Pengalaman Saya berkenalan dengan Flash

Macintosh, Social, Technology Add comments

Tergelitik dengan posting twitter seorang rekan tuir, Pinotski yaitu:

maka saya tertarik bercerita sedikit seputar pengalaman saya berkenalan dengan Flash.

Dear Folks,

Gua mo share dikit pengalaman gua dengan Flash,

– Gua pertama ketemu Flash ketika taon 1996 di mac masih dengan nama
FutureSplash.
Ketika itu di PC juga blon kenal namanya Flash (FutureSplash kemudian
menjadi cikal bakal Flash).
Taon2 ketika pemakai Mac masih merasakan indahnya Netscape 1.1N yang
proven (ketika internet “mematikan” grafik demi Text-Only browsing karena internet demikian lemotnya dialup di Indonesia :P), atau MacWeb (browser 300KB in size yang luar biasa kecil tapi fungsional),
Dua tahunan (1994) ketika baru kenal internet sampe harus beli Buku di
Times Plasa Indonesia, demi Mendapatkan Mosaic Browser jiakakaa ๐Ÿ˜€ ,
dan ketika para pengguna dan punggawa Mac sibuk mengumpulkan PLUG-INS
untuk Web Browser (salah seorang yg gua kenal dekat dan hobby koleksi
plug-ins Netscape/browser adalah Harry Tanzil a.k.a Bule)…. hahaha
Please stand up! *Masih inget ketika kita order PowerBook 2300c
beautiful Mac for die hard user dari Nelly temen gua di Amrik ry?
Kemana tuh laptop ry? Koleksi plug-insnya mungkin ada 20-30 buah,
saban kali abis install OS dan browser, sibuk deh nginstall tuh plug-
ins.

— Gua malah pernah main multimedia dengan mTropolis 1.1 (1996an) dan
2.0 (then die after Quark purchased the company untuk menggantikan
QuarkImmedia-nya) tapi malah mTropolisnya ga diterusin. mTropolis
users terkenal dengan die-hard users, seperti halnya BeOS users atau
Amiga users. I should say, mTropolis 1.0 beats Macromedia Director
4.0!! mTropolis adalah object oriented multimedia authoring tools.
Setelah Macromedia membeli Flash, kemudian Macromedia memiliki
Dualisme dari offeringnya, yaitu memperkenalkan Shockwave dan Flash
web-plug-ins. Director yang memperkenalkan Shockwave plug-ins,
akhirnya pelan-pelan “membunuh” anak kandungnya itu sendiri demi
produk yang lebih slim yaitu Flash.

— Since, I really no-graphics designer, buat gua days gone by, ga
terasa taon terus berlalu, pernah berapa kali keukeuh “harus punya”
Macromedia Suites (taon 1999-2000) padahal dipake juga ga… dioprek
sekali-kali ada sampe Flash 5.
Beberapa rekan korporat gua, malah belajarnya aplikasi yang kompatible
namun lebih sederhana pada medio tahun 2000 tersebut yaitu SWiSH.

—- Flash 6, Apple ada berantem dikit dengan Macromedia, karena
Macromedia pertama kali support Video streaming yang ternyata Engine
nya adalah Engine yang sama yang dipergunakan QuickTime-nya Apple.
Apple memang invest 100 juta US dollar ke perusahaan yang kemudian
terkenal sebagai pembuat VIDEO CODECS terkenal yaitu Sorenson (dan
produk yang dicrosslicensekan secara illegal adalah Sorenson Sparks).

—– OOT: Anehnya Java yang gua kenal tahun segitu dipergunakan untuk
membuat animasi seperti halnya Flash, bukan buat programming seperti
sekarang ๐Ÿ˜› hihihii (1995-an)

For me personally, I would prefer see no Flash sites, karena semakin
umur semakin kita kembali ke esensinya, yaitu SUBSTANCES over
COSMETICS, karena banyak kemudian website terlalu “penuh” dengan
pernik-pernik “mengganggu” = hayoo sapa yang ga pengen cepet2 ngeclick
tombol CLOSE iklan melayang-layang di detik.com misalnya? Hahaha dia
pikir itu bisa mengenerate revenue, padahal I would say, malah
mengurangi bobot pemilik websitenya sendiri. Sudah saatnya para
pemilik website lebih kreatif dalam memikirkan revenue dari model
advertising kuno ini.

Then, I would personally prefer HTML5 over Flash. This is my personal
experience, karena Web would be a better ecosystem apabila dibangun
dengan standard yang baku dibanding non-standard. Ingat HTML5 adalah
CORE dari Web itu sendiri, dimana HTML5 adalah evolusi standard Web
yang didukung oleh Web Konsorsium yaitu W3.org, jadi setiap web
browser defacto akan mampu “memfeeding” web browsers yang ada tanpa
butuh plug-ins tambahan (kembali ingat ke point dimana jaman Plug-ins
adalah “keharusan” untuk dimiliki dengan kompleksitas kepemilikannya,
walaupun pada saat ini hampir semua plug-ins yang ada diluar Flash
“cenderung mati” menurut pendapat saya, karena hampir setiap pengguna
komputer adalah “Laggard”).

*Quiz: Ada yang masih ingat ketika Microsoft harus membayar 500 juta
US dollar kepada perusahaan kecil yang relatifly unknown dengan nama
Eolas, karena konsep Plug-ins Microsoft pada Internet Browser,
dianggap melanggar Paten Eolas? Jiah. Bayangkan apa jadinya dunia
apabila dunia harus di”baku”kan dengan Paten, dan monoclithic
applications/plug-ins (tidak persis sama kasus Paten/flash, tapi cuma
mengenang seputar Plug-ins related paten case. Seperti halnya Plug-ins
Adobe pada Photoshop).

