh kita bermasalah di “realisasi” dan “kesinambungan”. Jangan menyerah Aa Nata, kan ada jalur Calon independen. Mulai sekarang gih ngumpulin KTP warga Bandung. Scam aja pembeli2 batere ma blogger2 bandung biar pada ngumpulin KTP , hehe… KTP ku Jakarta boss..Punten.

  8. adinoto Says:

    # rendy Says:
    September 2nd, 2007 at 12:10 pm

    benar benar saksi sejarah yang hidup,
    “Terkenang dengan ucapan Kaisar Hirohito ketika negerinya dibom pada perang dunia ke-2″

    -> Ga perlu jadi saksi sejarah untuk memperoleh renungan dari hal-hal positif. Guru SMA gua selalu cerita soal ini. Bapak Simangunsong yang sangat menjiwai profesinya.

    Apa perlu dibahas otentisitas pernyataan diatas seperti seleb-seleb haus publikasi? Ga kan.

  9. adinoto Says:

    # Jay Says:
    September 2nd, 2007 at 2:55 pm

    Kata seorang teman, “Jay, lu sebenernya cocok jadi guru!”
    Dan saya tak mengambil profesi itu hingga saat ini.

    -> Bener Jay. Gua juga mungkin cocok jadi guru. Hehehe, yah minimal jadi guru buat rekan-rekan yang bernaung/pernah bernaung bersama dibawah satu bendera, atau buat rekan-rekan muda yang mau belajar. Please welcome.

    Satu lagi terkenang soal profesi guru, masih terngiang-ngiang dari bacaan garis tangan. Kalo banyak rantai-rantainya katanya emang cocok jadi guru Jay. Gua juga hehee… Yah guru bangsa juga bolehlah 🙂 Amin.

  10. adinoto Says:

    # Adham Somantrie Says:
    September 2nd, 2007 at 11:10 am

    rebuilding indonesia with adinoto!
    adinoto, bapak pembangunan kembali indonesia… hehehe 😀

    -> Kita mulai dari kota masing-masing. Dham dikau makanya jangan ngadem di Dayeuh Kolot aja, pulang sana ke Dumai! 😀

  11. adinoto Says:

    # didats Says:
    September 2nd, 2007 at 2:26 pm

    aa noto for president!

    -> Amin Dats, saat ini saya konsentrasi apabila diberi amanah warga Bandung cukup jadi Bapak Kota Bandung. Dukung? Nanti kolaborasi dengan Syeih syeih Arab juragan minyak itu. Sip?

  12. adinoto Says:

    # matahati Says:
    September 2nd, 2007 at 4:08 pm

    Kami dukung deh Aa…asal jangan hangat-hangat *** ayam, biasanya neeh kita bermasalah di “realisasi” dan “kesinambungan”. Jangan menyerah Aa Nata, kan ada jalur Calon independen. Mulai sekarang gih ngumpulin KTP warga Bandung. Scam aja pembeli2 batere ma blogger2 bandung biar pada ngumpulin KTP , hehe… KTP ku Jakarta boss..Punten.

    -> Nun, dikau tau kan kalo aku ga anget-anget *** ayam. So soal realisasi tinggal butuh dukungan warga dan rekan-rekan semua. Mari kita bangun kota kita tercinta ini. Bosen dapet kota sumpek. Kita bisa! Mari bahu membahu bersama-sama. Regards,

  13. yoki Says:

    It’s about time!

  14. adinoto Says:

    # yoki Says:
    September 2nd, 2007 at 8:30 pm

    It’s about time!

    -> Nak Yoki, Bogor membutuhkanmu. Pulanglah nak ke pangku ibu pertiwi. 🙂

  15. maseko Says:

    Sampai SMA, saya masih berkeinginan kuat buat jadi guru, sampai hampir tiap hari bikin sekolah2an buat anak2 SD sepantaran adik saya. Sayangnya selulusnya gak ada pilihan masuk kuliah, selain harus nyari yang gratis.. ya sudah, semoga adik saya yang saya bantu dikit2, bisa mewujudkannya..

  16. Paman Tyo Says:

    Kita semua adalah murid dari sekolah besar bernama kehidupan. Mari belajar bersama.

  17. Irvan Says:

    saya akan menghormati para dosen/guru. kan ada lagunya tuh,
    “hormati guru, …”
    😀

    -IT-

  18. M Fahmi Aulia Says:

    memangnya guru makan daun?
    itu salah satu alasan lowker guru tidak diminati, kecuali yg memang hatinya terpanggil di dunia pendidikan..

