Iklan Layanan Membangun Opini Masyarakat

Uncategorized Add comments

Lagi iseng kerja berinternet, saya liat iklan si gembul Bajuri soal kenaikan tarif BBM, yang intinya menyatakan “Sapa yang disubsidi, rakyat ato boss? :D”…. great! great or great??? hahaha… Intinya saya ga perduli dengan iklan tersebut hanya feel sorry (pity) dengan cara iklan tersebut dibuat untuk membangun opini masyarakat. Tepat sebelum iklan tersebut ditayangkan, baru saja diisi oleh exclusive interview dengan Presiden seputar bencana tsunami di Aceh dan pada akhir obrolan diakhiri dengan pertanyaan seputar kenaikan BBM.

Seperti jawaban atas pertanyaan saya yang lampau, dan align dengan pernyataan Bapak Presiden bahwa kenaikan kali ini (Pertamax, Pertamax Plus, dan Elpiji) tidak ada hubungannya dengan Pemerintah, karena ketiga produk ini murni menjadi hak/tanggungjawab Pertamina dalam menentukan harga jualnya. Berbeda dengan Premium, Solar dan Minyak Tanah yang menjadi tanggung jawab pemerintah sepenuhnya dalam penentuan harga jual akhirnya.

Seharusnya yang menjadi concern bersama (tepat sama dengan yang dilontarkan oleh Bapak Presiden sendiri), seharusnya adalah menjadi tugas Pertamina untuk menjelaskan kondisi tersebut, dan menjawab pertanyaan masyarakat akan misinformation ini. Bukannya malah membangun opini yang tidak tepat sasaran. Bukan saya menolak kenaikan harga BBM apabila sudah menjadi semestinya (karena beban Pemerintah yang berat atas subsidinya yang mencapai 72 Trilyun yang katanya 84 persennya dinikmati oleh masyarakat sudah mampu), tapi bagaimana apabila pada bulan Maret nanti Pemerintah pun akhirnya akan menaikkan harga jual Premium, dan BBM lainnya? Masih relevan ga iklannya?

Hal lain yang menjadi concern adalah betapa rendahnya kualitas Premium yang diproduksi Pertamina saat ini sehingga hampir setiap mobil yang ada keluaran 10 tahun terakhir mempersyaratkan minimal Pertamax sebagai bahan bakarnya. Saya pribadi beberapa minggu yang lalu mencoba menggunakan Premium yang berakhir pada kerusakan mesin mobil dan harus mengganti Feul Distributor (Injector) yang tidak murah.

10 Responses to “Iklan Layanan Membangun Opini Masyarakat”

  1. debby Says:

    WAAAA… IKLAN APA ITU\!!! JUELEK BANGET…
    HIII… DEBBY

  2. anonymous Says:

    MENURUT SAYA, IKLAN INI ADALAH PEMBODOHAN RAKYAT. Mengalihkan perhatian dan membangun opini seolah2 subsidi BBM selama ini adalah untuk orang kaya saja. __Ini sudah menjadi praktek regular dari Pertamina dalam menjustifikasi kenaikan2 yang tidak rasional. Contohnya saja iklan radio dalam kenaikan gas elpiji sebelum ini. Dalam iklan tersebut, pointnya adalah walaupun gas elpiji naik, tapi harga tabung turun, jadi ibu2 bisa senang. WHAT A F@#$ING RETARD! Saya kalau beli tabung gas juga pakainya seumur hidup sekali, you f#$%ing corrupt!__Sekarang iklan justifikasi kenaikan Pertamax. Subsidi 70-sekian Triliun, apakah itu subsidi untuk Pertamax dan Pertamax Plus? Mana mungkin? 99% konsumsi BBB (Bahan Bakar Bensin) adalah dalam bentuk Premium. Hanya segelintir mobil2 pribadi dan dikota2 besar yang menggunakan Pertamax.__And yes, PREMIUM SUX!__PERTAMINA, you should intropeksi yourself. YOU’RE A BIG F@#$ING CORRUPT ORGANIZATION!!!__Pertamina PR said that Indonesian Gas price is still lower than Spore.. What a f@#$ing lie. Pertamax cost Rp.4000,-. That makes it roughly Rp.20.000,-/gallon. A bit more than US$2/gallon._Price for a regular unleaded gas in BeverlyHills, CA = $2.29._WE HAVE ALMOST THE SAME GAS PRICE AS ONE OF THE MOST LUXURIOUS PLACE ON EARTH!!!!__Aburizal Bakrie (one of retard that become a Ministry) said that elpigi and pertamax are only for upper middle class. What the f@#$! He is assuming that low income ppl to use kerosine only!!! And I used pertamax not because I’m rich, but I’m environmentally concerned (not anymore, f@#$ polution, I don’t want to spend a million per month for a f@#$ gas).__Indonesia is one of the biggest LNG exporter. Indonesia is also one of a big oil exporter. With this resources, Indonesia should do better than ranks 112 (one of the lowest on 2003) on Human Development Index. All those petrodollar and lng dollar go straight to those f#$%ing corrupt Pertamina staff and our corrupt government.__Pertamina, you can go to hell.
    1/04/2005 11:12 AM

