English As Our First Language??!? Why Not?

Uncategorized Add comments

Kadang-kadang saya berpikir banyak, mengapa negara ini tertinggal banyak dibandingkan dengan negara-negara lain dan negara-negara tetangga. Apakah karena pola berpikir orang Indonesia yang mungkin berbeda (pelupa, slow thinker? or what? apalah saya tidak tahu) ataukah karena kita dijejali oleh homogenitas yang berakibat bahwa masyarakat Indonesia pada umumnya tidak terantisipasi sama sekali untuk merasa bagian dari komunitas dunia.

Yup! saya setuju dengan pemikiran terakhir. Bahwa mungkin kesempatan yang tidak banyak diberikan kepada masyarakat kita. Kesempatan untuk practise menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa berkomunikasi sehari-hari sehingga siap untuk menjadi bagian dari komunitas dunia, dan/atau kesempatan untuk berinteraksi dengan masyarakat komunitas dunia sebagai bagian dari awal kompetisisi itu sendiri (mungkin hal ini pengecualian bagi masyarakat di Bali misalnya yang terbiasa dengan heterogenitas masyarakat pengunjung), dan/ataupun yang paling terakhir adalah kesempatan untuk disadarkan secara mindset bahwa kita bagian dari komunitas dunia itu sendiri.

Banyak kesempatan saya lihat warga Indonesia yang memiliki exposure cukup bagus dan cukup kompeten dibidangnya namun ketika harus berhadapan dengan warga asing mengalami kesulitan berkomunikasi yang dilatari oleh kurangnya menggunakan bahasa tersebut dalam pergaulan sehari-hari. Tentunya eskalasi berjenjang “tahu arti -> mengerti -> memahami -> mampu mengekspresikan diri” dalam penguasaan bahasa asing merupakan tingkatan yang berjenjang yang harus dijalani. Rasanya untuk mampu mencapai tahapan mampu mengekspresikan diri merupakan tahap yang jauh pada saat ini. Komposisi untuk mencapai tahapan tersebut memang perlu waktu. Untuk tahapan pejabat negara saja saya lihat masih sedikit yang menguasai fluency dalam menggunakan asing seperti Inggris sefasih mereka menggunakan bahasa Indonesia. Sayang sekali bukan. Makanya banyak pejabat yang terkenal “pendiam” kalo sudah diforum internasional. Harapan saya pemerintahan baru berarti angin segar baru untuk kiprah Indonesia di forum internasional. (Salah satu pengecualian pejabat yang saya tahu memiliki penguasaan bahasa Inggris yang baik adalah Sdri. Mari Elka Pangestu).

Apakah dengan demikian berarti kita kehilangan nasionalisme? Tentu tidak. Kita tetap menempatkan bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional. Peran ini tentunya merupakan pondasi dan langkah besar yang dibangun oleh founding fathers kita dalam mempersatukan negara ini pada masa tersebut dan terbukti menjadi perekat luar biasa yang merupakan heritage tak terkira yang pernah diwariskan kepada kita. Namun apabila mereka para founding fathers kita masih hidup pada saat ini melihat kompetisi ini kedepan tentu akan setuju apabila kita mulai mendukung penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa utama di dalam kehidupan sehari-hari kita (dalam konteks berpikir bahwa Indonesia perlu berkompetisi dan sejalan dengan perubahan paragidma kompetisi di era saat ini, pasca 1928 tentunya).

Hal ini tentunya berlaku generik untuk bahasa asing lainnya. Bayangkan apabila mayoritas (atau paling tidak setidaknya komposisi masyarakat yang menguasai bertambah secara geometris) mampu menguasai bukan hanya bahasa Inggris, namun bahasa asing lainnya seperti Jerman, China, Arab dan lain sebagainya. Tentunya paling tidak akan memberikan suatu kontribusi positif pada pengembangan kepribadian dan confidence building masyarakat pada umumnya, jadi ga perlu minder ketemu bule hanya karena ga ngerti mereka ngomong apa kan? Betul???

4 Responses to “English As Our First Language??!? Why Not?”

  1. Lawren Says:

    Aduh, saya membaca lagi artikel ini. Kebetulan saja sambil nunggu kantuk. Anda memang betul, makanya banyak pejabat yang diam kalau di forum internsional. Lha wong takut salah…. malah berabe nanti.
    Akhirnya dalam perundingan2 yang sekirangnya dimengeri bener dan dikiranya menguntungkan yah di.. yes…i’m agree that your country…bla…bla….” Wah pak, carut marut dunia pendidikan kita gak usah dipertanyakan…. gimana yah…. sekolah saya saja harus jempalitan membantu siswa punya niat belajar. … apalagi belajar bahasa Inggris.. Bisa pun yah tidak menghasilkan uang, juga gak bisa untukkomunikasi…. lha mau komunikasi dengan siapa…yang pasti informasi up date English bisa dimengerti. Yup..kadang murid saya bener juga, bisa bahasa Inggris yah untuk apa…. gak bisa untuk cari duit….. nglamar kerja juga kadang gak diperhitungkan… Susah…. oke deh.. sampai ketemu.