    *nyamar jadi Umar Bakri*

  19. Oskar Syahbana Says:

    Program ini untuk mendukung pencalonan Aa Nata yak?? Huehehehe

  20. IMW Says:

    Di.. dari dulu gua pernah bercita-cita di dunia pendidikan. Ndak sengaja aja koq malah akhirnya kecemplung. Setelah kecemplung sekalian basah aja.

    BTW kata temen yg sempet hadir di rapat aptikom di Bali, doi sedih katanya secara ndak sadar kampus digiring jadi sales produk industri TI, dan semua itu dibalut atas nama menghasilkan lulusan siap pakai.

    Ditunggu lebih banyak kampus bernafaskan kerakyatan 🙂

  21. adinoto Says:

    # IMW Says:
    September 3rd, 2007 at 4:32 pm e

    Di.. dari dulu gua pernah bercita-cita di dunia pendidikan. Ndak sengaja aja koq malah akhirnya kecemplung. Setelah kecemplung sekalian basah aja.

    BTW kata temen yg sempet hadir di rapat aptikom di Bali, doi sedih katanya secara ndak sadar kampus digiring jadi sales produk industri TI, dan semua itu dibalut atas nama menghasilkan lulusan siap pakai.

    Ditunggu lebih banyak kampus bernafaskan kerakyatan 🙂

    -> Yoi. Kita tunggu lebih banyak kampus bernafaskan kerakyatan. Sekarang kampus lebih kental bernuansa bisnis ketimbang tempat bisnis itu sendiri. Sama juga dengan sarana kesehatan (baca: Rumah Sakit dan obat-obatan).

  22. Adham Somantrie Says:

    IMW Says:
    September 3rd, 2007 at 4:32 pm

    BTW kata temen yg sempet hadir di rapat aptikom di Bali, doi sedih katanya secara ndak sadar kampus digiring jadi sales produk industri TI, dan semua itu dibalut atas nama menghasilkan lulusan siap pakai.

    -> yup, dengan standarisasi dan protokol proprietary yang vendor-oriented, bener2 brainwashing yang baik. karena mahasiswa mempelajari satu vendor saja, sehingga di lapangan kelak, dia pasti memilih vendor itu. 😉

  23. jsop Says:

    Mas Adinoto ,

    Saya yakin masyarakat semua respect dengan orang-orang yang bergiat diwilayah pendidikan , seperti nama-nama yang anda sebut diatas .(mas IMW dll.nya)

    Namun “guru” dilapisan bawah sepertinya mengalami transformasi value . Istilah “guru” tersebut bukan lagi kognisi plus perilaku ber-keteladanan dengan panggilan jiwa karena kepedulian sosial yang besar pada kondisi sekelilingnya .

    Namun bergeser menjadi sebuah profesi dalam sebuah karier. Pada saat dia berada diruang profesi maka implikasinya adalah kesejahteraan yang semakin lebar ruang cakupannya .

    Sebuah persoalan yang bukan saja sederhana , namun juga sangat penting dan mendasar (menurut saya..)
    Oleh karena itu saya percaya bahwa perubahan sistem “perguruan” dan pendidikan kita sepertinya memang hanya bisa dicapai bila lewat gerakan kaum menengahnya (madani).

    Semoga anda beserta teman-teman dapat segera mewujudkan impian-impian tersebut . Masyarakat Indonesia menunggu mas .., bukan hanya d Bandung saja .

    salam.

  24. adinoto Says:

    To mas JSOP:
    -> Betul mas, kita kehilangan figur-figur guru sejati seperti Romo Mangun dan tokoh-tokoh masyarakat lain yang sangat dekat dengan rakyat, dan mau mendarmabhaktikan hidupnya untuk membantu masyarakat.

    Soal impian, benar mas, mari kita bangun negeri ini bersama-sama, konteks pemikiran kita adalah gerakan sosial bagi semua, bukan berarti hanya Bandung, semoga tulisan-tulisan kita bisa menggugah kebersamaan sehingga masing-masing daerah dapat menelurkan spirit membangun yang positif.

    Semoga niat baik kita dapat restu dari rekan-rekan semua dan dukungan dari YME.

    Hormat saya,

  25. putra Says:

    Mas Adi… was my teacher!! banzai..banzai bro!

  26. Blog Cantik Says:

    Guru adalah Predikat: Inspiring..!
    Guru adalah Profesi: Bisa ditukar dengan tanda terima…!
    Guru adalah Pebisnis: Lha ini yang repot…!

Leave a Reply

WP Theme & Icons by N.Design Studio
Entries RSS Comments RSS Log in