  3. ari tjahjawandita Says:

    Iklan layanan masyarakat itu memang benar bahwa subsidi BBM tidak tepat sasaran, bahwa Pertamax & Pertamax Plus lebih banyak dikonsumsi oleh golongan ekonomi menengah ke atas, demikian pula halnya dengan LPG. Kalaupun Premium nantinya juga bakal naik menjadi Rp 2055 seperti yang diperkirakan Pertamina untuk mencapai titip impas, benar juga bahwa subsidinya tidak kena sasaran. Masa iya tongkorongan saya yang cuma motor Honda Supercup tahun 81 ngesubsidi konsumsi orang yang tongkrongannya mobil sekalipun itu hanya Daihatsu Ceria ;-P. Pemerintah benar pula bahwa dampak ikutan dari kenaikan tidak akan banyak berpengaruh besar pada beberapa komoditas di beberapa sektor kegiatan ekonomi (lihat laporan tahunan Bank Indonesia di http://www.bi.go.id/web/id/Riset+Survey+Dan+Publikasi/Publikasi/). Kalaupun ada beberapa komoditas yang harganya meningkat, biasanya karena bermainnya pengambil rente dan tidak efisiennya mata rantai komoditas tersebut. Lihat saja harga gabah petani yang tidak berubah pada kenaikan BBM sebelumnya tetapi harga beras di pasar-pasar pada naik.__Pemerintah memang benar, tapi… YLKI juga benar. Pertamina tidak pernah transparan mengenai komponen biaya yang harus ditanggungnya untuk Premium, Pertamax, Pertamax Plus, dan LPG (terutama komponen biaya buat upah dan gaji karyawannya). Tidak hanya Pertamina, BUMN-BUMN lainnya pun kebanyakan demikian. Mereka mencari mudahnya dengan menaikkan harga jual produknya untuk menutupi ongkos produksinya. Mereka tidak pernah mau melirik ke komponen biaya dengan melakukan penghematan supaya profit perusahaannya dapat meningkat.__Sangat mudah sebenarnya menghitung berapa harga jual yang wajar untuk BBM asalkan Pertamina mau transaparan. Hitung saja tingkat efisiensinya (tidak usah kaget kalau nilainya rendah), lalu kita simulasikan kalau tingkat efisiensinya dinaikkan ke tingkat yang wajar (misalnya 75% dan tidak usah terlalu muluk mendekati 100%). Dijamin tanpa subsidi pun harga jual BBM tidak perlu lebih dari Rp 1500/liter.__Itu baru dilihat dari sisi biaya. Bagaimana dengan argumentasinya Pak Kwik Kian Gie dengan monolognya dengan mahasiswa yang mempertanyakan mengapa Indonesia yang notabene produsen minyak dengan kwalitas lebih bagus dari negara-negara arab, tetapi harus mengimpor BBM dan mengikuti harga minyak dunia? Wah… bisa ngga habis-habis Pertamina dibantai.__Benar kata Pak Adinoto, kalau pemerintah tidak ikut-ikut soal kenaikan harga Pertamax dan LPG, ngapain juga dia ikut-ikut bikin iklan layanan masyarakatnya?
    1/04/2005 4:55 PM