Halah-halah, tengah malem kok malah ngelindur Flash ๐Ÿ˜€ Sudahi dulu ya,
it’s 3:04 AM, semoga bermanfaat. Dan semoga memancing sharing
pengalaman rekan-rekan sehubungan dengan pengalamannya berinteraksi
dengan Flash. Flash is welcome. Flame is not welcome* ๐Ÿ˜€

Nanti kalo waktunya rada relaks gua mo cerita-cerita yang lain lagi
kalo berkenan.

Good bye Flash. Gue bobo dulu yee… ๐Ÿ˜€ Halah kirain Flash Gordon
kaleee ๐Ÿ˜›

Cheers folks,
Have a great and productive week!

Regards, macnoto
http://adinoto.org

20 Responses to “Pengalaman Saya berkenalan dengan Flash”

  1. Habib Says:

    Saya juga tidak suka paten, termasuk paten multi-touch.

  2. kunderemp Says:

    Program java yang pertama kali kulihat adalah applet yang membentuk animasi air dari gambar telanjang Chiasa Aonuma. ๐Ÿ˜€

  3. Oky Tanardi Says:

    Saya kenal flash sejak hobi fotografi, biar gambar nggak terlalu gelap geetooooo…..

  4. Cungkring Says:

    ehm.. apa website adinoto.org ini juga mengandung unsur flash di dalamnya?

  5. Endy Says:

    Kalo aku kenal flash dari taon 82 pak, Flash Gordon ๐Ÿ™‚

  6. vinny Says:

    baru kenalan lagi semalam Flash makin cangih sudah mendukung multi touch/gestur dan accelerometer, bisa disimulasi di Device Central, yang keren bisa compile ke ipa (harus pake cetifikat bayar $99/tahun) ๐Ÿ˜€

    sayang enggak punya iphone buat test beneran, hi onyx dirimu akan segera ku lego

  7. idarmadi Says:

    Kalo di Indonesia ada yang suka Paten baru2 ini, yaitu Anggodo “… tak paten-i…”

    Soal Flash, Adobe juga engak akan segampang itu untuk nyerah…. Duit yang dikeluarkan untuk mengakuisisi Macromedia sangat banyak, dan emangnya Adobe mengakuisisi Macromedia untuk FreeHand??? heheheheh

  8. macnoto Says:

    Wah CS5 ya? Ga mampu buang2 duwit beli software begonoan hampir 2rb US dollar euy, mending beli SSD 512GB hihihi

    Adobe is sooo yesterday folks wakakkaka

  9. aulia Says:

    wah pengalamannya benar2 seru juga tuh!!

  10. kunderemp Says:

    Browser yang sudah mendukung HTML 5 apa yah? Firefox 3.6 belum yah?

    Situs yang ada contoh HTML 5 apa yah?

  11. jim Says:

    @kunderemp: youtube.com/html5

  12. aaofik Says:

    saya setuju om..mungkin flash untuk kebutuhan lain tidak jadi masalah..klo untuk web..mati2an pake firefox+addons buat matiin flash..liat aja quota cuman 2GB internetan..akses web pake flash..gimana gak gondok.

    walhasil oprek sana sini demi internet gratis..duh ujung2nya balik lagi ke pirate

  13. Tompul Says:

    bukannya Apple jadi laku karena designer pada pake Adobe Photoshop di Apple mereka, kok sekarang malah Apple bersikap sombong sama Adobe, bukannya berterimakasih. Coba bayangkan kalo gak ada yg namanya Adobe Photoshop, mana laku produk Apple.

  14. macnoto Says:

    aaofik: hahahaa… kalo itu topik yg sama sekali harusnya punya pembahasan khusus, yaitu “Bagaimana rasanya harus bersaing dengan perusahaan IT kelas dunia, di negara-negara yang Fakir benwit” hahahaa… ๐Ÿ˜€ gmana mo ngmongin persaingan dengan Facebook dll, kalo kita tiap hari masih empet dengan urusan basic yaitu bandwidth ๐Ÿ˜€

    Tompul:
    Setiap company punya wide rang portfolio products bro, tidak semuanya contradicts satu sama lain dengan ecosystem ato competition, seperti halnya Google vs Apple, yang diributin kan Android group bukan Google as a whole company. Persoalan HTML5 ini lebih ke arah standard web, akan jadi beda misalnya Adobe embrace Flash menjadi open standard atas melepaskan sebagai opensource. Toh yang dia jual Tools nya (Adobe Flash creator nya) bukan formatnya.

  15. ivie Says:

    well… dulu gue suka flash. tp kl web. butuh yg light bukan yg bikin sakit kepala buat liatin flash. bikin berat.

  16. macnoto Says:

    ivie: hehehee apalagi di negara yg internet abal2 ๐Ÿ˜€ wakaka

  17. anggi Says:

    pengalamannya boleh juga..

  18. Heru Purwanto Says:

    Pengalamanya banyak bngt, aku aja baru knl komputer dan internet tahun 2000an. Perlu banyak belajar pada suhu nih…

  19. soreya Says:

    wah pengalamannya benar2 seru juga tuh!!

  20. Lithium-ion Battery Says:

    pengalamannya boleh juga!!

Leave a Reply

WP Theme & Icons by N.Design Studio
Entries RSS Comments RSS Log in