    Lawren

  2. arnold siboro Says:

    Ini ngomong jadiin bhs inggris first language atau soal english proficiency? __Menjadikan bahasa asing first language susah sekali dan butuh beberapa generasi utk bisa direalisasikan. Bayangkan aja, agar anak kau berbahasa inggris sebagai bahasa pertama maka kau dirumah harus terus berbahasa inggris dengan istri dan anak, lalu sebaiknya tetangga2 dan sekolah juga harus berbahasa inggris.__Kalo english proficiency aku rasa gak mesti jadi first language. Untuk meningkatkan english proficiency yang penting perbaiki sistem pendidikan dan mindset. Pendidikan bahasa inggris perlu dibuat lebih berorientasi percakapan dari saat ini. Lalu, mindset orang Indonesia perlu direformasi. Orang indonesia itu punya rasa aneh (kagok) dan malu untuk ngomong bahasa inggris dengan sesama. Kalo gak bisa bebas ngomong bahasa inggris dengan sesama orang indonesia kapan mau latihan, sebab sedikit sekali orang asing yang tidak mengerti bahasa indonesia. Perubahan mindset ini juga akan berlanjut dengan pemakaian bahasa inggris di dunia pendidikan dan pekerjaan. Dan juga di dunia blog! :D__Satu hal yang penting sehubungan dengan language adoption ialah motif. Tanpa ada motif yang kuat akan susah sekali. Waktu saya berkunjung ke Luxembourg, negara kecil diantara Perancis, Belgia dan Jerman, saya terkesan karena mungkin ini satu2nya negara di dunia yang betul2 multilingual. Ada banyak negara yang punya dua atau lebih bahasa nasional, misalnya Swiss (perancis, jerman, italia dan roman), Canda (inggris dan perancis), Singapore (melayu, cina, tamil dan inggris), tapi negara2 ini terbagi2 atas daerah menurut bahasanya, dan biasanya penduduknya hanya bisa satu dari bahasa2 nasional itu. Luxembourg beda, sebab bahasa jerman dan perancis dipakai sehari2 secara bersamaan, ditambah dengan bahasa asli mereka, Lëtzebuergesch (bahasa yang berasal dari bahasa jerman tapi cukup berbeda dengan bahasa jerman sekarang). Kenapa mereka bisa aktif menggunakan 3 bahasa secara bersamaan ialah karena ada latar belakang yang mengharuskan mereka begitu. __Nah kalo indonesia mau jadikan inggris bahasa resmi (bukan first language), sehingga indonesia memiliki satu bahasa nasional dan satu bahasa resmi, maka harus dibuat motif yang kuat. Misalnya, buku2 teks di perguruan tinggi top (ITB, UI etc) harus pake bahasa inggris dan ujian dalam bahasa inggris, sehingga mau tak mau mahasiswa yang pengen masuk universitas itu hrs belajar keras untuk bisa berbahasa inggris aktif. Kenapa saya katakan perguruan tinggi top agar tidak mengurangi kesempatan orang yang tidak mampu berbahasa inggris untuk maju.
    10/24/2004 7:41 AM

  3. macnoto Says:

    Bung, yup English as First Language bukan cuma proficiency. Kalo proficiency akan jadinya seperti sekarang ini, hanya mereka-mereka yang terdidik (dan yang atau berkesempatan untuk dapat ke luar negeri) saja lah yang dapat menikmati proficiency nya. Nah kalo as First Language kan berarti semua akan harus mau tidak mau akan terkena dampak positif proficient.__Tidak gampang? Jelas. Makanya seperti biasa kita cuma bisa tulis disini, berharap ada orang besar yang mendengar. Mengambil idenya, dan mengauthorisasi dan ratifikasi (pasti juga tidak akan semudah yang dibayangkan, karena pasti ada saja yang komentar soal nasionalisme, anti-amerika, ini itu ini itu).__Sejauh ini toh paling tidak orang Indonesia sudah cukup multilingual, beberapa bahasa daerah dan bahasa nasional Indonesia. So apa ada salahnya nambah satu lagi atau lebih (lebih ok) kan?
    10/24/2004 9:51 AM

  4. helo patanol Says:

    easy patanol…

    asd fasd fas df axzc vxz vxzc vzxcvzxv zx…

Leave a Reply

WP Theme & Icons by N.Design Studio
Entries RSS Comments RSS Log in