  4. edi Says:

    wah,saya juga kepikiran hal yg sama..ternyata udah ada yg nulis :)_yang menarik ada kata2 “akan dialihkan ke sektor pendidikan dan kesehatan.” sektor kesehatan yg mana? begitu sulitnya rakyat “miskin” (istilah di iklan itu) untuk mendapatkan pengobatan, bahkan di Puskesmas.Tau ga pak, untuk berobat, harus bayar karcis (antara 2000-5000 rupiah).Dengan harga segitu aja, banyak yg ga mampu.Mereka baru mau berobat kalo penyakitnya sudah terlalu parah,yang tentunya sudah tidak mampu lagi ditangani puskesmas, dan harus dirujuk.Dan lagi2 biaya menjadi masalah..Memang si, ada program Kartu Sehat (ks) atau Keluarga Miskin (Gakin),tapi entah dimana dananya nyangkut.._ya,semoga aja dananya bener ke sektor kesehatan..__numpang lewat_-edi-
    1/31/2005 11:44 AM

  5. aa riyanto Says:

    Sebentar lagi harga PERTAMAX naik lho,sekitar rp.5000-an/liter seperti yang disampaikan direktur niaga BBM pertamina awal april 2005 yg lalu, kemudian menjelang akhir 2005 ada solar plus yang harganya sekitar rp.5000/liter (bukan solar subsidi).__Buat saya sih yang tidak kaya, harga BBM seperti bensin, solar dan LPG naik bukan masalah, yang penting minyak tanah tetap subsidi penuh !!, tarif angkot naik? ah emang gw pikirin gw gak naik angkot, yang tiap hari naik angkot berarti punya duit dong?__Setau gw harga BBM di SPBU negara miskin kayak bangladesh aja kalo dirupiahkan sekitar Rp 6000-rp 6500 per liter. Yang disubsidi rakyat sudah benar, bukan orang berduit dong. Namun diharapka pemerintah meningkatkan dana pendidikan. That’s it !!
    4/15/2005 6:56 AM

  6. aa riyanto Says:

    Sebentar lagi harga PERTAMAX naik lho,sekitar rp.5000-an/liter seperti yang disampaikan direktur niaga BBM pertamina awal april 2005 yg lalu, kemudian menjelang akhir 2005 ada solar plus yang harganya sekitar rp.5000/liter (bukan solar subsidi).__Buat saya sih yang tidak kaya, harga BBM seperti bensin, solar dan LPG naik bukan masalah, yang penting minyak tanah tetap subsidi penuh !!, tarif angkot naik? ah emang gw pikirin gw gak naik angkot, yang tiap hari naik angkot berarti punya duit dong?__Setau gw harga BBM di SPBU negara miskin kayak bangladesh aja kalo dirupiahkan sekitar Rp 6000-rp 6500 per liter. Yang disubsidi rakyat sudah benar, bukan orang berduit dong. Namun diharapkan pemerintah meningkatkan dana pendidikan. That’s it !! __Kalau mau hemat BBM, jarak 5 – 10 km bisa naek sepeda dong, tuh contoh Cina :-)__Ternyata orang yang ribut soal BBM naik cuma orang kota tuh? orang di kampung2 di jatim, jateng dan jabar gak seberapa ribet, karena umumnya kagak punya mobil, dan paling tinggi cuma punya motor ? Angkot naik? bullshit dg angkot kalo naik rame2 naik motor atau sepeda, pasti cost per jarak jauh lebih murah !!
    4/15/2005 7:20 AM

  7. norman harsya Says:

    angkot, bus, truk, juga kategori orang mampu lho, kan punya mobil, bedain dengan tongkrongan motor butut 81 tadi. Entah yang mana yang disebut orang mampu, apa kalo punya mobkas kelas < 100 juta, apalagi cuma 30 jutaan,sudah dikategorikan orang mampu?????? Naive sekali ya. Coba bicara statistik, jangan cuma ngebual, pakelah data, yang disebut orang mampu itu kayak apa? cuma 5 % mobil mewah yang ada, dan mereka pake pertamax, kalo gak rusak mesinnya. Beberapa kendaraan milik kaum menengah atas (harga 150 – 500 juta) bahkan cenderung pake pertamax juga, mobil 100 – 200 juta yang baru juga pake pertamax, setelah 5 tahun pake, baru alih ke premium. Jadi selebihnya yang pake premium itu kalangan menengah bawah dan rakyat kecil yang naek angkot dan kendaraan umum. Pake data donk, jangan pake kecemburuan sosial karena gak mampu beli mobil butut tahun 80an yang harganya cuma 20 jutaan, mampunya cuma motor 81, lalu umbar kecemburuan untuk zalimi orang yang cuma sedikit di atasnya kemampuannya. Coba bayangkan, jika semua sekolah yang bagus dan sedikit bagus harus bertarif internasional (alasan privatisasi pendidikan sehingga partisipasi pembiayaan harus dari masyarakat, apalagi terhadap yang diklaim kelompok mampu, yaitu orang2 yang gak terima BLT), kecuali untuk orang yang sangat miskin dan sangat pintar, dikasih beasiswa gratis tis tis total. Nah, kalo anda punya anak gak sangat pintar (bukan bodoh lho), sebenernya cukup pintar, punya cita2 tinggi, pingin sekolah di tempat yang relatif lebih bagus (bukan sekolah kampung alakadarmya), tetapi anda juga gak sangat miskin (cukup, gak kurang, sedikit di atas ngepas, tapi kalo bayar spp 4 juta persemester anda akan kolaps), anda akan dikategorikan orang kaya yang harus bayar semuanya mahal (diklaim tanpa subsidi), harga pasar internasional, kalo gak mampu bayar harga tersebut anak anda gak sekolah kecuali di sekolah kampung yang alakadarnya tadi, dengan peluang maju makin kecil karena fasilitas dan lingkungan gak memadai. Sementara anda juga dihujat dan dilaknat oleh para pembesar negeri ini, dan kelompok yang lebih miskin daripada anda, bahwa anda dicap kaya (karena lebih dari mereka) dan gak berhak sepeserpun subsidi karena hanya hak penerima BLT, kemana anda harus mengadu, sementara anda tetap gak mampu bayar mahal dengan harga internasional, mau sekolahkan ke sekolah alakadarnya anda gak tega pada anak anda yang cukup pintar tapi tidak sangat pintar tadi, semenatar kita tahu kualitas pendidikan gak merata, cenderung ekstrim, sangat bagus di satu sisi dan sangat buruk di sisis lain. Merana sekali hidup anda, dari sisi pembesar negeri dan kelompok BLT anda dicap kaya, dari sisi kelompok kaya anda samasekali tak pantas disebut kaya, meski tidak miskin anda hanya sedikit di atas pas2an. Nah, kelompok inilah yang terbesar jumlahnya di negeri ini, yang ikut menjerit jika BBM naik dengan harga internasional, meski gak teriak2 kayak kalangan paling miskin, meski jeritannya cuma di hati (maklum gak berani jerit sebab dibilang kaya kok mau terima subsidi, gak malu kata pembesar negeri kita). Kecemburuan sosial sering jadi alat politik untuk membenarkan misi internasionalisasi harga dalam negeri, karena sebenarnya ujung2nya adalah privatisasi dan liberalisasi, maklum sudah ada deal dengan pihak2 pemilik modal untuk jadikan negeri ini pasar bebas untuk jual produk2 pemilik modal raksasa yang selama ini kuasai hajat hidup orang banyak.

  8. norman harsya Says:

    angkot, bus, truk, juga kategori orang mampu lho, kan punya mobil, bedain dengan tongkrongan motor butut 81 tadi. Entah yang mana yang disebut orang mampu, apa kalo punya mobkas kelas < 100 juta, apalagi cuma 30 jutaan,sudah dikategorikan orang mampu?????? Naive sekali ya. Coba bicara statistik, jangan cuma ngebual, pakelah data, yang disebut orang mampu itu kayak apa? cuma 5 % mobil mewah yang ada, dan mereka pake pertamax (pertamax, apalagi plus, gak disubsidi bung), kalo gak rusak mesinnya. Beberapa kendaraan milik kaum menengah atas (harga 150 – 500 juta) bahkan cenderung pake pertamax juga, mobil 100 – 200 juta yang baru juga pake pertamax, setelah 5 tahun pake, baru alih ke premium. Jadi selebihnya yang pake premium itu kalangan menengah bawah dan rakyat kecil yang naek angkot dan kendaraan umum. Pake data donk, jangan pake kecemburuan sosial karena gak mampu beli mobil butut tahun 80an yang harganya cuma 20 jutaan, mampunya cuma motor 81, lalu umbar kecemburuan untuk zalimi orang yang cuma sedikit di atasnya kemampuannya. Coba bayangkan, jika semua sekolah yang bagus dan sedikit bagus harus bertarif internasional (alasan privatisasi pendidikan sehingga partisipasi pembiayaan harus dari masyarakat, apalagi terhadap yang diklaim kelompok mampu, yaitu orang2 yang gak terima BLT), kecuali untuk orang yang sangat miskin dan sangat pintar, dikasih beasiswa gratis tis tis total. Nah, kalo anda punya anak gak sangat pintar (bukan bodoh lho), sebenernya cukup pintar, punya cita2 tinggi, pingin sekolah di tempat yang relatif lebih bagus (bukan sekolah kampung alakadarmya), tetapi anda juga gak sangat miskin (cukup, gak kurang, sedikit di atas ngepas, tapi kalo bayar spp 4 juta persemester anda akan kolaps), anda akan dikategorikan orang kaya yang harus bayar semuanya mahal (diklaim tanpa subsidi), harga pasar internasional, kalo gak mampu bayar harga tersebut anak anda gak sekolah kecuali di sekolah kampung yang alakadarnya tadi, dengan peluang maju makin kecil karena fasilitas dan lingkungan gak memadai. Sementara anda juga dihujat dan dilaknat oleh para pembesar negeri ini, dan kelompok yang lebih miskin daripada anda, bahwa anda dicap kaya (karena lebih dari mereka) dan gak berhak sepeserpun subsidi karena hanya hak penerima BLT, kemana anda harus mengadu, sementara anda tetap gak mampu bayar mahal dengan harga internasional, mau sekolahkan ke sekolah alakadarnya anda gak tega pada anak anda yang cukup pintar tapi tidak sangat pintar tadi, semenatar kita tahu kualitas pendidikan gak merata, cenderung ekstrim, sangat bagus di satu sisi dan sangat buruk di sisis lain. Merana sekali hidup anda, dari sisi pembesar negeri dan kelompok BLT anda dicap kaya, dari sisi kelompok kaya anda samasekali tak pantas disebut kaya, meski tidak miskin anda hanya sedikit di atas pas2an. Nah, kelompok inilah yang terbesar jumlahnya di negeri ini, yang ikut menjerit jika BBM naik dengan harga internasional, meski gak teriak2 kayak kalangan paling miskin, meski jeritannya cuma di hati (maklum gak berani jerit sebab dibilang kaya kok mau terima subsidi, gak malu kata pembesar negeri kita). Kecemburuan sosial sering jadi alat politik untuk membenarkan misi internasionalisasi harga dalam negeri, karena sebenarnya ujung2nya adalah privatisasi dan liberalisasi, maklum sudah ada deal dengan pihak2 pemilik modal untuk jadikan negeri ini pasar bebas untuk jual produk2 pemilik modal raksasa yang selama ini kuasai hajat hidup orang banyak.

  9. norman harsya Says:

    angkot, bus, truk, juga kategori orang mampu lho, kan punya mobil, bedain dengan tongkrongan motor butut 81 tadi. Entah yang mana yang disebut orang mampu, apa kalo punya mobkas kelas < 100 juta, apalagi cuma 30 jutaan,sudah dikategorikan orang mampu?????? Naive sekali ya. Coba bicara statistik, jangan cuma ngebual, pakelah data, yang disebut orang mampu itu kayak apa? cuma 5 % mobil mewah yang ada, dan mereka pake pertamax (pertamax apalagi plus, gak pake subsidi bung), kalo gak rusak mesinnya. Beberapa kendaraan milik kaum menengah atas (harga 150 – 500 juta) bahkan cenderung pake pertamax juga, mobil 100 – 200 juta yang baru juga pake pertamax, setelah 5 tahun pake, baru alih ke premium. Jadi selebihnya yang pake premium itu kalangan menengah bawah dan rakyat kecil yang naek angkot dan kendaraan umum. Pake data donk, jangan pake kecemburuan sosial karena gak mampu beli mobil butut tahun 80an yang harganya cuma 20 jutaan, mampunya cuma motor 81, lalu umbar kecemburuan untuk zalimi orang yang cuma sedikit di atasnya kemampuannya. Coba bayangkan, jika semua sekolah yang bagus dan sedikit bagus harus bertarif internasional (alasan privatisasi pendidikan sehingga partisipasi pembiayaan harus dari masyarakat, apalagi terhadap yang diklaim kelompok mampu, yaitu orang2 yang gak terima BLT), kecuali untuk orang yang sangat miskin dan sangat pintar, dikasih beasiswa gratis tis tis total. Nah, kalo anda punya anak gak sangat pintar (bukan bodoh lho), sebenernya cukup pintar, punya cita2 tinggi, pingin sekolah di tempat yang relatif lebih bagus (bukan sekolah kampung alakadarmya), tetapi anda juga gak sangat miskin (cukup, gak kurang, sedikit di atas ngepas, tapi kalo bayar spp 4 juta persemester anda akan kolaps), anda akan dikategorikan orang kaya yang harus bayar semuanya mahal (diklaim tanpa subsidi), harga pasar internasional, kalo gak mampu bayar harga tersebut anak anda gak sekolah kecuali di sekolah kampung yang alakadarnya tadi, dengan peluang maju makin kecil karena fasilitas dan lingkungan gak memadai. Sementara anda juga dihujat dan dilaknat oleh para pembesar negeri ini, dan kelompok yang lebih miskin daripada anda, bahwa anda dicap kaya (karena lebih dari mereka) dan gak berhak sepeserpun subsidi karena hanya hak penerima BLT, kemana anda harus mengadu, sementara anda tetap gak mampu bayar mahal dengan harga internasional, mau sekolahkan ke sekolah alakadarnya anda gak tega pada anak anda yang cukup pintar tapi tidak sangat pintar tadi, semenatar kita tahu kualitas pendidikan gak merata, cenderung ekstrim, sangat bagus di satu sisi dan sangat buruk di sisis lain. Merana sekali hidup anda, dari sisi pembesar negeri dan kelompok BLT anda dicap kaya, dari sisi kelompok kaya anda samasekali tak pantas disebut kaya, meski tidak miskin anda hanya sedikit di atas pas2an. Nah, kelompok inilah yang terbesar jumlahnya di negeri ini, yang ikut menjerit jika BBM naik dengan harga internasional, meski gak teriak2 kayak kalangan paling miskin, meski jeritannya cuma di hati (maklum gak berani jerit sebab dibilang kaya kok mau terima subsidi, gak malu kata pembesar negeri kita). Kecemburuan sosial sering jadi alat politik untuk membenarkan misi internasionalisasi harga dalam negeri, karena sebenarnya ujung2nya adalah privatisasi dan liberalisasi, maklum sudah ada deal dengan pihak2 pemilik modal untuk jadikan negeri ini pasar bebas untuk jual produk2 pemilik modal raksasa yang selama ini kuasai hajat hidup orang banyak.

  10. novrizal Says:

    MOHON BANTUAN ANDA….
    BILA MENGETAHUI IDENTITAS DIBAWAH MOHON ANDA SELIDIKI KEBERADAANNYAKARENA UANG SAYA 1,5JUTA TELAH DILARIKANNYA dengan tidak memberi penambahan saldo pulsa. JIKA PAK POLISI ATAUAPARAT KEAMANAN NEGARA JUGA MEMBACA INI MOHON DISELIDKI JUGA YA PAK,.. DAN BILA ADA JUGA YANG MENJADI KORBANNYA TOLONG SEGERA ANDA IKUTAN SHARE, AGAR PELAKU CEPAT TER…TANGKAP.hub saya novrizal 08126374037
    NAMA : ADAM FIRDAUS
    TELP : 081281645444/( 022 ) 569 1844
    NO. REK :BNI 0188-278-530 AN ADAM FIRDAUS
    USAHA : PLANET DEPOSIT
    ALAMAT : Jalan Cikutra No 208 BBandung, ( jawa Barat )INDONESIA 40124( samping universitas widyatama)
    Website : http://www.planetdeposit.com
    Email : planet.deposit@yahoo.com
    PLANET DEPOSIT Tbk.Izin DepSos.RI.No.405/DepSos/PSDS/SAP/VI/2009-2010
    NPWP : 01.859.638.7-075.777

Leave a Reply

WP Theme & Icons by N.Design Studio
Entries RSS Comments RSS Log in